279 research outputs found

    1 Kontribusi Keragaman Sumber Pendapatan Petani terhadap Total Pendapatan Rumahtangga Petani di Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang

    Full text link
    Tujuan penelitian ini yaitu: 1) mengetahui kondisi sosial ekonomi rumahtangga tani, 2) mengetahui ragam sumber pendapatan rumahtangga tani, dan 3) mengetahui kontribusi sumber pendapatan terhadap total pendapatan rumahtangga tani. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis data primer wawancara menggunakan kuisioner. Pemilihan lokasi penelitian secara purposive di desa yang memiliki luas lahan sawah terbesar di Kecamatan Kalibawang. Responden dipilih secara proportional random sampling sebanyak 60 responden. Analisis yang digunakan berupa analisis deskriptif tabel frekuensi untuk kondisi sosial ekonomi petani dan analisis crosstab untuk kontribusi variasi sumber pendapatan rumahtangga tani. Hasil penelitian menunjukkan kondisi sosial ekonomi rumahtangga tani mayoritas memiliki kepala rumahtangga berusia produktif yang berpendidikan rendah (SD) dengan penguasaan lahan sawah sempit (<0,5Ha). Sumber pendapatan rumah tangga tani relatif beragam dengan mayoritas memiliki 1 sumber pendapatan tambahan di luar pertanian lahan sawah contohnya buruh dan pedagang. Secara umum pendapatan USAhatani lahan sawah masih mendominasi kontribusi pendapatan total rumahtangga tani (40,85%)

    Birth Intervals Among Multiparous Women in Indonesia

    Get PDF
    Maternal mortality rate and infant mortality rate in Indonesia are currently high. One of factors causing the high risk of maternal and infant mortality is too short birth intervals. This study aimed to learn determinants of birth intervals among multiparous women in Indonesia. This study used data from the Indonesia Demographic and Health Survey 2012 with 9,945 multiparous women. The data was analyzed using Mann Whitney, Kruskal Wallis and logistic regression tests. Median of birth intervals was 62 months and 22.8% women had birth interval less than three years. Results showed that determinants of birth intervals included maternal education, the last age of childbirth, ideal family size, the use of contraception, infant mortality records and survival of preceding child (p value < 0.05). The age of childbirth was a major risk factor of too short birth intervals. It needs the improvement of communication, information and education regarding maturation of age for marriage, ideal number of children as well as the increase of contraception use in order to increase optimum birth intervals

    Preferensi Masyarakat terhadap Kebijakan Pengelolaan Cendana di Desa Tialai, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur

    Full text link
    Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor: 16 tahun 1986 tentang cendana yang tidak berpihak kepada rakyat merupakan penyebab utama munculnya trauma yang berakibat pada kelangkaan pohon cendana. Pasca reformasi 1998, kebijakan tentang cendana direvisi dan mulai memberikan ruang bagi petani untuk kembali menanam cendana. Pemerintah Kabupaten Belu telah menerbitkan Perda Nomor: 19 tahun 2002 tentang cendana yang substansinya berpihak kepada rakyat. Namun, implementasi Perda tersebut belum maksimal, terutama soal penyebarluasan pengetahuan dan sosialisasi di masyarakat. Padahal masyarakat merupakan aktor kunci terhadap implementasi kebijakan tersebut. Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi tingkat preferensi masyarakat terhadap kebijakan tentang pengelolaan cendana di Desa Tialai Kabupaten Belu. Penelitian dilakukan di Desa Tialai, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu pada tahun 2009. Penelitian menggunakan metode deskriptif. Data dikumpulkan menggunakan metode survei, wawancara mendalam, dan studi literatur. Jumlah responden sebanyak 30 orang (n=30) atau 25% dari jumlah kepala keluarga. Hasil penelitian menyebutkan, telah terjadi peningkatan jumlah tanaman cendana di desa sampel, minimnya konflik yang dipicu keberadaan pohon cendana, dan kemauan kuat masyarakat untuk menanam cendana. Pengetahuan masyarakat tentang peraturan cendana masih didominasi peraturan yang lama dan belum ada sosialisasi secara formal dari pemerintah tentang peraturan yang baru. Tingkat preferensi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan cendana masih bersifat konservatif. Yakni, masih menginginkan campur tangan pemerintah dalam pengelolaan dan ijin pemasaran cendana, dan dianggap perlunya peraturan tentang cendana. Masyarakat juga menginginkan, peran pemerintah dalam penentuan harga jual cendana dibatasi. Penelitian menyarankan agar segera dilakukan sosialisasi peraturan terbaru, dan perlu juga diperhatikan preferensi masyarakat yang menginginkan pembatasan campur tangan pemerintah dalam perdagangan cendana

    Pengembangan Prototipe Dss Alokasi Penyandaran Kapal : Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

    Full text link
    Pelabuhan merupakan sebuah tempat yang menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan transportasi laut pada umumnya, bagi pihak pelayaran, pelabuhan sangat penting terutama dalam menjembatani kegiatan transportasi dari laut ke darat dan sebaliknya serta mempertemukan antara pihak produsen dengan konsumen. Salah satu pelabuhan di Indonesia yang penting dalam perpindahan arus barang di Jawa Timur adalah Pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan tersebut merupakan salah satu pelabuhan yang tersibuk kedua setelah pelabuhan tanjung priok. Akan tetapi dengan tingginya arus kunjungan kapal ditambah terbatasnya fasilitas pelabuhan dapat mempengaruhi kinerja pelabuhan terutama terkait dengan layanan kapal khususnya dalam mengalokasikan penjadwalan kapal sehingga pelabuhan perlu penjadwalan yang terstruktur agar tidak terjadi masalah antrian yang berkepanjangan. Oleh karenanya tugas akhir ini dibuat bertujuan untuk mengetahui tingkat layanan kapal, seberapa baik keputusan yang diambil pihak pelabuhan dalam mengalokasikan penyandaran kapal yang saat ini masih dipakai. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa DSS 1 sebagai aturan lama masih harus digunakan sedangkan DSS 3 sebagai DSS alternatif cukup baik jika diterapkan dalam mengalokasikan penyandaran kapal karena berdasarkan analisa BOR dan status penyandaran, DSS 3 masih memberikan nilai analisa yang sama dibanding DSS yang lain

    Evaluasi Komposit Serat Biji Kapuk Randu Berpenguat Epoxy Resin Untuk Produk Kampas Rem Pabrikan Free Asbestos Dengan Pembanding Brake Shoes Dan Brake Pad Pabrikan

    Full text link
    Brake is a vehicle component that serves to slow or stop the vehicle comfortably. Composite is a kind of new material engineered consisting of two or more materials where each material properties different from each other both chemical and physical properties and remain separate from each other and the material. The purpose of this study to determine the effect of weight percent of the epoxy resin added to the ash kapok seed as the composite material is applied to the motor vehicle brake shoes in the review of the nature of the wear rate, flexibility, and hardness. The results of testing the hardness of composite brake shoes kapok seed is highest at A1 specimens with epoxy resin composition ratio of 5:3 between gray with epoxy resin, the lowest hardness of the specimen B2 with a ratio 7:3 between gray with epoxy resin. In comparison to the violence smallest specimens contained in the specimen K is equal to 47.01 HV and greatest violence contained in a specimen that is equal to 112.14 HV. Value wear rate is highest in B4 specimens with epoxy resin composition ratio is 7: 3, the lowest wear rate is the specimen A1 with epoxy resin composition ratio is 5:3 ash and epoxy resins. In comparison to the rate of wear of the smallest specimens contained in the specimen A with the wear rate of 2.44 x10-7 mm2 / kg and the highest wear rate on the specimen F with a wear rate by 2.82 x10-7 mm2 / kg. Value flexibility composite brake shoes kapok seed is highest at B3 specimen with a composition ratio of 3:2 between Abu B3 + Epoxy Resin, low flexibility is the specimen without treatment with epoxy resin composition ratio is 3:2. In comparison to the flexibility of the smallest specimens contained in the specimen K with the flexibility of 15.85 N / mm2 and l the highest flexibility in specimen F with the flexibility of 27.48 N / mm2 slightly higher than the specimen A which has the flexibility of 27.24 N/mm2
    • …
    corecore