4 research outputs found

    Analisis Spasio-temporal Kekeringan Pada Lahan Sawah di Lampung Selatan Berbasis Pengolahan Normalized Difference Drought Index Pada Citra Satelit Landsat 8

    Get PDF
    Kekeringan pada lahan pertanian merupakan kondisi berkurangnya kandungan air dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu dalam periode tertentu. Pada November 2019 Kabupaten Lampung Selatan mengalami kekeringan pertanian yang menyebabkan terjadinya kegagalan panen lahan sawah seluas 1300 Ha. Citra Landsat 8 merupakan salah satu data penginderaan jauh sistem optis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekeringan padi menggunakan metode indeks kekeringan. Indeks kekeringan Normalized Difference Drought Index (NDDI) adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat kekeringan suatu wilayah berdasarkan parameter NDVI dan NDWI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengestimasi luas kekeringan yang telah terjadi di Kabupaten Lampung Selatan dengan menerapkan indeks NDDI. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kekeringan yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan pada Juli 2019 sampai Desember 2019 dapat teridentifikasi dengan akurasi sebesar 88,1% dan tingkat kelas kekeringan yang bervariasi. Puncak kekeringan ringan dan kekeringan sedang terjadi pada Juli 2019 dengan luas 10019,43 Ha dan 4539,94 Ha, puncak kekeringan berat dan ekstrem pada Desember 2019 yaitu 1012,26 Ha dan 2463,96 Ha. Peningkatan kekeringan ekstrem pada bulan November dan Desember 2019 diduga karena akumulasi dari rendahnya curah hujan pada beberapa bulan sebelumnya

    Spatial Prioritization for Wildfire Mitigation by Integrating Heterogeneous Spatial Data: A New Multi-Dimensional Approach for Tropical Rainforests

    Get PDF
    Wildfires drive deforestation that causes various losses. Although many studies have used spatial approaches, a multi-dimensional analysis is required to determine priority areas for mitigation. This study identified priority areas for wildfire mitigation in Indonesia using a multi-dimensional approach including disaster, environmental, historical, and administrative parameters by integrating 20 types of multi-source spatial data. Spatial data were combined to produce susceptibility, carbon stock, and carbon emission models that form the basis for prioritization modelling. The developed priority model was compared with historical deforestation data. Legal aspects were evaluated for oil-palm plantations and mining with respect to their impact on wildfire mitigation. Results showed that 379,516 km2 of forests in Indonesia belong to the high-priority category and most of these are located in Sumatra, Kalimantan, and North Maluku. Historical data suggest that 19.50% of priority areas for wildfire mitigation have experienced deforestation caused by wildfires over the last ten years. Based on legal aspects of land use, 5.2% and 3.9% of high-priority areas for wildfire mitigation are in oil palm and mining areas, respectively. These results can be used to support the determination of high-priority areas for the REDD+ program and the evaluation of land use policies

    Pembuatan Peta Desa Karang Anyar Untuk Pembangunan Desa Yang Berkelanjutan

    No full text
    Kebutuhan akan informasi geospasial dalam bentuk peta desa yang bisa diakses secara langsung di kantor desa maupun secara daring sangatlah diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah perencanaan di Desa, khususnya Desa Karang Anyar. Penyediaan informasi geospasial ini dapat dicapai menggunakan teknologi rendah biaya dan tepat guna, seperti menggunakan teknologi UAV untuk mendapatkan peta foto Desa Karang Anyar yang nantinya akan ditambah dengan pemetaan menggunakan teknologi pemosisian GPS teliti untuk mendapatkan batas desa secara definitif, lokasi-lokasi penting dari desa Karang Anyar dan potensi serta sejarah dari Desa Karang Anyar dari proses survey dan wawancara langsung kepada masyarakat sekitar. Selain itu, peta tersebut akan juga dilengkapi dengan utilitas desa seperti tiang listrik, irigasi dan drainase yang mana kesemuanya akan dibentuk dalam peta kertas maupun digital yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat desa secara mudah yang dapat juga diakses oleh seluruh  pihak  secara  gratis  dan  cepat.  ketersediaan  informasi  geospasial  dari  Desa  Karang Anyar  dapat menjadi solusi dalam rangka perencanaan yang lebih merata dan berkelanjuta

    Potential Loss of Ecosystem Service Value Due to Vessel Activity Expansion in Indonesian Marine Protected Areas

    No full text
    Sustainable Development Goal (SDG) number 14 pertains to the preservation of sustainable marine ecosystems by establishing marine protected areas (MPAs). However, studies have reported massive damage to Indonesian marine ecosystems due to shipping pollution, anchors, and fishing nets. Thus, this study estimated the potential loss of ecosystem service value due to vessel activity expansion in the MPAs of Indonesia. This study was divided into three stages. The first stage is vessel activity expansion zone modeling based on kernel density. The second stage is marine ecosystem service value modeling through semantic harmonization, reclassification, and spatial harmonization. The last stage is the overlay of the vessel expansion zone model, marine ecosystem service value model, and the MPA of Indonesia. The results of this study indicate that the marine neritic zone of Indonesia has an ecosystem service value of USD 814.23 billion, of which USD 159.87 billion (19.63%) are in the MPA. However, the increase in vessel activity that occurred in 2013–2018 could potentially lead to the loss of the ecosystem service value of USD 27.63 billion in 14 protected areas. These results can assist policymakers in determining priority conservation areas based on the threat of vessel activity and value of ecosystem services
    corecore