6 research outputs found

    Comparison of Blood Pressure and Blood Glucose Levels in Chronic Kidney Failure Patients Before and After Hemodialysis Treatment in RSMH Palembang

    Get PDF
    Gagal ginjal kronik ditandai dengan menurunnya fungsi ginjal secara ireversibel yang telah berlansung lebih dari tiga bulan dengan nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit/1,73m2. Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling sering dilakukan, namun hemodialisis memiliki komplikasi terhadap perubahan tekanan darah dan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tekanan darah dan kadar gula darah pada pasien gagal ginjal kronik sebelum dan sesudah hemodialisis di unit hemodialisis RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain longitudinal menggunakan pengukuran berulang. Subjek penelitian adalah 74 pasien gagal ginjal kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data penelitian diperoleh melalui data primer (pengukuran dan wawancara) dan dianalisis menggunakan Paired T-Test dan Wilcoxon. Rata-rata tekanan darah sebelum hemodialisis adalah 150,14 ± 30,045 mmHg (sistolik) dan 83,99 ± 16,469 mmHg (diastolik) serta sesudah hemodialisis adalah 159,66 ± 33,570 mmHg (sistolik) dan 86,35 ± 15,534 mmHg (diastolik). Rata-rata kadar gula darah sebelum hemodialisis adalah 161,61 ± 80,750 mg/dl serta sesudah hemodialisis adalah 131,51 ± 49,430 mg/dl. Hasil uji Paired T-Test menunjukkan perbandingan tekanan sistolik yang signifikan (p = 0,007), sedangkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan perbandingan diastolik yang tidak signifikan (p = 0,193) dan perbandingan kadar gula darah yang signifikan (p = 0,000). Terdapat perbandingan tekanan darah sistolik yang signifikan, tekanan darah diastolik yang tidak signifikan, dan kadar gula darah yang signifikan sebelum dan setelah hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

    Hubungan Kualitas Tidur dengan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang

    Get PDF
    Kualitas tidur dikatakan baik apabila tidak menunjukkan berbagai tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Kondisi kurang tidur pun banyak ditemui dikalangan dewasa muda terutama mahasiswa yang nantinya bisa menimbulkan banyak efek, seperti berkurangnya konsentrasi belajar dan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang dilakukan pada bulan Juli-Desember 2016. Populasi penelitian adalah mahasiswa STIFI sebanyak 107 orang dari 3 angkatan. Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Hasil yang diperoleh di analisis dengan uji statistik Chi-square menggunakan IBM SPSS 22.Mahasiswa dengan kualitas tidur buruk sebanyak 61 (57%) orang. Mahasiswa STIFI didominasi dengan mahasiswa yang memiliki IPK memuaskan 84 (78,5%) orang. Ada hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang (p=0,037). Ditemukan adanya hubungan antara kualitas tidur dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa dengan nilai p=0,037

    Perbedaan Kadar Profil Lipid Pasien Penyakit Ginjal Diabetik dan Non-diabetik yang menjalani Hemodialisis

    Get PDF
    Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang menjadi penyebab kematian terbanyak keempat di Indonesia. Penyakit ginjal kronik terbagi menjadi penyakit ginjal diabetik dan non-diabetik, yang keduanya dapat menimbulkan komplikasi lain, seperti dislipidemia. Dislipidemia pada penyakit ginjal diabetik diduga lebih parah dibandingkan dengan penyakit ginjal non-diabetik karena mekanisme dislipidemia juga terjadi pada penyakit diabetes mellitus.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar profil lipid pasien penyakit ginjal diabetik dan non-diabetik yang menjalani hemodialisis.Penelitian deskriptif analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada November 2016. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis pada bulan September-November 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-Test tidak berpasangan menggunakan SPSS versi 22. Penelitian ini mendapatkan 99 pasien penyakit ginjal kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang terdiri dari 68,7% pasien penyakit ginjal non-diabetik dan 31,3 % pasien penyakit ginjal diabetik. Pada penelitian ini mayoritas (54,5%) pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis adalah laki-laki dan paling banyak (30,3%) berusia 58-65 tahun. Hasil uji beda t-Test tidak berpasangan terhadap kedua kelompok penelitian ini diperoleh nilai p= 0,564 (p>0,05) pada kadar kolesterol total, p= 0,116 (p>0,05) pada kadar HDL,  p= 0,623 (p>0,05) pada kadar LDL, dan p= 0,538 (p>0,05) pada kadar trigliserida.Simpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal profil lipid antara pasien penyakit ginjal diabetik dan non-diabetik. Faktor risiko dislipidemia yang lain perlu dianalisis pada penelitian selanjutnya.

    Nilai IC50 Ekstrak dan Fraksi Daun Benalu Kersen terhadap Enzim Xantin Oksidase

    Get PDF
    Kersen atau inang tanaman benalu kersen (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) telah terbukti dapat menurunkan asam urat karena mengandung senyawa metabolit sekunder terutama flavonoid, sebuah senyawa berstruktur mirip xantin yang menginhibisi xantin oksidase secara kompetitif. Mengingat bahwa hemiparasit memiliki kandungan yang sama dengan inang, maka pada penelitian ini diuji kemampuan daun benalu kersen dalam menginhibisi xantin oksidase. Dilakukan ekstraksi etil asetat kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan 5 jenis rasio perbandingan pelarut polar etanol dan etil asetat yaitu F1 = 9:1, F2 = 7:3, F3 = 5:5, F4 = 3:7, dan F5 = 1:9. Hasil fraksinasi (F1 – F5) dan ekstrak dilakukan uji fitokimia dan teridentifikasi senyawa metabolit terpenoid, tanin, alkaloid dan flavonoid. Penelitian dilanjutkan dengan uji inhibisi xantin oksidase. Ekstrak dan fraksi daun benalu kersen diencerkan menjadi 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 75; 150; 300; 600; dan 1200 mg/L. Kontrol positif pada penelitian ini adalah allopurinol, obat pilihan utama hiperurisemia. Nilai absorbansi setiap sampel digunakan untuk mencari persentase inhibisi enzim yang kemudian dianalisis secara regresi linear dan diperoleh nilai IC50. Nilai IC50 F1 – F5 dan ekstrak etil asetat daun benalu kersen tergolong sangat aktif dan secara berurutan sebesar 1,38 mg/L; 1,14 mg/L; 6,19 mg/L; 9,41 mg/L; 5,90 mg/L dan 9,86 mg/L

    ANALISIS KADAR PROTEIN ASI PERAH IBU MENYUSUI BERDASAR INDEKS MASSA TUBUH

    Get PDF
    Salah satu komponen makronutrien ASI ialah protein yang sangat bermanfaat dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi. Faktor ibu, bayi, dan fisiologis memengaruhi kadar protein dalam ASI. Salah satu faktor ibu, yaitu indeks massa tubuh (IMT). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap kadar protein pada ASI perah. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya. Penelitian ini menggunakan 63 sampel ASI perah dari ibu menyusui di kota Palembang berusia 20-35 tahun dengan bayi berusia 1-6 bulan. Sampel ASI perah berjumlah 63 tersebut terbagi menjadi 2 kategori, yaitu 30 sampel ASI ibu dengan IMT normal dan 33 sampel ASI ibu dengan IMT gemuk dan obesitas. Pengukuran protein menggunakan metode Lowry dan data dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Rata-rata kadar protein ASI perah pada ibu dengan IMT normal yaitu 6,35±5,78 mg/mL dan rata-rata kadar protein ASI perah pada ibu dengan IMT gemuk dan obesitas yaitu 8,64±3,70 mg/mL. Uji Mann-Whitney menunjukkan nilai p=0,03 (p 0,05). Pada ibu dengan IMT gemuk dan obesitas, peningkatan porsi dan frekuensi makan, meningkatkan asupan asam amino sehingga meningkatkan kadar protein dalam ASI perah. Kesimpulannya, IMT ibu berpengaruh terhadap kadar protein pada ASI perah
    corecore