21 research outputs found
Pengaruh Kapsul Pleuratus ostreatus terhadap Kadar Kolesterol pada Lanjut Usia Hiperkolesterolemia
Tingginya kadar kolesterol darah merupakan indikator risiko penyakit cardiovascular, diantaranya adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang dapat menyebabkan kematian. Jamur tiram putih (Pleurotus ostratus) dikembangkan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki kadar lipid darah dengan menurunkan kadar kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) terhadap kadar kolesterol pada lanjut usia yang mengalami hiperkolesterolemia. Subjek penelitian adalah lanjut usia hiperkolesterolemia dari Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW) Kasongan Bantul sejumlah tujuh orang. Uji kadar kolesterol dilakukan dengan mengambil darah dari vena cubiti 1 cc sebelum pemberian jamur tiram putih dengan media kapsul. Hasil dari uji kadar kolesterol yang memenuhi kriteria yaitu 200 mg/dl sekaligus dijadikan data awal subjek sebelum dilakukan pemberian kapsul jamur tiram putih. Data sebelum dan setelah pemberian kapsul jamur tiram dianalisis dengan uji statistik Wilcoxon menggunakan SPSS versi 17. Hasil analisis statistik menggunakan uji non-parametrik yaitu Wilcoxon, diperoleh hasil nilai P = 0,018 menunjukkan bahwa kapsul jamur tiram putih (Pleoratus ostreatus) mempengaruhi kadar kolesterol secara bermakna. Kadar kolesterol setelah perlakuan yang dilakukan setiap hari selama dua minggu berturut-turut dapat menurun secara bermakna. Increasing of serum cholesterol value indicates cardiovascular diseases, one of them is Coronary Heart Failure (CHF) which lead into death. Oyster mushroom (Pleuratus ostreatus) is developed as a manner to repair blood lipid value by decreasing cholesterol value. The purpose of this experiment is to know the effect of Oyster mushroom (Pleuratus ostreatus) capsule in serum cholesterol value toward elderly with cholesterolemia. The samples taken in some elderly with hypercholesterolemia in Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW) Kasongan Bantul. The samples seven people as the subjects for this experiment. Cholesterol test was done by taking 1 cc blood from cubiti vein before giving oyster mushroom capsule. The result of cholesterol test that include in inclusion criteria (200 mg/dl) is all at once as a beginning data before giving oyster mushroom capsule. The pre and post data of giving oyster mushroom capsule is analized by Wilcoxon statistic test with 17th version of SPSS. Based on analize of Wilcoxon non parametric test, the result is P = 0,018 (P 0,05). It means that oyster mushroom (Pleuratus ostreatus) capsules can effect cholesterol value significantly
Impact of Interprofessional Education on Collaboration Attitudes Among The Student of Medical Faculty and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Background: Overlapping roles of health professionals may lead to many medication errors at the Hospital. This is due to a lack of understanding of a health profession on the competence of other health professions. So we need the IPE (Interprofessional Education) which is given to students at the stage of pre-clinical and clinical. IPE is a collaborative learning among healthcare professionals in promotive, preventive, curative, rehabilitative and other matters related to health. Objective: This study aims to know  the impact of IPE on collaboration attitudes among the student of Medical Faculty and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Methods: The study was descriptive with cross sectional approach. The sampling technique is purposive. Sample consists of 94 students who had followed the IPE, they are 23 students medical profession, 25 students dentistry profession, 25 students nursing profession and 21 pharmacy undergraduate students. Instrument used in this research was questionnaire, which referred to the Attitudes Toward Health Care Teams Scale (ATHCT. Collaboration attitudes consists of the attitude towards team’s value, attitudes toward team’s efficiency, and attitudes toward roles in the team .Collaboration attitudes can be divided into four categories: good, adequate, low and poor. Results: 70,2% of students have good collaboration attitudes. The highest percentage in good category is the attitudes toward team’s values (88.3%). Conclusion: IPE program can improve collaboration attitudes of students. A good collaboration attitudes can improve health services for patients when they have been working as a professional health workers Keywords: Collaboration attitudes, IP
Efikasi Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap Kadar Alkaline Phosphatase
Role of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) leaves as hepatoprotector and antioxidant was identified on CCl4 - induced white rats. Unrandomized control trial method was used in this study. Ten male Wistar white rats with 200 - 250 gr of body weight were divided into two groups. Group I as a control group was treated with standard food and 1 ml aquadest orally for 12 days. Group II as a treatment group was given standar food and daily single dose pre treatment of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) leaves juice 289,8 mg/200 gr of body weight for 12 days. Carbon tetrachloride (1 ml/kg body weight, i.p.) injected into rats in the day 13th to induce liver cells damage. ALP test used ALP KIT reagent had been done twice, 1st day and 14th day. The result shows mean of ALP level before and after treatment in control group were 95,94+1,52 and 110,15+1,07; in treatment group were 92,65+3,05 and 92,91+0,68. Paired T-test shown significant difference before and after treatment (p0,05). Independent T test shown a significant difference ALP increasing between two group, while ALP serum level in treatment group lower than control group. This study proved that Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) leafs juice 289,8 ml /200gr body weight each day could decrease hepatotoxicity effect of carbon tetrachloride by maintain normal level of ALP in white rats Wistar strain.Manfaat daun Anredera cordifolia (Ten.) Stenis sebagai hepatoprotektor dan antioksidan diteliti pada tikus putih induksi CCl4. Unrandomized control trial digunakan pada penelitian ini. Sepuluh tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus) jantan dengan berat badan 200-250 g dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok kontrol diberi perlakuan dengan diberi pakan standar dan 1 ml aquadest setiap hari selama 12 hari. Kelompok perlakuan diberi pakan standar ditambah jus daun binahong dosis tunggal sebesar 329,21 mg diberikan lewat oral setiap hari selama 12 hari. Karbon tetraklorida (1 ml/kg berat badan, i.p.) disuntikkan ke tikus pada hari ke 13 untuk menginduksi kerusakan sel hepar. ALP test dilakukan dua kali, pada hari pertama dan hari ke-14. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar ALP serum pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan adalah 95,94+1,52 IU/l dan 110,15+1,07 IU/l; pada kelompok perlakuan adalah 92,65+3,05 IU/l dan 92,91+0,68 IU/l. Paired T-test menunjukkan perbedaan signifikan sebelum dan sesudah perlakuan (p0,05). Independent T-test menunjukkan perbedaan signifikan (p0,05) peningkatan ALP sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok dimana kadar ALP pada kelompok perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa pemberian jus daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) 329,21 mg setiap hari dapat meningkatkan efek hepatoprotektif dengan menjaga kadar normal ALP pada tikus putih galur Wista
Upaya Preventif Penyakit Water Borne Disease Pada Masyarakat Paska Gempa Bumi Yogyakarta
Gempa bumi besar yang terjadi di Yogyakarta menyebabkan sebagian besar sumur warga mengalami kerusakan. Sumur mengalami pendangkalan, air menjadi keruh, saluran air dari septitank banyak yang pecah. Hal ini menimbulkan masalah bagi kesehatan karena banyak air sumur yang tak layak untuk dikonsumsi. Air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Air bersih harus memenuhi persyaratan baik fisik, mikrobiologis dan kimiawi. Air yang tidak memenuhi persyaratan bisa menjadi media penularan berbagai penyakit saluran pencernaan (Water borne disease). Penyakit saluran pencernaan sangat berhubungan dengan perilaku manusia, sarana air bersih, pembuangan limbah dan kesehatan lingkungan. Salah satu upaya pencegahan penyakit water borne disease adalah mengetahui kelayakan sumber air minum di daerah terdampak gempa. Pengabdian pada masyarakat ini dilakukan di salah satu desa terdampak gempa yaitu Trirenggo, Bantul, Provinsi DIY. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terdampak gempa tentang pentingnya penyediaan air berkualitas yang memenuhi syarat kesehatan. Pelaksanaan kegiatan ada dua tahap yakni penyuluhan dan pemeriksaan. Penyuluhan dalam bentuk sosialisasi usaha promotif dan preventif manfaat air bersih bagi kesehatan dalam bentuk penyuluhan yang dilaksanakan di Balai Pertemuan Dusun Pepe, Desa Trirenggo, Bantul. Penduduk yang datang dalam penyuluhan lebih kurang 100 kepala keluarga. Peserta yang datang meliputi para pengurus desa, para kader kesehatan, ketua karang taruna serta ibu-ibu di sekitar yang mempunyai sumur sendiri yang mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di laboratorium Mikrobiologi FKIK UMY untuk menguji kualitas mikrobiologik dan LABDA Provinsi DI Yogyakarta untuk menguji kesadahan air. Dari sekitar 150 sumber air minum, secara acak diambil 100 sampel air sumur. Hasil pemeriksaan kualitas air di Desa Trirenggo menunjukkan bahwa 97 % sumur penduduk positif terkontaminasi bakteri Escherichia coli. Hasil pemeriksaan kesadahan air sumur masih dalam ambang batas normal. Air sumur gali di desa Trirenggo Bantul hanya 3% yang layak memenuhi standar baku kualitas air. Peningkatan pemahaman pengetahuan masyarakat akan pentingnya air bersih akan mempengaruhi perilaku dalam pencegahan penyakit water borne disease. Kata Kunci: Kualitas, Sumber Air minum, Masyarakat, Paska Gemp
Pengaruh Pemberian Seduhan Teh Kelopak Bunga Hibiscus sabdariffa L. terhadap Kadar Kolesterol Total Perokok Aktif
Rokok mengandung radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Hal tersebut menyebabkan kadar kolesterol total plasma meningkat. Seduhan teh kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) diketahui memiliki efek antioksidan yang dapat meredam aksi radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kolesterol total setelah pemberian seduhan teh kelopak bunga H. sabdariffa L. Penelitian bersifat quasi experimental dengan rancangan penelitian pre and post test controlled group design. Subjek berjumlah 27 orang, perokok aktif 14 orang kelompok perlakuan dan 13 orang kelompok plasebo. Perlakuan berupa pemberian seduhan teh kelopak bunga rosella (H. sabdarifa L.) dengan dosis 3 gram kelopak bunga kering 1x sehari. Kelompok plasebo diberi sirup rendah kalori. Masing-masing perlakuan selama 21 hari. Subjek diambil darahnya sebelum perlakuan sebagai data pre test. Setelah perlakuan 21 hari, subjek kembali diambil darahnya untuk data post test. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan kadar kolesterol total pada perokok aktif setelah pemberian seduhan teh kelopak bunga H. sabdariffa L. sebesar 4,58 mg/dl dengan nilai p=0,002 ( 0,05) sedangkan pada kelompok plasebo juga terjadi penurunan kadar kolesterol total sebesar 3,21 mg/ dl dengan nilai p=0,006 ( 0,05). Tidak ada perbedaan antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p sebesar 0,281 ( 0,05). Disimpulkan bahwa seduhan teh kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat menurunkan kadar kolesterol total pada perokok aktif.Cigarretes contain free radicals which can cause lipid peroksidation to happen. it cause increasing of total plasma cholesterol, steeping of roselle’s calyx have antioxydant effect which can block free radicals activity. This study aims to determine total cholesterol levels after given of tea steeping calyces H. sabdariffa L. This is quasi experimental research with pre and post test controlled group design. The amount of subject that used is 14 as roselle group at the same dose (3 grams of dried calyx) and 13 as placebo group who receive low calories syrup for 21 days. The subject will be taken their blood before receive any interÂvention as a pre test data. After 21 days of intervention the subject taken their blood again as a post test data. Result shows that there is lowering of total cholesterol level in active smokers after administering of steeping of roselle’s calyx in the amount of 4,58 mg/dl with p=0,002 (0,05). While at the placebo group there is also lowering of total cholesterol level as big as in the amount of 3,21 mg/dl with p=0,006 (0,05). So that there is no differences between both groups with p=0,281 (0,05). It is concluded that the steeping of roselle’s calyx can lowering total cholesterol level in active smoker
Pengaruh Ekstrak Buah Anggur Merah (Vitis vinifera L) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih ( Rattus novergicuss )
AbstrakBuah anggur memiliki kandungan proanthosianidin dan resveratrol yang berkaitan erat dengan pencegahan hiperlipidemia khususnya hipertrigliserida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah anggur merah (Vitis viniferra L.) terhadap kadar trigliserida darah tikus putih (Rattus norvegicus). Ekstrak anggur merah dibuat dalam berbagai dosis. Dosis I (100mg/200g BB/hari), dosis II(250mg/200g BB/2ml), dan dosis III (500mg/200g BB/hari). Pemberian ekstrak anggur merah dilakukan selama 10 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar trigliserida yang signifikan sebelum dan sesudah perlakuan pada masing masing kelompok nilai (p0,05). Pada uji statistik menggunakan one way Anova menunjukkan nilai p=0,000 (p0,05). Dosis Uji I mengalami penurunan sebesar 32,80 ± 7,99 ml/dL, dosis Uji II yaitu 60,74 ± 2,15 ml/dL, Uji III yaitu 69,41±3,87ml/dL sehingga terdapat perbedaan kadar trigliserida darah tikus putih antar kelompok yang signifikan. Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak anggur merah berpengaruh terhadap penurunan kadar trigliserida darah tikus putih secara bermakn
Students’ Perception on Interprofessional Education
Unawareness of the roles and competencies of other health professions has led to many medical and medication errors in the treatment of patients in the hospital. It is considered important to give Interprofessional Education (IPE) to students at pre-clinic and clinical stage in order to have a good understanding about roles of other health professionas. IPE is an interprofessional collaborative learning to support promotive, preventive, curative, rehabilitative and other approches related to health aspect. Perception is among the most important and highly needed skill in the implementation of IPE. This research aimed to determine the effect of IPE learning toward the perception among the students in Faculty of Medicine and Health Science of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FMHS UMY). This is an observational study adopting a cross sectional design. The sample of students was collected through purposive sampling technique. A number of 94 students met the inclusion criteria, comprised of 21 students of Medical Profession Education, 25 of Dentistry Profession Education, 25 of Nursing Profession Education and 21 Undergraduate students of Pharmacy. Samples were given questionnaire of Interdiciplinary Education Perception Scale. Comparative test was done by Kruskall-Wallis test. From 94 students of FMHS, 75.5% had good perception toward IPE. No significant differences appeared in perception (p=0.285) among the students of FMHS UMY. The Interprofessional Education (IPE) had significant effects toward the perception among the students of FMHS UMY
Antibacterial Activity of Fractions from Extract Ethanolic of Hylocereus Polyrhizus Peel Against E. Coli and S. aureus
Peel of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) is one of the plants used as an antibacterial agent as it contains saponin triterpenoid compounds, flavonoid compounds, and alkaloid compounds which can have antibacterial activity. This research aims to determine the antibacterial effect of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol fraction of red dragon fruit’s peel against Escherichia coli and Staphylococcus aureus by the concentration of 10mg/ml, 20mg/ml, 40mg/ml, 80mg/ml dan 160mg/ml. This research was conducted by using laboratory experiments. The simplicia was macerated with 96% ethanol and fractionated by n-hexane and ethyl acetate. The phytochemical screening of the fraction was n-hexane fraction containing saponin and alkaloid, while the ethyl acetate fraction contained saponin and flavonoid. Kanamycin was used as a positive control, while DMSO was used as a negative control. According to this research, the MIC value of ethanol fraction, n-hexane fraction, and ethyl acetate fraction were 80mg/ml, 20mg/ml, and 80mg/ml, respectively, for E. coli and all fractions were 10mg/ml for S. aureus. Based on the average diameter of the inhibition zone, the largest diameter zone in E. coli was ethyl acetate fraction with 160mg/ml concentration that was 10,33mm. Meanwhile, in S. aureus n-hexane fraction, it was 160mg/ml, which was 11,20mm. This result showed that the n-hexane fraction has good gram-positive activity while the ethyl acetate fraction has good activity on gram-negative
Kajian Peresepan pada Pasien Geriatri dengan Gangguan Sistem Endokrin
Pertambahan usia dapat mempengaruhi kinerja fungsi organ tubuh dan berdampak terhadap rentannya populasi geriatri terserang penyakit, diantaranya adalah gangguan pada sistem endokrin. Geriatri memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan terapi polifarmasi sehubungan dengan penyakit dan komplikasi yang dideritanya. Polifarmasi dapat meningkatkan resiko peresepan obat yang tidak tepat atau Potentially Inappropriate Medications (PIMs). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil kajian peresepan obat pada pasien geriatri dengan diagnosis gangguan endokrin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain penelitian menggunakan desain cross–sectional. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari 211 rekam medis pasien geriatri yang dirawat inap di salah satu rumah sakit rujukan di Bantul, Indonesia dengan diagnosis gangguan pada sistem endokrin periode tahun 2018. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik systematic random sampling dengan analisis data mengacu pada Beers Criteria 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 135 (63,9%) pasien dengan peresepan PIMs berdasarkan Beers Criteria 2019 dengan persentase obat terbesar adalah furosemide sebanyak 65 (30,8%) pasien. Dapat disimpulkan bahwa PIMs pada pasien geriatri dengan gangguan sistem endokrin tergolong tinggi sehingga membutuhkan perhatian dari tenaga kesehatan agar peresepan obat dapat aman dan efektif