8 research outputs found

    Rasio Modulus Penampang Elastik Balok Kayu Laminasi-Baut

    Full text link
    . Laminated beam can be an alternative for solid timber, because it provides the advantage that it can be fabricated with a needed-span and a bigger cross section. The purpose of this research is to obtain an empirical equation of the bolt-laminated timber beam elastic section modulus ratio. Elastic section modulus ratio is elastic section modulus ratio between laminated and solid beams. Scope of this research are horizontally laminated system, Indonesian timber with specific grafity ranged 0.4-0.8 which are red meranti (shorea spp), keruing (dipterocarpus spp), and acacia mangium, prismatic beam section, experimental test in laboratorium and numerical simulation using nonlinear finite element method. The parameters discussed are timber type, bolt diameter, number of row, and spacing. Beam has a 3-meter span and arranged by 4 laminae. Timber stress-strain model for numerical simulation based on Hill plasticity, bolt stress-strain model is elasto-plastic. Results obtained are beam load-displacement curve trend is bilinear, the elastic section modulus ratio equation are the fuction of timber type, bolt diameter, and number of row against bolt spacing ratio. The elastic section modulus ratio can be used to predict the bending strength at the proportional limit

    Perancangan Perangkat Lunak Perencanaan Sambungan Kayu Berdasarkan SNI 7973-2013 Dengan Alat Sambung Baut

    Full text link
    Desain sambungan memegang peranan yang sama pentingnya dengan desain struktur, khususnya untuk material kayu. Konstruksi kayu terdiri dari sangat banyak sambungan kayu. Perhitungan manual sambungan kayu menjadi kurang efisien. Belum banyak aplikasi yang beredar untuk menunjang perhitungan sambungan kayu. Oleh karena itu, diperlukan aplikasi yang dapat menunjang perhitungan sambungan kayu. Aplikasi perhitungan sambungan kayu dibuat lebihspesifik hanya untuk alat sambung baut untuk membatasi permasalahan yang ada. Aplikasi dibuat sesuai dengan peraturan konstruksi kayu terbaru di Indonesia, SNI 7973-2013. Dalam merancang aplikasi, digunakan pendekatan melalui desain ERD dan DFD. Bahasa pemogramanyang digunakan adalah Java dengan basis data MySql. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah berhasil dibuat aplikasi yang mampu menunjang perhitungan sambungan kayu, khususnya di Indonesia

    Studi Analisis Beban Dorong Untuk Gedung Beton Bertulang

    Full text link
    Perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa di negara Indonesia menjadi suatu hal yang sangat penting mengingat sebagian besar wilayah Indonesia terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas moderat hingga tinggi. Trend terbaru perencanaan bangunan tahan gempa saat ini adalahperencanaan berbasis kinerja (Performance-Based Design). Konsep perencanaan berbasis kinerja merupakan kombinasi dari aspek tahanan dan aspek layan. Dalam studi ini enam buah gedung beton bertulang dengan sistem struktur rangka pemikul momen dengan kriteria khusus dan menengah, bertingkat sepuluh, yang terdiri dari gedung beraturan(simetris) dan gedung tidak beraturan (simetris), didesain sesuai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung [SNI 1726, 2002] dan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung [SNI 03-2874, 2002]. Perilaku seismik struktur-struktur ini dievaluasi denganmenggunakan analisis beban dorong (static nonlinear/pushover analysis) dan analisis riwayat waktu (inelastic dynamic time history analysis). Hasil studi menunjukkan analisis beban dorong menghasilkan daktilitas (uA) dan faktor reduksigempa (R) aktual yang lebih besar daripada uA dan R desain, sehingga analisis beban dorong cukup rasional untuk digunakan dalam menentukan daktilitas dan faktor R smiktur gedung beton bertulang beraturan. Pada target peralihan yang sama, gedung yang didesain dengan SRPMK menghasilkangaya geser dasar lebih kecil daripada gedung yang didesain dengan SRPMM. Hasil evaluasi performance-based design menunjukkan bahwa seluruh gedung yang ditinjau termasuk dalam tingkat kinerja Damage Control sehingga gedung berada pada kategori yang dalam pascagempa kerusakan yang terjadi bervariasi diantara tingkat kinerja Immediate Occupancy dan Life Safety, resiko korban jiwa sangat rendah, struktur bangunan boleh rusak, namun tidak runtuh. Sedangkan hasil analisis riwayat waktu menunjukkan untuk seluruh gedung yang dianalisis dengan gempa El Centro 1940, Flores 1992 dan Pacoirna Dam 1971 peralihan, drift dan rotasi sendi plastis yang terjadi belum melampaui batas ijin, sedangkan untuk gempa Bucharest menghasilkan peralihan dan drift yang melampaui kinerja batas ultimit, gedung di wilayah 4 menghasilkan rotasi sendi plastis yang belum melampaui batasan ijin dan gedung di wilayah 6 rotasi telah melampaui

    Uniaxial Tension of Yellow Meranti Timber at an Angle to the Grain

    Full text link
    Tensile strength measures the force applied to a timber element/structural element to the point where it breaks. In this paper, a finite element analysis (FEA) of uniaxial tension of Yellow Meranti timber (Shorea spp.), using von Mises Criterion to include orthotropic nature of the material, was used to derive a prediction of tensile strength at an angle to the grain (cross grain) in plane stress (2D) modeling. To investigate the validity of the finite element analysis results, various 5°, 10°, and 15° cross grain specimens of Yellow Meranti (Shorea spp.) were tested in laboratory under uniaxial tension stress using UTM instrument. Comparison with experimental results shows that the FEA simulation predicts the stress-strain curves lower than experimental results, which result shows good agreement, it is seen from %-relative difference which is less than 30%. Calculations were performed with the numerical analysis (FEA) and Experimental Tests gives results that the difference is not too significant, for specimens with a grain angle of 5° difference in outcomes by 27%, for a grain angle of 10° difference in outcomes by 25%, and for a grain angle 15° difference in outcomes by 22%

    Strength and Stiffness Behavior of Earthquake Resistant Pedestrian LVL Timber Bridge

    Full text link
    A bridge is a structure which is used to connect two areas separate by obstacles. The environmental damage caused a number of reductions in the production of timber, and by that, the LVL timber which is a high quality processed or engineered timber is chosen. This research determined the design of the timber bridge structure for pedestrian with simple beam type and earthquake resistant. The load in this bridge is referring to the SNI 1725:2016 and SNI 2833:2008, the design of the girder and the connection is referring to SNI 7973:2013, and the deflection is referring to the LFRD for Highway Bridge Superstructures. The timber bridge is designed to have a span of 10 metres long and 3 metres wide. The modeling and designing of the wooden bridge are using an application called SAP2000 based on finite element analysis. Result obtained from this research indicated that the longitudinal dimension of the girder is 360 mm x 630 mm and the cross sectional dimension is 180 mm x 270 mm. The number of bolts and lock screws needed on the connection among the longitudinal girders are 40 pieces, between the longitudinal girders and the cross sectional girders is three pieces, and between the railing and the slab are two pieces. Based on the stiffness review, the results showed that the bridge deflection that occurred was lower than the permit deflectio
    corecore