2 research outputs found

    The Formation Process of Hydroxyapatite Nanoparticles by Electrolysis and Their Physical Characteristics

    Get PDF
    The electrolysis method for synthesizing hydroxyapatite nanoparticles (NPs) has the advantage of controlling the particle size by adjusting the potential and current used. This study aims to study the electrolysis of hydroxyapatite NPs formation and its characteristics. The solution contained Na2H2EDTA.2H2O, KH2PO4, and CaCl2, with an EDTA/PO43-/Ca2+ concentration of 0.2/0.2/0.2 M. The electrolytic potential are 4, 5, and 6 volts for 6 hours. The carbon electrode spacing used is 2 cm. The precipitate formed is filtered with a vacuum jet ejector. Retentate was washed with demineralized water and dried in an oven at 105oC. The synthesis of pure hydroxyapatite by electrolysis was successfully carried out at a potential of 5 volts. The OH- ion, which comes from the H2O reduction process at the cathode, is essential in the formation of brushite, which then forms hydroxyapatite. The hydroxyapatite, synthesized at a potential of 4 volts, had the smallest particle size (442.4 nm) with the largest particle surface area (417.22 m2/gram)

    Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam Broiler sebagai Biosorben untuk Menurunkan Kadar Cr(VI) pada Limbah Cair Industri Elektroplating

    No full text
    Limbah Cr(VI) pada industri elektroplating dihasilkan dari proses pengendapan logam pelapis pada logam atau plastik secara elektrolitik. Kadar Cr(VI) pada industri elektroplating yakni pada rentang 0,0336 sampai 218,5 ppm telah melebihi batas maksimum baku mutu yang telah ditentukan oleh pemerintah, yakni 0,1 mg/L. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah adsorpsi. Salah satu adsorben alami (biosorben) yang dapat mengikat Cr(VI) adalah bulu ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HCl (0, 1, dan 2 M) dalam memodifikasi biosorben bulu ayam broiler dan variasi konsentrasi awal Cr(VI) (15; 30; 50; 75; dan 100 ppm) terhadap persentase penurunan kadar Cr(VI) pada limbah cair elektroplating, serta menentukan kapasitas adsorpsi biosorben bulu ayam broiler. Biosorben bulu ayam broiler dimodifikasi menggunakan HCl 1 dan 2 M selama 24 jam pada suhu ruang. Proses adsorpsi dilakukan selama 90 menit dengan variasi biosorben bulu ayam broiler tanpa modifikasi, termodifikasi HCl 1M, dan termodifikasi HCl 2M, serta variasi konsentrasi awal Cr(VI) 15; 30; 50; 75; dan 100 ppm pada kondisi pH 4±0,5 dan suhu ruang. Hasil dari proses adsorpsi, kadar Cr(VI) diuji menggunakan Spektrofotometer UV- Vis. Biosorben bulu ayam broiler tanpa modifikasi, termodifikasi HCl 1M, dan termodifikasi HCl 2M dikarakterisasi menggunakan uji FT-IR. Kapasistas adsorpsi ditentukan menggunakan 2 model isoterm adsorpsi, yakni Langmuir dan Freundlich. Hasil karakterisasi FT-IR biosorben bulu ayam broiler menunjukkan bahwa modifikasi biosorben bulu ayam broiler meningkatkan nilai absorbansi dan konsentrasi pada setiap gugus fungsinya. Hasil dari proses adsorpsi dengan variasi biosorben bulu ayam broiler tanpa modifikasi, termodifikasi HCl 1 M, dan termodifikasi HCl 2 M menunjukkan bahwa persentase penurunan kadar Cr(VI) paling tinggi pada biosorben bulu ayam broiler termodifikasi HCl 1 M, yakni sebesar 61,998%. Hasil dari proses adsorpsi dengan variasi konsentrasi awal Cr(VI) menggunakan biosorben bulu ayam broiler termodifikasi HCl 1 M menunjukkan bahwa semakin meningkat konsentrasi awalnya, maka persentase penurunan kadar Cr(VI) semakin kecil, dimana persentase penurunan kadar Cr(VI) terbesar terjadi pada konsentrasi awal Cr(VI) 15 ppm, yakni sebesar 90,1639% dan terkecil pada konsentrasi awal Cr(VI) 100 ppm, yakni sebesar 38,0325%. Kapasitas adsorpsi biosorben bulu ayam broiler termodifikasi HCl 1 M sesuai dengan adsorpsi isoterm Langmuir dengan nilai sebesar 8,04868 mg/g dengan nilai R2 sebesar 0,9784
    corecore