17 research outputs found

    Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia 15-49 Tahun di Indonesia Tahun 2013 (Analisis Data Riskesdas 2013)

    Full text link
    Prevalensi hipertensi pada wanita cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. Berdasarkan Riskesdas2013, prevalensi hipertensi pada perempuan sebesar 28,8% dan laki-laki 22,8%. Penggunaan kontrasepsipil pada wanita akan mempengaruhi keseimbangan hormonal di tubuh sehingga bisa mengakibatkanpeningkatan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi pildengan kejadian hipertensi pada wanita usia 15-49 tahun di Indonesia tahun 2013. Desain Riskesdas2013 adalah cross sectional. Kajian ini memilih sampel wanita usia 15-49 tahun yang menggunakankontrasepsi dengan jumlah 34.755. Data dianalisis dengan univariat, bivariat dan multivariat dengan ujicox regression. Hasil penelitian diperoleh hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsipil dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 15-49 tahun dengan nilai PR 1,4 (95%CI: 1,31 1,45)setelah dikontrol umur dan IMT. Disimpulkan bahwa kontrasepsi pil merupakan faktor risiko terjadinyahipertensi. Wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan kontrasepsi pil berisiko 1,4 kali untuk mengalamihipertensi dibanding mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi pil. Sebaiknya tidak menggunakankontrasepsi pil jika pada awal pemeriksaan tekanan darah sudah tinggi dan wanita yang menggunakankontrasepsi pil harus mengontrol tekanan darah sekali tiap 6 bulan

    Faktor Determinan Yang Berhubungan Untuk Terjadinya Drop Out Tbc Pada Responden Umur > 15 Tahun Di Indonesia (Analisis Lanjut Survei Prevalensi Tuberculosis 2004)

    Full text link
    One of the efforts to decrease tuberculosis prevalence in Indonesia is to increase cure rate minimally by 85 percent. The impact of not cured or drop out of tuberculosis medication is that respondents will transmit the disease and became resistance toward the medicine. This analysis used the 2004 National Tuberculosis Prevalence Survey and the 2004 Susenas (National Socio-Economic Survey) data. This survey was household survey, cross sectional and designed for national representative. Totally, there were 20,000 households with 34,606 respondents and the respondent with the age > 15 year old were interviewed for their tuberculosis history and their medication. Limitation of this study is that the information was obtained only from their statement stated in the questionnaire. Drop out of tuberculosis medication was defined as respondents who ever diagnosed tuberculosis and stopped medication before declared cured by health provider. Percentage of respondents who ever diagnosed TB by health provider was 1.65 percent (571 from 34,606 respondents) and the percentage of drop out from tuberculosis medication of these respondents was 48 percent (274 out of the 571 respondents). The main reason of drop out was feeling better and had no money. Bivariate analysis found that five out of nine independent variables had significant value P <0.05, which were: place of living, region, household expenditure, access to health facility and health seeking behavior. Multivariate analysis (final model) showed that four variables with p value <0.05, which were: region, household expenditure, education and health seeking to health facility. Respondents in Eastern Indonesia had twice dropped out of tuberculosis treatment than those in Java and Bali. Respondents with low household expenditure had twice dropped out of tuberculosis treatment than respondents with high household expenditure. The lower their education the higher they stop medicine. Respondents who went to private practice tend to drop out comparing to respondents who went to health center and hospital. The highest drop out occurred in the private health facility. Compliance or adherence of tuberculosis treatment is the very important issue especially for low educated, poor people and living inthe Eastern Indonesia. Drug taking watcher (PMO= Pengawas Minum Obat) methods need to be improved to reach the target

    Penyebab Kematian Maternal Di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

    Full text link
    Latar belakang: Angka kematian ibu masih tinggi di Indonesia. Penyebab kematian ibu yang terbesar adalah yaitu perdarahan dan eklampsia. Kabupaten Malang merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan kematian ibu yang cukup tinggi. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kematian ibu di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur tahun 2010. Metode: Sumber data yang digunakan yaitu dari Studi Tindak Lanjut Kematian Ibu Sensus Penduduk 2010 (STLKI SP 2010) yang kemudian dianalisa deskritif. Jumlah sampel adalah seluruh kematian ibu di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, sebesar 49 kasus. Hasil: Rasio kematian ibu di Kabupaten Malang tahun 2010 sebesar 92 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu terbesar adalah direct cause (79,6%). Berdasarkan pengelompokkan penyebab kematian ibu menurut ICD 10 WHO, maka penyebab terbesar kematian ibu di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur adalah hipertensi dalam kehamilan (24%), lalu penyebab lain yang tidak spesifik (15%), dan perdarahan post partum sebesar (4%). Kesimpulan: Kematian ibu di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur masih tinggi. Penyebab kematian tertinggi adalah hipertensi dalam kehamilan. Diperlukan upaya preventif dan kuratif berdasarkan penyebab kematian
    corecore