4 research outputs found

    Korelasi Kadar Adiponektin dengan Indeks Aterogenik Plasma pada Penyandang Obes

    Get PDF
    Kadar adiponektin dalam plasma secara signifikan menurun pada penyandang obes. Adiponektin telah dilaporkan memiliki efek langsung anti-aterosklerosis. Indeks Aterogenik Plasma (IAP) dihitung sebagai log10(TG/ HDL-C), merupakan biomarker aterosklerosis. IAP dapat menjadi biomarker baru untuk risiko dan prognosis penyakit kardiovaskular. Tujuan: Menentukan korelasi kadar adiponektin dengan indeks aterogenik plasma pada penyandang obes. Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan potong lintang. Subjek penelitian adalah 30 orang penyandang obes dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥25 kg/m2 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian melakukan pemeriksaan darah di Instalasi Laboratorium Sentral RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada bulan Januari 2019 sampai September 2019. Pemeriksaan kadar adiponektin dengan metode enzyme linked immunoassay (ELISA). Pemeriksaan kolesterol high density lipoprotein (HDL) dan trigliserida menggunakan alat kimia klinik otomatis. Data univariat diolah dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan rerata (standar deviasi). Data bivariat dianalisis dengan uji korelasi Pearson, bermakna secara statistik jika p˂0,05. Hasil: Rerata umur adalah 34,5 (6,2) tahun. Rerata kadar adiponektin adalah 2,5 (1,1) μg/mL. Rerata indeks aterogenik plasma (IAP) adalah 0,29 (0,17), termasuk risiko tinggi untuk penyakit kardiovaskular. Uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi negatif sangat lemah antara adiponektin dengan IAP dan tidak bermakna secara statistik (r=-0,114, p=0,550). Simpulan: Tidak terdapat korelasi antara kadar adiponektin dengan indeks aterogenik plasma pada penyandang obes.Kata kunci: adiponektin, indeks aterogenik plasma, obe

    Gambaran Homosistein pada Pasien Infark Miokard Akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang

    Get PDF
    Berbagai faktor risiko baru telah banyak diteliti, termasuk kadar homosistein total dalam darah. Hiperhomosisteinemia terbukti meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular secara independen. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran homosistein pada pasien infark miokard akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan studi deskriptif terhadap 24 orang pasien IMA yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi serta melakukan pemeriksaan darah di Laboratorium Sentral RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2016 hingga Agustus 2017. Pemeriksaan kadar homosistein dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan metode ELISA. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Subjek penelitian terdiri dari 17 orang laki-laki (70,8%) dan 7 orang perempuan (29,2%). Rerata umur subjek penelitian adalah 56,75(9,34) tahun. Faktor risiko tradisional tertinggi adalah merokok (41,7%). Rerata kadar homosistein subjek penelitian adalah 25,5(13) μmol/L. Kadar homosistein terbanyak pada pasien IMA adalah hiperhomosisteinemia ringan (54,2%). Kadar homosistein serum pasien IMA di atas batas nilai normal dengan yang terbanyak adalah hiperhomosisteinemia ringan

    POLA KUMAN DAN UJI SENSITIVITAS TERHADAP ANTIBIOTIK PADA INFEKSI PLEURA DI RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG

    Get PDF
    Infeksi pleura merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas dengan insidens terus meningkat pada dewasa. Terapi pasien secara empiris dengan antibiotik berspektrum luas dan polifarmasi sering tidak bermanfaat. Mikroba penyebab infeksi pleura bergeser secara perlahan dari positif Gram menjadi negatif Gram sejak antibiotik semakin banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kuman dan uji sensitivitas terhadap antibiotik pada infeksi pleura di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian deskriptif dilakukan pada 55 spesimen cairan pleura dari bangsal paru dan penyakit dalam yang dikultur menggunakan agar darah di Laboratorium Sentral RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2015-Desember 2015. Identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram dan tes biokimia. Uji sensitivitas antibiotik menggunakan metode Kirby-Bauer sesuai dengan standar CLSI. Bakteri yang ditemukan pada spesimen cairan pleura adalah Klebsiella sp 21(38%), Staphylococcus sp (25%), Pseudomonas sp (22%), Proteus sp (5%), Streptococcus sp (5%), Acinetobacter sp (3,6%). Klebsiella sp sensitif terhadap Meropenem (95,2%), resisten terhadap Ampicilin (90,5%). Staphylococcus sp sensitif terhadap Meropenem (100%), resisten terhadap Ampicilin (57,1%). Pseudomonas sp sensitif terhadap Meropenem (75%), resisten terhadap Ampicilin (100%). Proteus sp sensitif terhadap Meropenem (66,7%), resisten terhadap Ampicilin (100%). Streptococcus sp sensitif terhadap Cefoperazone (100%), resisten terhadap Cefotaxime (100%). Acinetobacter sp sensitif terhadap Chloramphenicol (100%), resisten terhadap Cefotaxime (100%). Bakteri terbanyak penyebab infeksi pleura di bangsal paru dan penyakit dalam periode Januari 2015 sampai Desember 2015 adalah Klebsiella sp, yang sensitif terhadap Meropenem dan resisten terhadap Ampicilin. Pelaporan perlu dilakukan secara berkala sebagai pedoman dalam memberikan antibiotik yang tepat

    Gambaran Pemeriksaan Kadar SGOT, SGPT, Ureum dan Kreatinin Pasien Covid-19 dengan dan tanpa Komorbid

    Get PDF
    Coronavirus disease (COVID-19) causes damage through mechanisms: cytotoxic to the bile duct, liver and renal tubular epithelial cells; severe inflammatory response due to excessive pro-inflammatory cytokines (cytokine storm); tissue anoxia; and drug-induced liver and kidney damage. AST and ALT enzymes are used to determine liver damage, while kidney damage is examined from increased urea and creatinine levels. Objectives: To know AST, ALT, urea and creatinine levels in COVID-19 patients with and without comorbidity in RSUP Dr. M. Djamil Padang. Methods: A retrospective descriptive study was conducted by taking chemical data for COVID-19 patients with and without comorbidity for March-August 2020. AST and ALT levels were examined by using an automatic chemistry analyzer with NADH method (without P-5'-P), urea with enzymatic colorimetry, and creatinine with Jaffe's modification. The data was presented in table and average (standard deviation). Results:  A study of 76 patients found 28 with comorbidity and 48 without comorbidity. Patients with comorbidity AST in average was 33.0 (20.3) U/l; SGPT 29.0 (23.4) U/l; urea 58.3 (66.9) mg/dl; and creatinine 3.0 (5.1) mg/dl. Patients without comorbidity AST in average 31.9 (28.7) mg/dl; SGPT 28.8 (21.4) mg/dl; urea 24.6 (20.1) mg/dl; creatinine 0.9 (0.4) mg/dl. In average, AST and ALT in patients with and without comorbidity were in the normal range. Urea and creatinine in patients with comorbidity were higher than normal. Conclusion: Covid-19 patients with comorbidity at admission had urea and creatinine levels in average higher than normal values.Keywords: aminotransaminase, COVID-19, creatinin
    corecore