22 research outputs found
Aktivitas Inhibisi Alfa Glukosidase Pada Beberapa Jenis Kulit Kayu Raru
Raru merupakan sebutan untuk jenis kulit kayu yang ditambahkan pada nira aren yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa, kadar alkohol dan mengawetkan minuman tradisional tuak. Sebagian masyarakat Tapanuli juga mengenal kulit kayu raru sebagai obat diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi berbagai jenis kulit kayu raru, mengetahui kandungan bioaktifnya, dan mengetahui efek farmakologis ekstraktif raru terhadap penurunan kadar gula darah melalui aktivitas inhibisi alfa glukosidase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari eksplorasi jenis raru di Sumatera Utara dan Riau diperoleh 4 jenis raru antara lain Cotylelobium melanoxylon Pierre, Shorea balanocarpoides Symington, Cotylelobium lanceolatum Craib, dan Vatica perakensis King. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak kulit kayu tersebut di atas mengandung senyawa golongan flavonoid, tanin dan saponin. Aktivitas inhibisi berkisar antara 88-97% dan inhibisi terbaik ditunjukkan oleh Shorea balanocarpoides dengan aktivitas inhibisi obat paten glucobay sebesar 97%
Sifat Fisis dan Mekanis Empat Jenis Kayu Andalan Asal Sumatera Utara
Tulisan ini menyajikan informasi ilmiah sifat fisis dan mekanis empat jenis kayu yaitu salagundi (Rhoudolia teysmanii), raru (Cotylelobium melanoxylon), mobe (Arthocarpus dadah), dan medang landit (Persea rimosa). Sifat-sifat kayu yang diukur adalah berat jenis, kadar air, penyusutan linear (arah longitudinal, radial, tangensial), penyusutan volume, modulus patah (MOR), modulus elastisitas (MOE), keteguhan tekan dan keteguhan tarik sejajar serat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2005 di Laboratorium Pengolahan dan Pemanfaatan Hasil Hutan, Balai Litbang Kehutanan Sumatera. Kayu diambil dari Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat jenis kayu berturut-turut : 0.44-0.54 (medang landit), 0.55-0.69 (mobe), 0.80-0.86 (salagundi) dan 1.02-1.09 (raru). Nilai berat jenis berbanding lurus dan berkorelasi positif dengan sifat lainnya terutama sifat mekanis seperti MOR dan MOE
Aktivitas Antioksidan Dan Toksisitas Ekstrak Kulit Kayu Raru (Cotylelobium SP.)
Penelitian tumbuhan obat terus berkembang seiring dengan minat masyarakat pada bahan obat yang berasal dari alam yang berhubungan dengan keamanannya dibanding dengan obat sintetik. Salah satu kulit kayu yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara yang lebih dikenal dengan sebutan raru diidentifikasi sebagai Cotylelobium sp, sudah sangat luas dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera Utara. Kulit kayu ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai campuran minuman tuak (minuman tradisional Batak). Masyarakat juga meyakini kulit kayu raru dapat digunakan sebagai obat penurun kadar gula darah (anti diabetes). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data potensi antioksidan dari kulit kayu raru dengan metoda DPPH dan mengetahui toksisitas ekstrak menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre adalah 30,11% dan Cotylelobium lanceolatum Craib sebesar 14,50%. Uji fitokimia menunjukkan kedua jenis ekstrak mengandung flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan hidrokuinon. Ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH dengan nilai IC50sebesar 108,487 ppm dan Cotylelobium lanceolatum Craib memiliki nilai IC50sebesar 77,909 ppm. Selanjutnya, toksisitas Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki nilai LC50sebesar 643,550 ppm and Cotylelobium lanceolatum memiliki LC50sebesar 767,191 ppm
Aktifitas Antioksidan Dan Antikoagulasi Resin Jernang
Jernang adalah resin berwarna merah hasil sekresi buah tanaman rotan. Di pasar Internasional Jernang asal Indonesia umumnya dikenal dari jenis Daemonorops spp. Jernang telah banyak dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional. Untuk itu perlu dilakukan pengujian fitokimia, uji aktifitas antioxidant dan antikoagulasi resin jernang yang berasal dari 3 jenis tanaman rotan yaitu Daemonorops longipes Mart, Daemonorops draco BL. dan Daemonorops melanochaetes BL. Penapisan fitokimia ditujukan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam resin, uji aktifitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikril-hidrazil) dan uji aktifitas antikoagulasi secara in-vitro menggunakan darah kelinci. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga jenis jernang yang diekstrak menggunakaan pelarut polar (metanol) dan semi-polar (etil asetat) mengandung golongan senyawa yang dikenal Peruntukkannya sebagai obat-obatan yaitu flavonoid, triterpenoid dan tanin serta berpotensi sebagai antioksidan. Potensi tertinggi sebagai antioksidan adalah jernang kalamuai (Daemonorops longipes Mart) yang diindikasikan dengan nilai IC50 terendah (71,89±3,89 mgL-1). Ekstrak etil asetat jernang berpotensi sebagai prokoagulasi darah, terutama ekstrak etil asetat jernang kalamuai (Daemonorops longipes Mart.) dengan waktu pembekuan tercepat
Keragaman Komponen Kimia Gaharu Pada Kelas Super Dan Kemedangan
Tulisan ini menyajikan kadar resin dan komposisi senyawa kimia dari beberapa kualitas gaharu menggunakan kromatografi gas spektrometri massa. Kualitas gaharu yang diuji adalah kelas super dan kemedangan yang berasal dari Bangka, Papua dan Asosiasi Pengusaha Eksportir Gaharu Indonesia (Asgarin). Hasil penelitian menunjukkan rendemen resin gaharu lebih tinggi pada kelas kualitas super daripada kelas kemedangan. Gaharu berkadar resin tinggi dianggap sebagai berkualitas tinggi (super), dan komposisi kimianya didominasi oleh chromone dan gamma gurjunene. Sebaliknya gaharu berkualitas rendah (kemedangan) berkomposisi kimia 2,5 furandione, 3-dodecenyl dan agarospirol. Komponen kimia gaharu kelas super mengandung lebih banyak senyawa kelompok sesquiterpena dibanding kelas kemedangan. Senyawa sesquiterpene dan chromone berindikasi kuat menyebabkan aroma harum pada gaharu. Kualitas gaharu pada kelas yang sama menunjukkan rendemen resin dan komposisi kimia yang berbeda dari tiga lokasi yang diteliti
Analisis Komponen Kimia Beberapa Kualitas Gaharu Dengan Kromatografi Gas Spektrometri Massa
Tulisan ini menyajikan kadar resin dan komposisi senyawa kimia dari beberapa kualitas gaharu menggunakan kromatografi gas spektrometri massa. Kualitas gaharu yang diuji adalah kemedangan C, teri C, kacangan C dan super AB. Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak gaharu pada berbagai pelarut berturut-turut paling tinggi adalah kualitas super AB, kacangan C, teri C, dan kemedangan C. Komponen kimia gaharu mengandung senyawa furan dan kelompok ester lainnya yang menimbulkan aroma wangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengkelasan kualitas gaharu secara tradisional tidak objektif
Biological Activities Afforded by the Extract From Raru Bark to Inhibit Action of Alpha- Glucosidase Enzymes
Raru (Shoreabalanocarpoides Sym) signifies one of the tree species that grows widespread in Sumatra Island. Its bark portion is commonly used by local villagers as additional ingredient mixed to nira (sugar palm juice). This addition is intended to make the juice more durable and also to enrich its taste after the juice is previously fermented to become traditional toddy beverage or the so-call “tuak”. Local villagers believe that raru bark can reduce the level of blood sugar. As the relevance, the research was conducted to confirm that the extract from raru bark could afford its biological activities to inhibit alpha-glucosidase enzyme through its characterization, quantification, and isolation of its boactive compound. The extraction was performed using two methods (i.e.reflux and maceration techniques). Result revealed that the bark extract obtained from both techniques contained polyphenol compounds: flavonoid, saponin and tannin. Further, raru-bark extract from the reflux and maceration techniques could inhibit the action of alpha glucosidase enzymes on carbohydrate substrate ( i.e. p -nitrophenil-α-D-glucopyranose), at respectively 90.67% and 97.33%. Meanwhile, the inhibition activities afforded by the patented drug as a control (i.e. glucobay) equaled to 97.05%. Assesment using UV-VIS spectroscopy, showed that the maximum spectrum of bioactive compound in the extract was at the wave length of 288.6 nm. Scrutiny using FTIR spectroscopy could identif y the presence of aromatic groups in the compound, containing -OH, C-H, C=C, C-O and C-H bond types. Analysis using GC-MS exhibited that the compound had molecular weight of 390 with molecular structure as C20H22O8. Ultimately, data analysis scrutiny with the aid of NMR judged the most plausible compound as bioactive was 4-Glucosyl-3, 4', 5-trihydroxystilbene
KUALITAS LILIN AROMATERAPI DAN SABUN BERBAHAN MINYAK Dryobalanops aromatica
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lilin aromaterapi dan sabun yang dihasilkan dengan penambahan minyak Dryobalanops aromatica. Lilin aromaterapi dibuat dengan berbagai formulasi, kemudian diujikan kepada 30 responden untuk mengetahui kesukaan terhadap lilin. Parameter yang diukur antara lain kesukaan terhadap lilin sebelum dibakar, setelah dibakar, dan efek aromaterapi yang dirasakan. Sabun dibuat dengan berbagai formulasi dengan menambahkan minyak Dryobalanops aromatica pada 2, 4, dan 6%, kemudian diuji sifat fisiko kimianya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata tentang kesukaan sebelum lilin dibakar antar formulasi yang dibuat dan formula dengan konsentrasi minyak Dryobalanops paling rendah yang paling disukai. Tidak terlihat perbedaan yang nyata antar formulasi yang dibuat pada penilaian lilin setelah dibakar. Akan tetapi terlihat kecenderungan bahwa lilin dengan tingkat konsentrasi minyak Dryobalanops sedang lebih disukai. Tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap tingkat efek aromaterapi pada formula yang dibuat. Formulasi lilin aromaterapi dengan konsentrasi minyak Dryobalanops paling rendah merupakan formulasi yang memberi efek positif pada responden. Sifat fisiko-kimia sabun menunjukkan bahwa kadar air dan jumlah asam lemak masih dibawah standar, akan tetapi nilai kadar asam lemak bebas dan kadar lemak tak tersabunkan sudah memenuhi standar SNI. Kandungan kualitatif mineral bernilai negatif. Ditemukan senyawa borneol sebagai senyawa penciri dari Dryobalanops aromatica dalam bentuk endo borneol. Senyawa lainnya seperti caryophylene, alpha pinena, alpha humulena, alpha terpineol dan delta limonena
The Effect of Natrium Bisulfite Addition and Ethanol Dehydration to the Quality of Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) Flour
Porang (Amorphophallus muelleri Blume) is an alternative food sources from forest. Porang grows under forest canopy and potentially developed to improve food security. Naturally harvested porang contains high oxalate and less glucomannan. This paper observes possible quality improvement of porang flour in term of whiteness and glucomannan content. Porang collected from Nganjuk, East Java was quality tested and mixed with natrium bisulfite then rinse in ethanol repetitively. Results showed that the addition of sodium bisulfite improved the whiteness of porang flour for about 6.59%. Ethanol dehydration proces was able to improve glucomannan content from 12.86% to 38.11%. Fe and Ca content of mixed porang flour showed no significant difference. Porang flour from Nganjuk contained of 1,6-Anhydro- Beta-D-Glucopyranose; 1,2,3,4-Cyclopentanetetrol,(1.alpha., 2.beta., 3.beta., 4.alpha.); cyclopropyl carbinol; aceticacid(CAS)ethylicacid; and hexadecanoic acid