ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG MAWAR RSUD BANGIL

Indikasi dalam sectio caesaria salah satunya adalah ketuban pecah dini, ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan di tunggu satu jam sebelum terjad inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu, seedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri dalam kaitannya dengan penyebabnya (manuaba, 2010). Saat ini kebanyakan ibu sudah mengetahui apa saja macam macam penyulit persalinan, salah satunya adalah ketuban pecah dini. Namun banyak juga ibu hamil yang tidak bisa membedakan air ketuban yang pecah dengan urin yang keluar karena tekanan kandung kemih, karena dalam keadaan janin yang semakin membesar akan menekan kandung kemih yang menyebabkan ibu hamil lebih sering buang air kecil. Menurut organisasi kesehatan (WHO) angka kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2013 sebanyak 50-60%. Sedangkan di indonesia pada tahun 2013 sebanyak 35% (Depkes RI 2013). Di jawa timur kasus ketuban pecah dini pada 2013 sebanyak 18% (profil kesehatan jawa timur tahun 2013). Skala data pasien dengan Indikasi KPD di RSUD Bangil Pasuruan dalam satu tahun terakhir sejumlah 778 pasien (Rekam Medik RSUD Bangil, 2017). Penyebab ketuban pecah dini pada sebagian kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan ketuban pecah dini yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyakit prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis (radang pada khorion dan amnion), selain itu juga terjadinya infeksi puerperalis (nifas) akibat luka jalan lahir pasca persalinan yang terdiri dari infeksi bersifat ringan, sedang dan berat. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan pada ibu dengan diagnose Post SCdengan indikasi ketuban pecah dini di ruang persalinan RSUD Bangil

Pengaturan Torsi pada Hybrid Electric Vehicle (Hev) Menggunakan Metode Neuro-fuzzy Prediktif

In hybrid electric vehicle, there are two sources of energy, namely Internal Combustion Engine (ICE) and DC motor. ICE as the prime mover has a smaller capacity than conventional vehicles because of the work is assisted by the DC motor. The DC motor acts to help internal combustion engine reach the torque and the speed as desired. Torque control of hybrid electric vehicle provide of how much torque required by the DC motor to assist the performance of ICE. When the ICE are not able to maintain the speed, the DC motor will help to provide the power. To overcome these problems, neuro-fuzzy predictive methods using inverse models are used. Neuro-fuzzy controller has the advantage of adaptability when the parameters in the system change. HEV itself requires a quick response therefore predictive controller used in order to predict the future value of the torque. Testing results showed that neuro-fuzzy predictive method which combines neurofuzzy controller with inverse models, able to assist ICE follows the reference model. The use of neuro-fuzzy predictive showed better control performance. This is shown from the speed response in 0.25 seconds able to produce a torque of 0.161 N-m, so that the HEV system can follow the desired reference model

Data for Replacement of chromium by non-toxic metals in Lewis-Acid MOFs: assessment of stability as glucose conversion catalysts

The metal-organic framework MIL-101(Cr) is known as a solid-acid catalyst for the solution conversion of biomass-derived glucose to 5-hydroxymethyl furfural (5-HMF). We study the substitution of Cr3+ by Fe3+ and Sc3+ in the MIL-101 structure in order to prepare more environmentally benign catalysts. MIL-101(Fe) can be prepared and inclusion of Sc is possible at low levels (10 % of Fe replaced). On extended synthesis times the polymorphic MIL-88B structure instead forms. Increasing the amount of Sc also yields only MIL-88B even at short crystallisation times. The MIL-88B structure is unstable under hydrothermal conditions, but in dimethylsulfoxide solvent it provides 5-HMF from glucose as the major product. The optimum material is a bimetallic Fe,Sc form of MIL-88B, which provides ~70 % conversion of glucose with 35 % selectivity towards 5-HMF after 3 hours at 140 oC: this offers high conversion compared to other heterogeneous catalysts reported in the same solvent

Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian Asi Eksklusif

The coverage of exclusive breastfeeding at Puskesmas Tokorondo from 2018-2019 decreased from 50.8% to 28%. Lack of knowledge and intensive promotion of formula milk is one of the causes to  low exclusive breastfeeding. The aim of this study was to discover the relationship between socio-economic factors and the level of knowledge of mothers about exclusive breastfeeding at the Puskesmas Tokorondo. This study using an analytical method with a cross-sectional approach. The number of population were 46 people that is mothers who have toddlers aged 6-12 months in the working area of Puskesmas Tokorondo. The sample in this study was 36 people, using consecutive sampling technique. Research shows that more exclusive breastfeeding is found on the low-educated mothers (60%), unemployed mothers (23.5%), high-income (50%), and well-informed (100%). There is a correlation between the knowledge level and exclusive breast-feeding (p= 0.001) while education (p= 0.217), work (p=1,000), and income (p= 0.436) has no relation to exclusive breast-feeding. It is hoped that health workers can be a source of information to the importance of exclusive breastfeeding for infant aged up to 6 months and after 6 months old. After six months, continued with the complementary feeding as well as continuing the breastfeed until the aged of 2 years, along with the support of the husband and particularly the family as an effort to increase the scope of exclusive breastfeeding

Immunophenotypic analysis of the chronological events of tissue repair in aortic medial dissections

Acute medial dissection of aorta can occur in the context of a sudden and unexpected death. For medico-legal reasons it is important to estimate as accurately the histological age of dissections. We evaluated the additional value of a systematic application of immunohistochemistry, compared with conventional histology only, in determining chronological steps of injury and repair. Thirty two paraffin embedded specimens of aortic dissection were retrospectively allocated to one of four defined stages: acute (I), subacute (II), early organizing (III) and scarring (IV) using Hematoxylin and Eosin and Elastica van Gieson stained sections. Subsequent immunohistochemically staining was performed with the following markers: (myeloperoxidase (neutrophils), citrullinated-Histone 3 (neutrophil extracellular traps), CD68 (macrophages), CD3 (T-cells), CD31 and CD34 (endothelial cells), and smooth muscle actin. Immune stained sections were scored semi-quantitatively. Histologically, five cases were identified as stage I, 16 as II, 7 as III and 4 as IV. Additional immunostaining for smooth muscle cells and endothelial cells altered the classification in 25% of cases (all in groups II and III). Immunostaining and semi-quantitative grading of involvement of neutrophils, macrophages and NETs also provided specific distribution patterns over the 4 age categories, including unexpected involvement of the peri adventitial fat tissue. In conclusion, it appears that semi-quantitative immunohistochemistry of resident vascular wall cells, inflammatory cells and NETS represents a useful adjunct in detailed histopathological grading of the chronological age of aortic dissections

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Mahasiswa Universitas Mahasaraswati Denpasar Selama Pandemi Covid-19

COVID-19 menjadi wabah yang telah menyebar luas di dunia termasuk Indonesia. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah upaya untuk memperkuat budaya seseorang, kelompok maupun masyarakat agar peduli dan mengutamakan kesehatan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas. Mahasiswa di fakultas kesehatan memiliki akses yang lebih banyak terhadap informasi kesehatan dibandingkan fakultas non kesehatan. Penerapan PHBS dengan baik dapat membantu pencegahan COVID-19.  Oleh karena itu, penelitian dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat antara mahasiswa fakultas kesehatan dan mahasiswa fakultas nonkesehatan di Universitas Mahasaraswati Denpasar. Penelitian dilaksanakan menggunakan 96 orang responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu 48 orang mahasiswa fakultas kesehatan dan 48 orang mahasiswa fakultas non kesehatan. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat antara mahasiswa fakultas kesehatan dan fakultas nonkesehatan (P=0,403). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa latar belakang pendidikan tinggi tidak mempengaruhi perilaku PHBS mahasiswa di Universitas Mahasaraswati Denpasar.   &nbsp

BRAND MARKETING

Dalam dunia pemasaran, branding atau citra brand sangat berhubungan dengan marketing. Meski demikian, keduanya adalah hal yang benar-benar berbeda. Bisa dikatakan, mereka berbeda tetapi saling membutuhkan. Tapi ternyata tidak banyak yang tahu mengenai hal itu. Brand Marketing merupakan teknik pemasaran yang bertujuan mendapatkan customer sebanyak-banyaknya dengan cara memperkenalkan brand suatu produk tertentu. Pemasaran yang dimaksud dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik maupun media online. Tidak hanya memperkenalkan brand, akan tetapi brand marketing juga memiliki tujuan untuk membentuk persepsi konsumen tentang kelebihan dan manfaat dari suatu produk. Tidak hanya sekadar. Ketika masyarakat mengenal dan mengerti manfaat dari sebuah produk brand, maka akan muncul ketergantungan akan produk tersebut dan akan disebarluaskan kepada orang lain