13 research outputs found

    Kepadatan dan Keragaman Spesies Nyamuk di Desa Jagaraga Kecamatan Buana Pemaca dan Desa Sukajaya, Kecamatan Buay Rawan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

    Get PDF
    Abstract The study on mosquito diversity was conducted in Jagaraga Village, Buana Pemaca  Subdistrict and Sukajaya Village, Buay Rawan Subdistrict of Ogan Komering Ulu Selatan Regency in 2017. This study aimed to analyze population density of mosquitoes, feeding habits and resting behavior of mosquito, and identify the types of potential /specific breeding habitat of mosquito larvae in OKU Selatan regency. Mosquitoes were collected during the night for 12 hours, started at 06.00 p.m. until 06.00 a.m. by human landing, resting, and cattle landing collection methods. The indoor density of mosquitoes ranged from 0.04-3.96 mosquitoes/person/hour with the highest density of 10,7 on Cx.tritaeniorhyncus. Species of mosquitoes collected in Sukajaya Village were more diverse than in Buana Pemaca Village. There were 12 species and the most dominant species was Cx. tritaeniorhyncus (68.09%), Breeding habitats were identified in rice fields, bricks pit, puddle marsh, and flow of rice fields. Abstrak Penelitian tentang keragaman nyamuk telah dilakukan Di Desa Jagaraga Kecamatan Buana Pemaca dan Desa Sukajaya Kecamatan Buay Rawan Kabupaten OKU Selatan pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kepadatan populasi nyamuk yang tertangkap, menganalisis kebiasaan mencari makan danperilaku beristirahat masing-masing spesies nyamuk yang tertangkap serta mengetahui jenis-jenis habitat perkembangbiakan potensial bagi larva nyamuk yang ada di Kabupaten OKU Selatan. Penangkapan nyamuk dilakukan selama 12 jam dimulai dari pukul 18.00 WIB malam hingga pukul 06.00 pagi, menggunakan metode human landing collection, resting collection dan penangkapan di sekitar kandang ternak. Spesies nyamuk yang tertangkap 12 spesies dan yang paling dominan yaitu Culex tritaeniorhyncus(68,9%). Kepadatan nyamuk yang menggigit per orang per jam (MHD) di dalam rumah berkisar antara 0,04-3,96 ekor/orang/jam. Kepadatan rata-rata paling tinggi pada nyamuk Cx. tritaeniorhyncus 10,7 ekor. Habitat perkembangbiakan berupa sawah, lubang galian tanah liat untuk batu bata, kobakan, aliran sawah

    BIONOMIK NYAMUK MANSONIA DAN ANOPHELES DI DESA KARYA MAKMUR, KABUPATEN OKU TIMUR

    No full text
    Abstract Lymphatic filariasis is still become the health problem in Indonesia, the disease almost found inthe entire area with fairly high level endemicity. Karya Makmur Village, Madang Suku III District, EastOgan Komering Ulu Regency, South Sumatera Province in 2007 has micofilariae rate of 1,05% based fromblood survey. The aims of the research is to identify vector and the breeding habitat. This research has beenconducted in Karya Makmur Village from May to November 2011. This type of research is noninterventionstudy with spot survey research design. Mosquitoes collection using human landing andresting collection methods, while mosquito larvae were collected from breeding sites. This research found14 species of Mansonia and Anopheles were collected and the species were Mansonia uniformis, Ma.annulata, Ma. indiana, Ma. dives, Ma. bonneae, Ma. annulifera, Anopheles nigerrimus , An. annularis, An.maculatus, An. letifer, An. vagus, An. barbumbrosus, An. barbirostris and An. tesselatus. Mansoniauniformis and Anopheles nigerrimus was confirmed as filariasis vector but none containing microfilariae.Breeding habitat of Anopheles have water temperature 280C — 300C and pH 7 with vegetation (grass andEichhornia crassipes / water hyacinth) and predator (Oreochromis niloticus / nile tilapia and Aplocheiluspanchax / fish head lead). Thus the community are expected to behave positively, especially avoidmosquito bites and manipulate the environment that potentially as mosquito larvae breeding habitat.Keywords: Mansonia, Anopheles, filariasis, Karya Makmur Village AbstrakFilariasis limfatik masih merupakan masalah kesehatandi Indonesia, penyebaran penyakit ini hampirdi seluruh wilayah dan dibeberapa daerah dengan tingkatendemic yang cukup tinggi. Desa Karya Makmur, Kecamatan Madang SukuIII, Kabupaten Ogan KomeringUlu Timur, Propinsi Sumatera Selatan pada tahun2007, mikrofilariarate sebesar1,05% berdasarkansurvey darah jari. Tujuan penelitian untuk mengetahui vektor danhabitat perkembangbiakannya. Penelitian dilakukandi Desa Karya Makmur mulai bulanMei sampaiNovember 2011. Jenis penelitian adalah non-intervensi dengan disain survei sewaktu atauspot survei. Penangkapan nyamuk dengan metodehuman landing (umpan orang) danresting collection (hinggap/istirahatdi dalam dandi luar rumah), sedangkanlarva nyamuk dikumpulkan darihabitat perkembangbiakan. Hasil penelitian ditemukan14 spesies nyamuk yaitu Mansonia uniformis,Ma. annulata,Ma. indiana,Ma. dives, Ma. bonneae,Ma. annulifera,Anopheles nigerrimus , An. annularis,An. maculatus,An. letifer,An. vagus,An. barbumbrosus,An. barbirostris danAn. tesselatus. Nyamuk Mansonia uniformis danAnopheles nigerrimus dikonfirmasikan sebagai vektor filariasis namun tidak satupun dari nyamukyang tertangkap mengandung mikrofilaria.Habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, suhuair berkisar antara280C —300C danpH 7 dengan vegetasi (rumput dan Eichhornia crassipes / eceng gondok) danpredator (Oreochromis niloticus / ikan nila dan Aplocheilus panchax / ikan kepala timah). Dengan demikian masyarakat diharapkan berperilaku positif terutama menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular dan memanipulasi lingkunganyang potensial sebagaihabitat perkembangbiakanlarva nyamuk.Kata kunci: Mansonia,Anopheles, filariasis, Desa Karya Makmu

    SURVEI DARAH JARI FILARIASIS DI DESA BATUMARTA X KEC. MADANG SUKU III KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU) TIMUR, SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

    No full text
    AbstrakFilariasis atau penyakit kaki gajah adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria  yang  ditularkan  melalui  berbagai  jenis  nyamuk.  Penyebaran  filariasis  hampir  meliputi  seluruh wilayah di Indonesia termasuk Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Angka kesakitan filarisis di Kabupaten OKU Timur tahun 2007 sebesar 1,05%. Kegiatan pengobatan massal di Kabupaten OKU Timur belum pernah dilakukan sampai saat ini, sehingga perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penyebaran penyakit filariasis. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain potong lintang. Pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah jari dilakukan pada malam hari dimulai pukul 19.00 WIB. Jumlah penduduk yang diperiksa sebanyak 502. Hasil pemeriksaan diperoleh 4 orang positif mikrofilaria (Mf_ rate 0,8%) dengan spesies Brugia  malayi  dan  kepadatan  rata-rata  200mf/ml.  Seluruh  kasus  yang  ditemukan  merupakan  kasus baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penularan filariasis masih terjadi di Kabupaten OKU Timur sehingga perlu adanya pengobatan massal untuk mencegah penularan lebih lanjut.Kata kunci : Filariasis, Brugia malayi, Survei darah jari, OKU TimurAbstractFilariasis or elephantiasis is an infectious diseases caused by filarial worms that transmitted by various species of mosquitoes. Filariasis distributions almost covers all districts in Indonesia including East Ogan Komering Ulu (OKU). Filarisais morbidity in East OKU regency in 2007 was 1.05 %. Mass treatment in the district of East OKU have not been done yet, so it is necessary to do a research that aim to determine the prevalen of filariasis. This study is a cross-sectional survey design. Collection and examination of finger’s blood was done at night starting at 19:00. Number of people examined were 502. Examination results obtained 4 positive microfilariae (Mf_ rate 0.8 %) of Brugia malayi and the average density of 200/ml. All cases were new cases. These results indicate that the transmission of filariasis is still on going in the district of East OKU so mass treatment is needed to prevent further transmission.Keywords : Filariasis, Brugia malayi, Finger blood survey, East OK

    KEPADATAN DAN KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Aedes sp. DI SEKOLAH DASAR DAERAH ENDEMIS DBD KOTA PALEMBANG

    No full text
    Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study  yang dilakukan pada186 sekolah dasar yang berada di wilayah endemis DBD di Kota Palembang. Koleksi larva Aedes spp. Menggunakan metode single larva, Pengamatan karakteristik habitat dilakukan secara visual dengan mengamati kontainer yang menjadi habitat larva Aedes spp. Tujuan penelitian ini adalah mengukur kepadatan dan mengidentifikasi spesies larva Aedes spp., menganalisis karakteristik habitat perkembangbiakan larva Aedes spp. serta hubungannya dengan keberadaan larva Aedes spp. Hasil penelitian menunjukan nilai  HI sebesar 65.05%, CI sebesar 21.45 % dan BI sebesar 141 yang kesemua nilai tersebut menunjukan berisiko tinggi terjadinya transmisi DBD. Jenis larva yang dominan ditemukan yaitu Ae. aegypti (98.16%). Terdapat hubungan yang signifikan antara letak kontainer (p=0,000, R=0,016), kondisi tutup kontainer (p=0,013, R=0,076), asal sumber air (p=0,000, R=0,134), kontainer terhadap keberadaan larva Aedes sp. &nbsp

    PERILAKU MASYARAKAT TERKAIT PENYAKIT KAKI GAJAH DAN PROGRAM PENGOBATAN MASSAL DI KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI, JAMBI

    No full text
    AbstrakPenyakit kaki gajah adalah penyakit menular bersumber binatang yang ditularkan oleh nyamuk pembawa parasit cacing filaria. Upaya yang dilakukan di tingkat global maupun nasional dalam program eliminasi filariasis,  yaitu  pengobatan  massal.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  perilaku  masyarakat terkait penyakit kaki gajah dan program pengobatan massal sebelum dilaksanakan pengobatan tahun ketiga di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi. Metode penelitian non-intervensi dengan rancangan potong lintang. Unit sampel adalah kepala keluarga dengan total sampel 380orang yang  ditentukan  secara  stratified  sampling.  Instrumen  yang  digunakan  adalah  kuesioner  terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan 45,5% responden sering keluar rumah pada malam hari dengan berbagai jenis aktivitas, sebagian besar (99,5%) menggunakan alat pelindung diri dari gigitan nyamuk. Sebanyak 7,5%  responden  menyatakan  pernah  diperiksa  sediaan  darah  jari  terkait  penyakit  kaki  gajah,  5,4% pernah mengalami gejala demam berulang. Sebagian besar (86,6%) tahu ada pembagian obat massal di wilayahnya, 69,1% mengetahui ada sosialisasi pengobatan massal dan 86,1% pernah mendapat obat. Dari 324 responden yang menyatakan pernah diberi obat, 76% menyatakan minum obat yang diberikan dan 41% minum obat 2 kali, 24% tidak meminum obat yang diberikan yang sepertinya dengan alasan  utama  takut  efek  samping  obat  (50,8%).  Diperoleh  hubungan  bermakna  antara  umur,  jenis kelamin, informasi pengobatan, sosialisasi dan distribusi obat terhadap kepatuhan minum obat pada program pengobatan massal penyakit kaki gajah.Kata kunci : Penyakit kaki gajah, Perilaku, Pengobatan massal, Kecamatan PemayungAbstractLymphatic filariasis (LF) is an infectious disease transmitted by mosquitoes that carries parasitic filarial worms. One of the efforts made at the national and global levels in the filariasis elimination program is the mass drug administration (MDA). This study aims to determine practice towards lymphatic filariasis and mass drug administration among population at Pemayung Subdistrict of Batanghari District, Jambi and carried out before the third MDA in 2011. This research is a non-intervention study with crosssectional design. Sample units is households and a total of 374 households had been selected randomly. A practice questionnaire was used to collect data on practice regarding LF and responses to MDA. The results showed for risky behaviour among the respondents, 45.5% said often going out at night with various kinds of activity, 99.5% using protection to avoid mosquito bites, 7.5% have follow blood test for microfilaria detection and 5.4% having experienced periodic fever. Most of respondents (86.6%) know the distribusion of LF drugs in their villages, 69.1% of them ever heard socialization of MDA and 86.1% had been given the drug. Of 324 respondents that had been given a drug, 76% ever consume drug and 41% of them consume it once time while 24% didn’t consumpt the drugs with the main reason was fear of side reaction (50.8%). There were correlation (p<0.05) between age, sex, MDA campaign, distribution of medicinewithdrinking medicine compliance.Keywords : Lymphatic filariasis, Practice, Mass Drug Administration, Pemayung Subdistric

    Activity of Cytochrome P450 Monooxygenase (CYPs) Metabolic Enzymes as Markers of Insecticide Resistance in Anopheles vagus Muara Enim Mosquitoes, Indonesia

    No full text
    The use of synthetic pyrethroids in insecticide-treated bed nets (LLINs) and spray form (IRS) has been carried out since 2012 in Muara Emil Village and since 2016 in all villages in Tanjung Agung District, Muara Enim Regency. Biochemical resistance can occur to the enzymes that play a role in detoxifying the insecticide. This study aims to identify whether there is an increase in the levels of the enzyme Cytochrome P450 monooxygenase (CYPs) through the enzyme biochemical test on the malaria vector mosquito Anopheles vagus originating from Pagar Dewa Village and Muara Emil Village, Muara Enim Regency. The sample of female Anopheles mosquitoes was not full. Blood was taken at night using the resting collection method. Mosquitoes that have been identified as Anopheles vagus species are used to check CYPs enzyme levels using the ELISA method. The results of the biochemical test showed that enzyme levels increased from the Muara emil and Pagar Dewa village mosquitoes with a percentage of 71% and 61.53% (with cut off point OD> 0.165). The value of CYPs enzyme levels for mosquitoes from Muara Emil village was higher than that of the mosquitoes from Pagar Dewa Village (mean 0.005027 ± 0.007). The increased activity of the CYPs enzyme plays a role in the detoxification of synthetic pyrethroid insecticides that can cause resistance. The high levels of enzymes from the villages of Muara Emil and Desa Farah Dewa are in line with intensive insecticide exposure in eradicating malaria vectors in the highest malaria transmission areas in Muara Enim Regency
    corecore