7 research outputs found

    Distribusi Karbon Organik dalam Sedimen Inti di Perairan Lembata, Laut Flores

    Get PDF
    Kondisi lingkungan dapat diketahui berdasarkan jejak karbon organik dalam sedimen inti. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Perubahan lingkungan saat sedimen terendapkan. Lokasi penelitian berada di perairan utara Pulau Lembata, Laut Flores. Bahan yang digunakan adalah sampel sedimen inti yang diambil menggunakan penginti jatuh bebas pada 7 (tujuh) lokasi dengan sayatan oles. Karakteristik sedimen bagian timur didominasi fragmen biogenik dan sedimen lebih halus. Bagian tengah memiliki komposisi relatif sama antara fragmen batuan dengan biogenik. Bagian barat didominasi oleh fragmen biogenik. Persentase material organik antara 2.496-11.133%, CaCO3 (karbonat) 16.365-79.910% dan total organik karbon 0.999-4.453%. Distribusi karbon organik dalam sedimen inti menunjukkan Perubahan dinamis di wilayah perairan tengah dibandingkan dengan bagian barat dan timur. Perubahan distribusi karbon organik terjadi karena adanya perbedaan sumber asal sedimen, perbedaan morfologi dasar laut, Perubahan kekuatan dinamika perairan, pemanfaatan kesuburan perairan, dan perbedaan produktivitas perairan saat material karbon organik terendapkan. Kata kunci: sedimen, karbon organik, total organik karbon, perairan LembataEnvironmental conditions can be traced through recording the distribution of organic carbon content in core sediments. This study aims to determine environmental changes when sediment is deposited in Lembata waters. The research location is in the north waters of Lembata Island, Flores Sea. The materials used were core sediment samples taken using gravity core at seven locations. The study method uses a Loss On Ignition (LOI) procedure. The results of the analysis of the upper smear slide (0 cm). The eastern part is dominated by biogenic and sedimentary fragments which are finer than the western-central part, the middle part has a relatively similar composition between rock and biogenic fragments. in the dominant western part is a brightly colored material fragment. The change in the percentage of organic material is between 2,496-11,133%, the concentration of CaCO3 ranges from 16,365-79,910% and the concentration of TOC ranges from 0.999-4,453%. Distribution of organic carbon in core sediments from Lembata waters shows dynamic changes in the middle waters compared to the west or east. Changes in the distribution of organic carbon in Lembata waters occur due to differences in sources of sediment origin, differences in seabed morphology, changes in the strength of water dynamics, utilization of aquatic fertility, and differences in waters productivity when organic carbon material is deposited

    Kandungan Logam Berat (Cd, Cu, Pb, dan Zn) dalam Air Laut di Perairan Pantai Timur Pulau Rote

    Full text link
    Pulau Rote merupakan gugusan pulau terdepan NKRI paling selatan yang berbatasan dengan Australia. Pada tahun 2009 terjadi tragedi meledaknya sumur minyak Montana di Blok Atlas Barat Laut Timor yang mengakibatkan pencemaran di perairan Pulau Rote. Hal ini berpotensi dampak pada penurunan kualitas air, ikan tangkap, rumput laut, budidaya mutiara dan rusaknya terumbu karang serta tanaman mangrove. Penelitian Lingkungan dan Geologi Pantai di Perairan Pantai Timur Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur dilakukan pada bulan September-Oktober 2012. Dalam penelitian ini, diambil 40 sampel air secara acak dan sesaat tanpa memperhatikan waktu/musim. Tujuan sampel air terpilih digunakan untuk analisis logam berat yaitu kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), dan Seng (Zn) dengan menggunakan metoda Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi karakteristik kimia air laut untuk mendukung kegiatan wisata bahari. Kualitas logam berat dalam satuan ppm yang terukur berkisar antara : Pb (<0.001-0.017); Cu (<0.001-0.015); Zn (0.008-0.275); Cd (0.0002-0.0005). Nilai status mutu air laut berdasarkan kualitas logam berat yang terukur menurut Metode Storet diketahui : kualitas air laut di perairan termasuk kelas B baik (tercemar ringan) skor -2.Kata kunci kualitas air, logam berat, nilai status mutu, timur Pulau Rote Rote Island is a outers island of southern NKRI which bordering Australia. In 2009, tragedy explosion of oil wells in Block Atlas Montana West Timor which resulted in the pollution of the waters of the island of Rote. This could potentially impact on the quality of water, catching fish, seaweed, pearl cultivation and destruction of coral reefs and mangroves. Environmental and Coastal Geological Research in the Coastal Waters of East Coast Rote Island, East Nusa Tenggara was conducted in September-October 2012. In this study, 40 samples were taken at random and instantaneous water regardless of time / season. Purpose water samples selected for analysis of heavy metals, such as Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Plumbum (Pb), and Zinc (Zn) using the method of Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The purpose of this study was to obtain data and information on the latest chemical characteristics in seawater to support marine tourism activities. Heavy metals quality in ppm ranges between: Pb (<0.001-0.017); Cu (<0.001-0.015); Zn (0.008-0.275); Cd (0.0002-0.0005). The water quality status value is based on the quality of heavy metals measured according to Storet methods, whereabout : sea water quality status value belongs to the class B good (lightly polluted) score of -2

    Types and Distribution of Coral Reef on the Karimata Coast, West Kalimantan

    Full text link
    The identification of quality and condition of the coral reef in the study areas will support the biological diversity and it frequently contains a valuable assortment of natural resources, conservation of marine biota. The environmental problem particularly on the coastal area needs a more comprehensive management due to the complexity of the rapidly growth. Karimata Archipelago geographically is located between 108o40\u27 - 109o10\u27 E and 1o25\u27 - 1o50\u27 S and administratively belongs to the Ketapang Regency (approximate 100 km west side of Ketapang). In the study area, the growth of coral reef is dominated by non-Acropora type arised between the depths 3-15m. The condition is somewhat good to good. Karimata Archipelago consist of two big islands they are Karimata Island (Studied area) and Serutu Island and also some other isles, with the topography from low land to high land having the height of about 1030 meters from sea level. Keywords: Coral reef, Karimata coast, West Kalimantan. Identifikasi kualitas dan kondisi terumbu karang di daerah penelitian dapat menopang keanekaragaman biologi yang pada akhirnya dapat berperan sebagai kawasan konservasi biota laut. Masalah kepekaan lingkungan khususnya di wilayah pantai dan pesisir memerlukan penanganan yang lebih komperhensif, karena kawasan ini relatif lebih kompleks selain perkembangannya yang demikian pesat. Gugusan kepulauan Karimata secara geografi menempati posisi 108o40\u27 - 109o10\u27 BT and 1o25\u27 - 1o50\u27 LS dan secara administrasi masuk dalam Kabupaten Ketapang (lebih-kurang berjarak 100 km ke arah barat dari Ketapang). Di lokasi telitian, keberadaan terumbu karangnya didominasi oleh jenis non-Acropora yang tumbuh baik pada kedalaman antara 3 hingga 15 m. Terumbu karang yang dijumpai dengan kondisi agak baik hingga baik. Kepulauan Karimata terdiri dari 2 pulau besar, P. Karimata di mana lokasi studi terletak dan P.Serutu dan beberapa pulau-pulau kecil dengan topografi dari dataran rendah hingga dataran tinggi (1030 m) di atas permukaan laut. Kata kunci:Terumbu karang, Pantai Karimata, Kalimantan Barat

    Kandungan Logam Berat (Cu, Pb, Zn, Cd, dan Cr) dalam Air dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta

    Full text link
    Penelitian Lingkungan dan Kebencanaan Geologi Kelautan Perairan Teluk Jakarta (Tanjung Kait – Muara Gembong) dilakukan pada bulan Oktober - November 2010. Uji logam berat (Cu, Pb, Zn, Cd, dan Cr) dilakukan terhadap 28 contoh air laut dan 28 contoh sedimen dasar laut menggunakan metoda Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi kondisi lingkungan terkini dari kandungan logam berat dalam air laut dan sedimen dasar laut. Kandungan logam berat (air laut dalam mg/l : sedimen dasar laut dalam ppm) terukur sebagai berikut : Cu ( <0.005 : 15.000-169.500 ); Pb (0.005-0.011 : 14.000-58.100); Zn (0.005-0.007 : 95.800-333.000); Cd (0.006-0.015 : 0.012-0.750); Cr (<0.001 : 45.320-139.180). Berdasarkan Metode Storet dapat dilihat nilai status mutu air laut perairan ini adalah -12, berarti bahwa kualitas air laut di perairan termasuk kelas C (tercemar sedang). Sedangkan status mutu sedimen di perairan menunjukkan skor nilai status mutu sedimen adalah 0, yang berarti bahwa kualitas sedimen termasuk kelas A (tidak tercemar/memenuhi baku mutu). Jelas terlihat bahwa nilai ambang batas (NAB) logam berat dalam sedimen jauh lebih tinggi dari NAB logam berat dalam air. Kata kunci: logam berat, sedimen dasar laut, air laut, nilai status mutu Marine Environmental and Geological Hazard Survey In Jakarta Bay Waters (Tanjung Kait - Muara Gembong) conducted in October-November 2010. Testing of heavy metals (Cu, Pb, Zn, Cd, and Cr) performed on 28 samples of sea water and 28 subsurface sediment samples using the method of Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The purpose of this study was to obtain data and information on current environmental conditions of heavy metal content in seawater and subsurface sediment. Heavy metal content (sea water in mg/l: subsurface sediment in ppm) measured as follows: Cu ( <0.005 : 15.000-169.500 ); Pb (0.005-0.011 : 14.000-58.100); Zn (0.005-0.007 : 95.800-333.000); Cd (0.006-0.015 : 0.012-0.750); Cr (<0.001 : 45.320-139.180). Based on the Storet method shows the value of water quality status of sea waters is -12, which means that the seawater quality in these waters belong to a class C (medium contaminated). While the status of sediment quality in these waters indicate subsurface sediment quality score status value is 0, which means that subsurface sediment quality belongs to the class A (not polluted/correspond to the quality standards). It is clearly seen that the threshold value (NAV) of heavy metals in sediments is much higher than the NAV of heavy metals in water. Keywords: heavy metal, subsurface sediment, seawater, quality score statu

    Site Determination for OTEC Turbine Installation of 100 MW Capacity in North Bali Waters

    Full text link
    This research was conducted to investigate a suitable location for the OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) pilot plant in North Bali. The investigation was done by calculating the theoretical potential of electric power output using the method of Uehara and Ikegami (1990) for closed cycle OTEC. OTEC power plants require a temperature difference between surface and bottom water layers at least 20°C. Temperature data were obtained from the HYCOM temperature model for a period of 9 years (2008 - 2017) at 4 points which were verified with field data taken in 2017 using KR Geomarin III. The results of field measurements show that the sea surface temperature (SST) in the study area ranges from 28 to 31°C while at depth of 800 m 5.75°C. ∆T values range from 22 to 25°C. Verification of modelling temperature and measurement temperature shows that the modeling results resemble the temperature of North Bali Waters. Analyses results for the four points showed that B-11, located in the Tedjakula area, has the largest electrical power output (71,109 MW). Thus, point B-11 is the best location for development of OTEC pilot plant in North Bali Waters.Keywords: sea water temperature, net power, OTEC closed cycle, North BaliPenelitian ini dilakukan untuk menentukan lokasi yang layak untuk pilot plant OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) di perairan Bali Utara. Penentuan dilakukan dengan menghitungpotensi teoritis output daya listrik menggunakan metoda Uehara dan Ikegami (1990) untuk OTEC siklus tertutup. Pembangkit listrik OTEC membutuhkan perbedaan suhu antara lapisan permukaan dan lapisan dalam sebesar 20°C atau lebih. Data suhu didapatkan dari model suhu HYCOM untuk jangka waktu 9 tahun (2008 – 2017) pada 4 titik yang diverifikasi dengan data lapangan yang diambil pada tahun 2017 dengan menggunakan KR Geomarin III. Hasil pengukuran lapangan menunjukaan bahwa suhu permukaan laut (SPL) daerah penelitian berkisar 28-31°C dan suhu air pada kedalaman 800 m adalah 5,75°C. Nilai ∆T berkisar 22-25°C. Verifikasi suhu hasil pemodelan dengan suhu hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu hasil pemodelan dapat mewakili suhu perairan Bali Utara. Hasil analisis yang dilakukan pada 4 titik menunjukkan bahwa titik B-11 yang terletak di daerah Tedjakula memberikan output daya listrik terbesar (71,109 MW). Titik B-11 merupakan lokasi terbaik untuk pengembangan pilot plant OTEC di perairan Bali Utara
    corecore