3 research outputs found

    RANGKUMAN SEMINAR NASIONAL TENTANG KOTA LAYAK HUNI

    Get PDF
    Secara rutin tiap tahun dibahas tentang Liveable City (Kota Layak Huni) di tingkat dunia dan Indonesia. Tujuan pembahasannya adalah memberikan penilaian dan penghargaan kepada beberapa kota terhadap beberapa elemen pembentuk kenyamanan kota untuk dihuni. Selain itu, secara langsung juga memberikan rangsangan kepada semua kota untuk meningkatkan kelayakhuniannya agar bisa memberikan benefit yang positif kepada semua pemanfaat kota, baik pendatang maupun warganya. Seminar bertema Kota Layak Huni, yang diselenggarakan di Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti tahun 2018 ini diminati oleh banyak peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagian besar dari 48 paper yang diterima, dipresentasikan sebagai makalah, dan hasilnya akan dimuat dalam tiga kelompok publikasi, yaitu:Jurnal PemukimanJurnal AgoraProsiding Seminar Diawali dengan diskusi tentang Pemahaman Kelayakhunian Suatu Kota oleh Bp. Wicaksono Sarosa, dengan mengulas definisi kelayakhunian, mengukur kelayakhunian kota, komitmen Internasional untuk mewujudkan Kota Layak Huni, dan New Urban Agenda.  Selanjutnya Bp. Arief Sabaruddin dari Puslitbang Perumahan Permukiman Kementerian PUPR membahas Hakekat Hunian Vertikal di Perkotaan, dengan menjelaskan kondisi hunian vertikal di Indonesia yang masih memiliki berbagai persoalan terkait dengan sistem, pengadaan, serta penggunaanya. Kedua Keynote Speaker di atas mencoba mengkaitkan topik yang dibahasnya dengan usaha perwujudan Kota Layak Huni di Indonesia. Dalam penyajiannya, tiap judul para pemakalah dikategorikan ke dalam kelompok topik elemen yang membentuk Kota Layak Huni. Elemen pembentuk  Kota Layak Huni terbagi  dua, yaitu Invisible Artifact dan Visible Artifact. History dan Belief termasuk di dalam Invisible Artifacts, sementara Visible Artifacts mencakup Culture/Ritual, Social, dan Symbol/Physical. Kedua kelompok ini adalah yang secara langsung menjadi elemen yang dievaluasi dalam penentuan Kota Layak Huni. Beberapa topik paper yang berhubungan dengan sejarah adalah Kota Wisata Sejarah Depok, Kawasan Sejarah Siak Indrapura, dan Pusaka Perkotaan. Berkaitan dengan kepercayaan beberapa topik yang berhubungan adalah Kawasan Pura Rawamangun, Kota Rantepao yang Sakral, Arsitektur Cina di Klenteng Glodok, dan Arsitektur Etnik di Sulawesi Utara. Sementara yang membahas tentang budaya / ritual adalah paper bertopik Kota Rajutan Budaya Bandung, Kampung Turis Yogya, Kawasan Pecinan di Lasem, dan Tradisional di Rumah Cina Suburban. Topik tentang Permukiman di Semarang, Permukiman Kumuh Tuban, dan Fasilitas Pendidikan-Kesehatan di Perumahan didiskusikan berhubungan dengan sosial. Yang termasuk dalam pembahasan tentang symbol / fisik adalah beberapa paper yang mendiskusikan seputar urbanisasi dan ruang, yaitu: Urbanisasi Spasial Kawasan Perkotaan Yogyakarta, Urbanisasi Sosial Ekonomi Kota, Keruangan Pulau Penyengat, Open Space Perumahan Tangerang, Trotoar vs Sektor Informal di Jakarta, Karakter Ruang Publik Taman Ayodya, Green Roof sebagai Penghawaan Ruang Kota, dan Public-Private Interface di Kawasan Pendidikan Malang. Selain Invisible Artifacts dan Visible Artifacts beberapa pengaruh yang cukup kuat menjadikan Kota Layak Huni adalah: System / Policy, Disaster Mitigation, dan Natural Resources. Beberapa paper yang bertopik ketiga hal tersebut adalah: Perubahan Fungsi Jalan, Perubahan Tata Ruang Hunian/Perumahan, Perubahan Fungsi Lahan, dan Area Sosial Bisnis di Sekitar Kampus termasuk tentang System / Policy. Ada satu paper yang mendiskusikan tentang Disaster Mitigation yaitu Bencana di Kampung Kota Yogya dan satu paper bertopik Kualitas Air Cisadane untuk Kota Layak Huni membahas tentang Natural Resources. Stakeholder dan User (pengguna kota/warga) dapat menjadi subjek dan objek terkait dengan Kota Layak Huni. Mereka bisa mempengaruhi kotanya tetapi juga bisa menjadi objek terdampak kotanya. Beberapa paper yang berkaitan dengan Stakeholder (pemangku kepentingan) adalah Apartemen Sederhana sebagai pembentuk Kota Layak Huni di Surabaya, Konsep Kasiba dan Lisiba sebagai strategi pengadaan hunian, serta Enclave Housing di Kota Baru. Sementara pengguna kota (warga kota) dibahas di paper bertopik Ruang Ramah Anak di Kampung dan Taman Kota untuk Diffable People, yang melihat manfaat kelengkapan fungsi kota terhadap semua pengguna tanpa terkecuali. Pembahasan tentang Kota Layak Huni tidak hanya sampai pada melihat elemen dan faktor pengaruhnya saja, melainkan juga sampai memikirkan tantangan ke depannya.  Seperti diulas di paper bertopik Tantangan Kota Layak Huni di Masa Depan, dimana kota makin sarat dengan segala persoalan yang tidak bisa dihindari, tetapi di sisi lain harus layak untuk dihuni dengan segala kegiatannya. Paper tentang Creative City juga melengkapi diskusi di seminar, sebagai alternatif peningkatan status Kota Layak Huni menjadi kota yang lebih kreatif. Meskipun demikian, kota tetap bisa memberikan kenyamanan tinggal bagi warga dengan kegiatan yang lebih kreatif, sebagai pembeda terhadap kota-kota lain di Indonesia atau pun di dunia. Merujuk kepada 5 Aspek Tertinggi yang digunakan oleh IAP (Ikatan Ahli Perencana),  yang menjadi indikator penentu penilaian Kota Layak Huni adalah:Ketercukupan PanganPengelolaan Air BersihPelayanan Fasilitas PeribadatanFasilitas PendidikanFasilitas Kesehatan Ada 6 paper disajikan dalam seminar yang langsung membahas persoalan kelima aspek tertinggi penentu penilaian Kota Layak Huni, yaitu: Kawasan Pura Rawamangun, Kota Rantepao yang Sakral, Arsitektur Cina di Klenteng Glodok, Fasilitas Pendidikan – Kesehatan di Perumahan, Area Sosial Bisnis di Sekitar Kampus, dan Kualitas Air Cisadane untuk Kota Layak Huni. Dari semua pembahasan tentang topik-topik di lingkup Kota Layak Huni, diharapkan implementasinya bisa memberikan pengaruh positif dengan makin tingginya kenyamanan kota untuk berkegiatan bagi semua penggunanya dalam waktu yang berkelanjutan

    MASTER PLAN RANTEPAO, KOTA YANG TUMBUH DI DATARAN TINGGI SAKRAL

    Get PDF
    Dengan ketinggian 1600 m - 2000 m di atas permukaan air laut, Kota  Rantepao memiliki 135 gereja dan luas 10,29 km2 (kurang dari 1% dari Toraja Utara) dengan jumlah penduduk  26.307 jiwa atau 11% dari total Toraja Utara. Permasalahan yang terjadi adalah belum terintegrasinya perencanaan yang telah dibuat di RTRW dan RTBL serta pembangunan yang kurang terkoordinasi. Banyak fasilitas komersial, sosial, budaya, dan rekreasi justru berlokasi di luar Kecamatan Rantepao. Tujuan kegiatan ini adalah penyusunan Master Plan kawasan wilayah Kota Rantepao yang dapat dijadikan orientasi kebijakan  bagi stakeholder pembangunan perkotaan dalam merealisasikan pengembangan infrastruktur kota yang terintegrasi, yang dapat menciptakan kota layak huni sebagai kota yang tumbuh di dataran tinggi sakral. Master Plan yang dihasilkan juga menjadi buku perencanaan untuk kepentingan promosi kawasan Rantepao dan Toraja Utara. Kata Kunci: Rantepao, Toraja Utara, Master Pla

    COMMERCIAL PROPERTY DEVELOPMENT PROGRAM OF HIGHEST AND BEST USE STUDY IN INDUSTRIAL AREA SIER SURABAYA

    Get PDF
    Part of Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) Area is planned to become Central Business District (CBD) in accordance with the direction of the Surabaya City Government. The land use is changed due to the decrease of carrying capacity of the infrastructure in the environment around SIER, caused by density increase since Middle East Ring Road (MERR) was opened in 2012. In addition, some of the areas that became CBD areas are part of the PT SIER area (97.4 Ha). Aim: This study was aimed to determine alternative land functions. Methodology and results: Since CBD is generally dominated by commercial properties, this research focuses on commercial property development programs carried out within the scope of the Highest and Best Use (HBU) Study. This research was conducted through location, site, and market analysis, completed with recommendation for property type in SIER location. Conclusion, significance and impact study: Based on macro market analysis, supply of retail, hotel and apartment property is increasing, while supply of office is decreasing. The results of this study are the best and highest value proposals for the development of commercial property functions (apartments, offices, shopping areas, and hotels), so that the investment is not high risk. In addition, the result can be used as a policy orientation for all interested parties, especially PT SIER in the development of CBD in its area, related to the development stage that is adjusted to the interests and market conditions
    corecore