8 research outputs found

    Pengaruh Jarak Sengkang Terhadap Kapasitas Beban Aksial Maksimum Kolom Beton Berpenampang Lingkaran Dan Segi Empat

    Get PDF
    Kolom beton bertulang merupakan elemen penting dalam suatu struktur bangunan. Karena kolom merupakan batang tekan vertikal yang meneruskan beban dari struktur atas bangunan (balok, pelat, dll) ke bagian sturuktur bawah, yaitu pondasi. Sengkang didistribusikan merata terhadap panjang total tulangan longitudinal kolom dengan jarak tertentu. Jarak sengkang maksimum dibatasi oleh diameter tulangan longitudinal, & diameter tulangan sengkang. Sedangkan jarak sengkang minimum dibatasi oleh ukuran agregat kasar maksimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi & mengetahui pengaruh jarak sengkang terhadap kapasitas beban aksial maksimum kolom beton berpenampag lingkaran & segi empat dengan melakukan studi eksperimental di Laboratorium. Pengujian dilakukan pada benda uji kolom berpenampang lingkaran dengan diameter 150 mm, & tinggi 500 mm, dan kolom berpenampang segi empat dengan panjang 150 mm, lebar 150 mm, dan tinggi 500 mm dengan 3 tipe jarak sengkang yaitu 55 mm, 100 mm, dan 145 mm. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada beton polos silinder 150 x 300 mm. Tulangan longitudinal yang digunakan adalah , dan tulangan sengkang . Hasil pengujian pada umur beton 28 hari untuk kolom berpenampang segi empat pada jarak sengkang 55 mm diperoleh nilai rata-rata kapasitas beban aksial kolom, P1 sebesar 639,9 kN, dan kuat tekan beton, sebesar 27,74 MPa. Kemudian pada jarak sengkang 100 mm terjadi pertambahan sebesar 16,06% dan pertambahan sebesar 1,98%. Selanjutnya pada jarak sengkang 145 mm terjadi penurunan sebesar 19,32% dan sebesar 14,89%. Kemudian untuk hasil pengujian kolom berpenampang lingkaran diperoleh nilai rata-rata kapasitas beban aksial kolom, P4 sebesar 442,867 kN, dan kuat tekan beton, f\u27c4 sebesar 24,53 MPa. Selanjutnya pada jarak 100 mm terjadi pertambahan sebesar 0,94%, dan pertambahan sebesar 9,11%. Pada jarak sengkang 145 mm terjadi pertambahan sebesar 2,54%, dan penurunan sebesar 1,13%. Sehingga untuk penelitian ini belum diperoleh pengaruh yang signifikan dari jarak sengkang terhadap kapasitas beban aksial maksimum kolom berpenampang lingkaran dan segi empat

    Pengujian Kuat Lentur Kayu Profil Tersusun Bentuk I

    Full text link
    Kayu merupakan salah satu komoditi hasil hutan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai kebutuhan. Kayu digunakan sebagai bahan Konstruksi bangunan untuk rumah tinggal, gedung, jembatan, bantalan kereta api dan lain-lain. Kayu solid di pasaran semakin berkurang maka dibuatlah desain balok tersusun yang menggabungkan beberapa kayu untuk menghasilkan ukuran yang diinginkan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak paku terhadap kekuatan lentur kayu ,Untuk mendapatkan nilai-nilai dari : Beban, tegangan, modulus elastisitas, kadar air, berat jenis dari balok kayu yang bersangkutan dan memberikan gambaran tentang cara menguji kekuatan lentur.Dari hasil penelitian dengan menggunakan acuan SNI didapat mutu kayu kayu cempaka adalah : E8. Untuk Kuat lentur kayu didapat kekuatan kampuh tegak lebih kuat dengan nilai jarak 3cm = 220,026 kg/ cm2, 6cm = 245,768kg/cm2, 9cm = 230,894 kg/ cm2 dibandingkan dengan kampuh mendatar dengan nilai 3cm = 199,089 kg/ cm2, 6cm = 170,501kg/ cm2, 9cm = 150,700kg/cm2. Hal ini disebabkan oleh kuat lekat pada paku yang menahan kayu tersebut. Pengujian ini menghasilkan benda uji kampuh tegak pada jarak 6 cm mempunyai kekuatan lebih kuat

    Pengujian Kuat Lentur Kayu Profil Tersusun Bentuk Kotak

    Get PDF
    Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai kelebihan dibanding bahan bangunan lainnya, tersedia hampir diseluruh dunia yang mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan ukuran. Namun, kayu solid sudah sangat susah ditemukan dengan ukuran yang diinginkan. Sehingga dibuatlah inovasi balok tersusun dengan cara menggabungkan beberapa kayu untuk mendapatkan variasi ukuran balok kayu yang diinginkan dan dibutuhkan. Dengan menggabungkan kayu menjadi balok tersusun digunakan berbagai macam jenis sambungan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat karakterisik kayu dengan pengujian modulus elastisitas dan kekuatan lentur balok tersusun kayu. Balok tersusun dengan dimensi 130 mm x 150 mm x 1000 mm dengan ukuran paku 2 inch dan variasi jarak paku 3 cm, 6 cm, dan 9 cm, dengan sistem kampuh mendatar dan kampuh tegak dibuat untuk mengetahui kekuatan balok tersusun mana yang lebih kuat dan lebih efisien. Pengujian dilakukan dengan parameter SNI (Standar Nasional Indonesia).Hasil penelitian menyatakan bahwa mutu kayu ditentukan oleh modulus elastisitas. Dalam hasil didapatkan bahwa kayu cempaka yang digunakan diperoleh hasil nilai E7, E8, E9, E10. Kuat lentur kayu didapat bahwa kampuh tegak memiliki kekuatan lentur yang lebih kuat dengan nilai 44,918 kN, 47,009 kN, 50,342 kN, dibandingkan dengan kampuh mendatar dengan nilai 44,061 kN, 43,339 kN, 32,505 kN. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kampuh tegak dengan jarak 9 cm mempunyai kekuatan yang lebih kuat. Kekuatan paku tidak dilihat dan ditentukan oleh jumlah paku

    Pengaruh Variasi Kadar Superplasticizer Terhadap Nilai Slump Beton Geopolymer

    Get PDF
    Melihat besarnya sumbangan industri semen terhadap total emisi karbondioksida (CO2), maka dilakukan berbagai penelitian untuk menekan angka pencemaran lingkungan. Penggantian semen secara total dengan bahan lain seperti abu terbang (fly ash) yang merupakan material hasil produksi sampingan industri dalam proses pembuatan beton, mendapatkan 2 keuntungan sekaligus yaitu mengurangi polusi akibat industri semen dan memanfaatkan limbah buangan yang sudah tidak digunakan lagi. Fly ash sebagai bahan pengikat pengganti semen akan melalui suatu proses polimerisasi anorganik, sehingga disebut beton geopolymer. Campuran beton geopolymer mempunyai sifat kekentalan yang kaku, padahal dalam proses pengecoran workabilitas beton sangat dibutuhkan untuk mempermudah pelaksanaan. Self Compacting Concrete (SCC) bertujuan untuk mengatasi masalah workabilitas tersebut melalui penggunaan berbagai jenis bahan tambahan atau superplasticizer. Penelitian ini mempelajari pengaruh variasi kadar superplasticizer terhadap nilai slump beton geopolymer. Material penyusun beton geopolymer yaitu fly ash sebagai prekursor. Sebagai aktivatornya, digunakan cairan alkalin yang terdiri dari sodium hidroksida (NaOH) dengan konsentrasi 8 molar dan sodium silikat (Na2SiO3), untuk perbandingan NaOH/Na2SiO3 sebesar 0,4. Agregat dan untuk meningkatkan workabilitas campuran beton digunakan superplasticizer Viscocrete-10 sebesar 0,2% sampai 2% dari binder. Perbandingan air/fly ash sebesar 0,3. Penelitian ini dilakukan terhadap 18 sampel, dengan 6 varian campuran yang berbeda. Penelitian yang dilakukan meliputi pemeriksaan komposisi kimia fly ash, pengujian slump dan slump flow, pemeriksaan berat volume beton geopolymer, serta pengujian kuat tekan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk varian campuran beton geopolymer dengan penggunaan superplasticizer (0,2% sampai 2%) mencapai slump flow dengan diameter alir ≥ 50 cm sehingga dapat dikategorikan self compacting geopolymer concrete. Berat volume rata-rata beton geopolymer bertambah seiring dengan pertambahan persentase superplasticizer sebanyak 0%-1,5% yang berkisar antara 2033,58 kg/m3 sampai 2109,63 kg/m3, tetapi pada pertambahan persentase superplasticizer sebanyak 2% berat volume rata-rata beton geopolymer mengalami penurunan yaitu 2099,75 kg/m3. Penambahan kadar superplasticizer membuat nilai kuat tekan beton geopolymer menjadi tidak teratur. Pertambahan kadar superplasticizer 0,2%, 0,5% dan 1,5% mengalami kenaikan kuat tekan, akan tetapi pertambahan kadar superplasticizer 1% dan 2% justru menyebabkan penurunan kuat tekan

    Penerapan Metode Schmidt Hammer Test Dan Core Drilled Test Untuk Evaluasi Kuat Tekan Beton Pada Ruang Igd Rsgm Unsrat Guna Alih Fungsi Bangunan

    Full text link
    Balai pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebelumnya digunakan sebagai tempat perkuliahan. Gedung perkuliahan ini sudah sangat tua dan tidak memiliki data awal perencanaan. Sesuai dengan PP No.36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28 tahun 2002 mengenai Bangunan Gedung, bahwa setiap bangunan yang beralih fungsi sudah selayaknya untuk dilakukan pemeriksaan dan mendapatkan rekomendasi bahwa gedung yang ada masih layak untuk beroperasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan menggunakan metode Schmidt Hammer Test pada balok, kolom dan plat serta Core Drilled Test hanya pada plat lantai. Benda uji hasil coring kemudian diuji kuat tekan beton di laboratorium Konstruksi dan Material Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi. Hasil pengujian kuat tekan rata-rata sampel Core Drilled Test pada plat lantai sebesar 24.76 MPa, sedangkan Schmidt Hammer Test pada kolom 25.45 MPa, balok 26.35 MPa dan plat 25.84 MPa dengan koefisien variasi pada kolom 23.82%, balok 16.37 % dan plat 39.60%. Perhitungan 85% dari kuat tekan rata-rata benda uji lebih dari 17 MPa dan memenuhi persyaratan beton struktural. Koefisien variasi hasil pengujian Schmidt Hammer Test > 6% yang menunjukkan tingkat keseragaman yang kurang baik. Hasil pengujian ini dapat dievaluasi berdasarkan peraturan yang ada dan bisa dijadikan data awal untuk evaluasi struktur selanjutnya

    Studi Komparasi Simpangan Bangunan Baja Bertingkat Banyak Yang Menggunakan Bracing-x Dan Bracing-k Akibat Beban Gempa

    Get PDF
    Penerapan sistem rangka bracing pada bangunan tingkat tinggi dapat meningkatkan kinerja struktur bangunan tingkat tinggi.terutama untuk menahan gaya-gaya lateral beban gempa yang terjadi. Simpangan horisontal yang terjadi serta perbandingannya dengan menggunakan bracing X dan bracing K telah ditunjukkan didalam penelitian ini. Pemodelan dilakukan berdasarkan data analisis pembebanan gempa statik ekivalen serta pembebanan gempa dinamik menggunakan respon spektrum UBC 1997. Presentase perbandingan rata-rata simpangan horisontal antara struktur dengan pemakaian bracing X dan struktur dengan pemakaian bracing K memperlihatkan simpangan sebesar 4,3853 % akibat beban gempa statik dan 3,0410 % akibat beban gempa dinamik. Simpangan yang dihasilkan oleh struktur dengan pemakaian bracing K lebih kecil dibandingkan dengan simpangan yang dihasilkan oleh struktur dengan pemakaian bracing X

    Pengaruh Variasi Suhu Pada Perawatan Elevated Temperature Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Belah Beton

    Get PDF
    Perawatan beton (curing) adalah prosedur setelah pengecoran yang dilakukan untuk menjaga beton selama proses hidrasi berlangsung agar kekuatan beton yang diinginkan dapat tercapai. Dalam pekerjaan konstruksi seringkali dibutuhkan beton yang memiliki kekuatan awal yang tinggi untuk mempercepat waktu pengerjaan sehingga perawatan beton yang digunakan adalah perawatan beton pada elevated temperature.Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variasi suhu pada perawatan elevated temperature terhadap kuat tekan dan kuat tarik belah beton, juga untuk melihat perilaku kuat tekan dan kuat tarik belah beton menurut umur beton.Dari hasil penelitian didapatkan nilai kuat tekan dan kuat tarik belah beton terhadap benda uji silinder 10/20 cm yang dirawat dengan perawatan elevated temperature dengan 3 variasi suhu yaitu 40°C, 50°C dan 60°C. Berdasarkan perawatan yang dilakukan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan maka nilai kuat tekan dan kuat tarik belah yang dihasilkan pada umur muda beton akan semakin tinggi sedangkan nilai kuat tekan dan kuat tarik belah yang dihasilkan pada umur 28 hari akan semakin rendah

    Perencanaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus Pada Komponen Balok–kolom Dan Sambungan Struktur Baja Gedung Bpjn XI

    Get PDF
    Dalam perencanaan konstruksi bangunan saat ini perencana dituntut untuk merencanakan bangunan yang daktail, yaitu bangunan yang dapat menahan respon inelastik yang diakibatkan oleh beban gempa yaitu dikenal dengan sistem rangka pemikul momen. Sulawesi Utara yang termasuk dalam zona gempa 5 yaitu wilayah dengan tingkat kegempaan yang tinggi sehingga analisis strukturnya dapat direncanakan dengan metode sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK).Penelitian ini mengikuti tatacara perencanaan menurut American Institute of Steel Construction AISC 341-10, AISC 358-10, AISC 360-10 dan Standar Nasional Indonesia SNI 03-1729-2002 yang menggunakan output program ETABS pada bangunan Gedung BPJN XI berupa model struktur, dimensi penampang struktur serta gaya dalam yang diperlukan untuk diperiksa terpenuhinya kriteria perencanaan sistem rangka pemikul momen khusus pada komponen balok–kolom, serta menentukan lokasi sendi plastis pada balok untuk perencanaan sambungan agar tercapainya strong column weak beam. Dalam perencanaan sambungan digunakan model sambungan bolted flange plate moment connection.Berdasarkan hasil analisis dan desain pada bangunan Gedung BPJN XI ditemukan bahwa penampang balok 2 dengan profil WF 340 X 250 dan penampang kolom dengan profil WF 400 X 400 tidak memenuhi kriteria penampang untuk sistem rangka pemikul momen khusus, sehingga penulis melakukan redesain pada kedua penampang tersebut dan merekomen-dasikan profil WF 440 X 300 pada penampang balok dan profil WF 414 X 405 pada penampang kolom yang telah masuk dalam kriteria perencanaan sistem rangka pemikul momen khusus. Dalam perencanaan sambungan penulis mendesain dua macam jenis sambungan untuk masing-masing tipe profil balok yang telah memenuhi kriteria perencanaan strong column weak beam
    corecore