7 research outputs found

    PENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS, SINTESIS, DAN EVALUASI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

    Get PDF
    Improving Analytical, Synthetic, and Evaluative Skills through Problem- Solving Learning. This study aims to improve high-level cognitive abilities of the students of SMKN 2 Wonosari through problem solving. This study was an action research study conducted in two cycles. The subjects were 32 Year 2 students of Automotive Mechanical Engineering of SMKN 2 Wonosari. The instrument was the researcher, equipped with teacher observation sheets and student and teacher feedbacks. The data were analyzed by the quantitative descriptive technique, supported by the qualitative technique. The study showed that the atmosphere was more conducive for learning, indicated by the improvement of students’ activeness in asking questions, the decrease of off-tasks, and the decrease of one’s dependence on others. The level of class disturbance tended to decrease, indicated by the decreasing number of relaxed and noisy students. There was an improvement of learning mastery although it was relatively small. The improvement of students’ cognitive abilities was high, indicated by their scores that tended to increase and their work reports after learning. Keywords: analytical, synthetic, and evaluative skills, problem solvin

    Pentingnya Pendidikan Soft Skills bagi Siswa SMK dalam Menyiapkan Tenaga Kerja yang Diperlukan Dunia Usaha dan Industri

    Get PDF
    Era global di abad ke 21 saat ini nampak sekali adanya perkembangan dan perubahan yang begitu pesat dalam berbagai hal di masyarakat, mulai dari kebutuhan infrastruktur, sosial budaya, teknologi, dan lain-lain yang semuanya itu akan berdampak pada tuntutan Sumber Daya Manusia (SDM). Kebutuhan SDM saat ini menuntut mereka yang memiliki semangat daya saing, adaptif dan antisipatif, terbuka terhadap perubahan, mampu belajar, terampil, mudah beradaptasi dengan teknologi baru, serta memiliki dasar kemampuan luas, kuat, dan mendasar untuk berkembang. Makalah ini ingin membahas bagaimanakah menyiapkan siswa SMK Kelompok Teknologi & Industri yang memiliki ciri-ciri seperti telah di atas melalui pembelaaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan diketahui bahwa profil tenaga kerja yang dibutuhkan pasar saat ini adalah yang kuat pada aspek soft skills (disiplin, kejujuran, komitmen, tanggungjawab, rasa percaya diri, etika, sopan santun, kerjasama, kreativitas, komunikasi, kepemimpinan, entrepeneurship, dan berorganisasi), tanpa meninggalkan aspek hard skills (kompetensi teknis). Untuk itu terdapat tiga alternatif Model Pendidikan yang memadukan hard skills dan soft skills, yakni : (1) Pendidikan aspek soft skills, dasar-dasar kejuruan, dan kewirausahaan dilaksanakan di sekolah, sedangkan pendidikan aspek hard skills di DUDI; (2) Pendidikan aspek soft skills saja yang dilaksanakan di sekolah, pendidikan aspek hard skills sambil praktek kerja di DUDI; atau (3) Pendidikan aspek soft skills saja di sekolah, pendidikan aspek hard skills, dasar-dasar kejuruan, dan kewirausahaan sambil praktek kerja di teaching factory yang dikembangkan SMK. Untuk melaksanakan model pendidikan tersebut struktur kurikulum SMK tetap mengacu Kurikulum Nasional yang sekarang sedang digunakan, sedangkan aspek soft skills dapat diintegrasikan di dalam RPP dan silabus. Model pembelajaran yang relevan menggunakan strategi pembelajaran Contextual Teaching & Learning, pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran aktif, serta perlu adanya buku saku pedoman pendidikan soft skills bagi siswa dengan pendekatan reward and punishment. Untuk mewujudkan kompetensi lulusan sebagaimana dituliskan di bagian sebelumnya, karakteristik guru/instruktur yang diperlukan adalah : (1) The Adaptor, (2) The Visionary, (3) The Collaborator, (4) The Risk Taker, (5) The Leaner, (6) The Communicator, (7) The Model, dan (8) The Leader. Dan terakhir agar pendidikan soft skills ini berjalan efektif tidak lepas dari dukungan segenap stake holders di lingkungan sekolah, masyarakat dan DUDI sewaktu siswa melaksanakan kegiatan Paktek Kerja Lapangan

    PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SOFT SKILLS UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

    Get PDF
    Penelitian ini menindaklanjuti hasil penelitian sebelumnya, yakni tahun 2009 dan 2010. Hasil penelitian tahun 2009 telah menghasilkan rumusan soft skills lulusan SMK yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri, berdasarkan urutan prioritas adalah sebagai berikut: disiplin, kejujuran, komitmen, tanggung jawab, rasa percaya diri, komunikasi, kreatifitas, kepemimpinan, kerjasama, entrepreneurship dan berorganisasi. Sedangkan penelitian tahun 2010 telah menghasilkan model pembelajarannya, yakni model pembelajaran soft skills terintegrasi dalam mata pelajaran. Tujuan penelitian tahun 2011 adalah diseminasi hasil penelitian dan publikasi hasil penelitian melalui jurnal terakreditasi. Diseminasi hasil dilakukan pada SMK se-Provinsi DI Yogyakarta, meliputi kabupaten Sleman, Kulonprogo, Gunung Kidul, Bantul dan kota Yogyakarta. Sedangkan publikasi ilmiah dilakukan melalui Cakrawala Pendidikan (CP) terbitan LPPM UNY. Hasil penelitian tahun 2011 adalah telah selesai dilakukan diseminasi hasil penelitian kepada Kepala Sekolah, Guru Produktif, dan Guru Bimbingan Konseling serta perwakilan dunia usaha/dunia industri (DUDI). Peserta diseminasi sejumlah 21 orang yang berasal dari 9 SMK perwakilan kabupaten Sleman, Kulonprogo, Gunung Kidul, Bantul dan kota Yogyakarta serta 2 orang perwakilan DUDI. Tindak lanjut diseminasi adalah implementasi hasil penelitian pada 8 SMK, yakni SMK Muhammadiyah I Bantul, SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 2 Wonosari, SMKN 2 Pengasih, Kulon Progo, SMK Muhammadiyah Prambanan, SMKN 1 Seyegan, Sleman, SMKN 2 Klaten, dan SMK Nasional Berbah, Sleman. Sedangkan untuk publikasi ilmiah saat ini artikel hasil penelitian telah masuk redaksi Cakrawala Pendidikan (CP) UNY pada tanggal 26 Agustus 2011, dan saat ini sedang menunggu proses penerbitan

    MODEL PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSIPADA BIDANG VOKASI

    No full text
    Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mengembangkankerangka model Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Bidang Vokasi.; (2)mengembangkan rambu-rambu dan ruang lingkup semua komponen model tentang efektivitas pelaksanaan teaching factory, pengembangan Kurikulum, evaluasi pencapaian kompetensi, Uji Kompetensi dan Sertifikasi pendidikan berbasis kompetensi dan (3) menemukan model empirik pelaksanaan pembelajaran padateaching factory di SMK, uji kompetensi dan sertifikasi keahlian siswa SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan, kurikulum Bebasis Kompetensi D3 Tata Boga. Metode yang digunakan adalah penelitian pengembangan (Research and Development) yang dilaksanakan menjadi tiga tahap, yaitu untuk tahap pertama merupakan tahap penelitian, tahap kedua merupakan tahap pengembagan dan tahap ketiga adalah tahap validasi model. Tahap ini merupakan tahap pertama (Tahun I) Penelitian dan penelitianprasurveyinidilakukandi Yogyakarta, Semarang, Jakarta dan Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Model Konseptual Pendidikan Berbasis Kompetensi Bidang Vokasi (Penelitian Payung) dihasilkan dengan melakukan studi literature yang ruang lingkupnya cukup luas kemudian dikonstruksi model konseptualnya selanjutnya model ini divalidasi kepada beberapa ahli untuk mendapatkan masukan model. Setelah itu kemudian dikembangkan rambu-rambu dan ruang lingkup pengembangan model pendidikan berbasis kompetensi pada bidang vokasi untuk menjadi acuan semua penelitian sub model. Rambu-rambu ruang lingkup penelitian didiskusikan dengan semua anggota tim dan kemudian divalidasi kepada beberapaahli bersama dengan model konseptualnya; (2) untuk membangun model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi inidilakukan di LSP Pariwisata Indonesia Kuningan Jakarta dan di Program Diploma 3 Tata Boga Universitas Negeri Yogyakarta. Berdasarkan prasurvey dan kajian pustaka model pengembangan kurikulumber basis kompetensi pada kontek pendidikan vokasi bidang tataboga digambarkan seperti pada gambar model konseptual dan konseptualnya; (3) Pada umumnya semua SMK RSBI di DIY memahamiteaching factory sama dengan Unit Produksi. Kalaupun ada perbedaan antara teaching factory dengan Unit produksi ialah pada sumber pendanaan dan tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan yang dilaksanakan. Dengan demikian, sekolah melaksanakan program teaching factory berupa Unit Produksi atau Unit Usaha yang melibatkan siswa; (4) di Jawa Tengah, sertifikat keahlian siswa SMK negeri dan swasta diperoleh melalui tiga cara, yaitu Prakerin atau PSG, Proyek Tugas Akhir (PTA), dan uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) di bawah BNSP. Sertifikat yang diperoleh dari pelaksanaan prakerin atau PSG dan sertifikat yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai pelengkap UN. Artinya kedua sertifikat masuk dalam hasil UN. Sementara itu sertifikat yang diperoleh dari LSP merupakan bekal tambahan bagi siswa dalam rangka melamar pekerjaan. Tiga model penyelenggaraan UKSK yang ada di Jawa Tengah yaitu Proyek Tugas Akhir (PTA), uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Kesimpulannya adalah (1) kerangka dasar dari pendidikan berbasis kompetensi pada bidang vokasi terdiri dari komponen: pengembangan kurikulum pada tingkat sekolah, pendekatan pembelajaran, pendekatan penilaian pencapaian kompetensi, dan uji kompetensi dan sertidikasi; (2) prosedur pengembangan kurikulum implementatif pada institusi pendidikan mengikuti prosedur sebagai berikut (a) standar kompetensi dari pemerintah BNSP dan SKKNI di sinkronkan, (b) hasil dari penyesuaian kemudian standar kompetensi ini divalidasi oleh pihak industri sebagai users, melalui Focus Group Discussion (FGD) sehingga menghasilkan kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) yang bisa diakui oleh pihak dunia kerja; (3) penelitian tentang pembelajaran pada teaching factory pada SMK RSBI menunjukkan bahwa teaching factory belum mampu mengoptimalkan perannya dalam pembentukan kompetensi lulusan. Oleh karena itu masih perlu penelitian lain yang mampu mengungkap model pembelajaran pendidikan berbasis kompetensi pada bidang vokasi untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis kompetensi; (4) model uji kompetensi secara konseptual sudah bisa digambarkan, yang terdiri dari beberapa substansi sebagai berikut. Komponen model terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan sistem pelaporan. Untuk komponen proses ada tiga bentuk model uji kompetensi dan sertidikasi yaitu model Prakerin dan PSG, model Proyek Tugas Akhir, dan model Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)

    MODEL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL, POTRET KOMITMEN TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN

    Get PDF
    Penelitian yang direncanakan berlangsung selama tiga tahun ini sekarang telah menginjak tahun kedua. Di tahun pertama, telah dirumuskan empat masalah penelitian, yaitu: (1) tentang essential skills untuk tumbuhnya sikap dan perilaku berwirausaha, (2) performance indicators yang merupakan hasil pendidikan berwirausaha, (3) upaya-upaya guru untuk mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulum, dan (4) contoh-contoh program yang dikembangkan baik oleh pendidikan formal maupun nonformal. Penelitian tahun kedua ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi essential skills yang menjadi faktor utama tumbuhnya motivasi dan perilaku berwirausaha, (2) menyusun performance indicators yang mengarah ke terwujudnya wirausaha muda yang memiliki sifat-sifat, sikap, dan perilaku sebagai wirausaha,(3) memperoleh validasi teoritik model-model pembelajaran kewirausahaan di sekolah menengah kejuruan (jalur pendidikan formal), dan (4) percepatan penyelesaian studi S3 melalui pembimbingan intensif terhadap tiga mahasiswa dengan permasalahan desertasi yang masih satu rumpun yaitu kewirausahaan di sekolah menengah kejuruan. Di tahun ketiga diharapkan, yaitu : (1) dihasilkan model pembelajaran untuk pendidikan formal dan non formal yang berbasis analisis data empirik, serta (2) dapat memberikan rekomendasi untuk sebuah pengambilan kebijakan dalam pendidikan berwirausaha sebagai dasar untuk membangun wirausaha mandiri Metode penelitian secara garis besar mengacu pada penelitian pengembangan. Cakupan penelitian mengambil setting di: (1) Kotamadya Yogyakarta, (2) Kabupaten Sleman, (3) Kabupaten Kulon Progo, (4) Kabupaten Bantul, dan (5) Kabupaten Gunung Kidul. Jumlah populasi sulit ditetapkan; maka untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menerapkan quota sampling untuk tahun pertama dan tahun ke dua. Di tahun pertama, tim peneliti menerapkan pra survei untuk mencari bahan sebanyak-banyaknya yang berkenaan dengan pertanyaan penelitian. Instrumen penelitian yang terdiri dari angket, pedoman wawancara, dan pedoman FGD (Foccused Group Discussion) diharapkan bisa secara tuntas menjawab semua pertanyaan penelitian yang diajukan. Responden ditentukan berdasarkan pemaslahan yang diteliti, yaitu: (1) untuk mengungkap essential skill yang menjadi faktor utama tumbuhnya motivasi dan perilaku wirausaha ditetapkan responden dari sejumlah pengelola pendidikan non formal, (2) responden untuk merumuskan performance indicators adalah beberapa kepala sekolah menengah kejuruan, dan (3) untuk memperoleh validasi teoritik model pembelajaran kewirausahaan respondennya adalah sejumlah guru kewirausahaan dan guru bidang produktif, kepala sekolah serta pakar pendidikan. Analisis data penelitian menggunakan statistik disktiptif

    PERUBAHAN DUNIA KERJA DAN IMPLIKASINYA PADA PERUBAHAN PENDEKATAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA

    No full text
    Kemajuan teknologi dan komputer telah mempengaruhi karakteristik ekonomi yang implikasi pada perubaha struktur dunia kerja. Perubahan itu kadang-kadang tidak bisa diantisipasi sebelumnya, sehingga perubahan karakteristik dunia kerja sulit diprediksi. Pendidikan kejuruan yang terkait dengan dunia kerja harus mampu menyiapkan lulusannya memiliki kemampuan adaptif dan memiliki fleksibilitas yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pendidikan berbasis kompetensi bidang kejuruan yang mampu membentuk lulusan yang memiliki profesionalitas, kemampuan adaptif, enterpreuneuship, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan prosedur research and development dari Borg dan Gall. Model disusun berdasarkan masukan dari forum FGD dengan pendekatan system. Bangunan model kemudian divalidasi ahli untuk mendapatkan masukan. Validasi cyclical dilakukan untuk mendapatkan validasi teoritik dan empiric. Hasil penelitian menunjukkan model pendidikan berbasi kompetensi pada bidang vokasi terdiri dua komponen internal, yaitu: pengembangan kurikulum, model pembelajaran, model asesmen pembelajaran kompetensi dan satu komponen eksternal yaitu uji kompetensi dan sertifikasi. Rekomendasi yang dikemukakan adalah model ini memerlukan validasi lebih lanjut dengan adanya penelitian lanjutan pada masing-masing sub sistemnya

    IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI PADA SMK DALAM MERESPON PERUBAHAN BIDANG KETENAGA KERJAAN

    No full text
    Pendidikan kejuruan di Indonesia sedang mengalami perubahan pada orientasi kompetensi lulusannya (SKL). Pada dasarnya SMK bertujuan menyiapkan peserta didik untuk bekerja di dunia kerja. Namun saat ini lulusan SMK harus memiliki tiga kemampuan yang berbeda, yaitu bekerja, melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, atau berwirausaha. Dengan demikian perlu upaya perubahan konsepsi dasar dan strategi pembelajarannya untuk memenuhi tiga kebutuhan kompetensi tersebut. Kebijakan lain yang juga berimplikasi pada perlunya perumusan reorientasi pendidikan kejuruan adalah kebijakan tentang peningkatan jumlah SMK menjadi 70% dibandingkan SMA yang hanya 30%. Kebijakan ini mengandung konsekuensi derivatif yang besar, terutama pada besarnya anggaran sekolah kejuruan, sementara kemampuan negara dalam menyediakan anggaran terbatas. Oleh karena itu sekolah kejuruan tidak hanya memerlukan perubahan tingkat praktis di lapangan tetapi pada tingkat paradigma. Perubahan paradigma memiliki arti perubahan mendasar yaitu meliputi dasar konseptual dan filosofi dari pendidikan kejuruan. Saat ini pendidikan harus lebih difokuskan pada outcome based bukan hanya output based. Pendidikan berbasis kompetensi yang lebih pada outputbased education harus diwarnai lain menjadi outcome based education. Dengan demikian penelitian ini menjadi jawaban yang tepat untuk merumuskan model pendidikan berbasis kompetensi untuk bidang vokasi atau kejuruan
    corecore