Changing Identities

Die Veränderungen im Rahmen der Globalisierung führen dazu, dass die klassischen Konturen von Staaten und Unternehmen verwischen. Mit dem Machtzuwachs der transnationalen Konzerne geraten Unternehmen zunehmend in den Fokus der Öffentlichkeit. Sie werden zunehmend zu "public property". Woher kommen diese Veränderungen, welche Anforderungen ergeben sich dadurch für die Unternehmen? Die Antworten, die dieser Auszug eines Essays von einem der führenden Unternehmensberater weltweit gibt, verdeutlichen warum sozial-ökologische Unternehmensbewertung sowohl an Bedeutung als auch an Einfluss gewinnt

Corporate Identity

Agar efektif, setiap organisasi memerlukan tujuan yang jelas yang dipahami oleh orang-orang di dalamnya. Mereka juga membutuhkan rasa memiliki yang kuat. Tujuan dan rasa memiliki adalah dua segi identitas. Setiap organisasi adalah unik, dan identitas harus muncul dari akar organisasi itu sendiri, kepribadiannya, kekuatan dan kelemahannya. Hal ini berlaku untuk perusahaan global modern seperti halnya perusahaan mana pun. lembaga lain dalam sejarah, dari gereja kristen hingga negara bangsa. Identitas korporasi harus begitu jelas sehingga menjadi tolak ukur untuk mengukur produk, perilaku, dan tindakannya. Artinya, identitas tidak bisa begitu saja menjadi sebuah slogan, kumpulan frase: itu harus terlihat, nyata dan merangkul semua. Segala sesuatu yang dilakukan organisasi harus merupakan penegasan identitasnya. Produk yang dibuat atau dijual perusahaan harus memproyeksikan standar dan nilainya. Bangunan tempat perusahaan membuat barang dan perdagangan, kantor, pabrik, dan pajangannya - lokasinya, bagaimana mereka dilengkapi dan dipelihara - semuanya merupakan manifestasi dari identitas.Materi komunikasi perusahaan, mulai dari iklannya hingga buku petunjuknya, harus memiliki kualitas dan karakter yang konsisten yang secara akurat dan jujur mencerminkan seluruh organisasi dan tujuannya. Semua ini dapat diraba, terlihat; mereka dirancang - dan itulah sebabnya desain merupakan komponen penting dalam bauran identitas. Komponen selanjutnya, yang sama pentingnya meskipun tidak terlihat, adalah bagaimana organisasi berperilaku: terhadap stafnya sendiri dan kepada semua orang yang datang dengannya ke dalam kontak, termasuk pelanggan, pemasok, dan komunitas tuan rumah. Hal ini terutama berlaku di industri jasa yang tidak memiliki produk nyata. Di sini juga, konsistensi dalam sikap, tindakan, dan gaya menggarisbawahi identitas korporasi

Cine Europa: Behind the Scenes of a Collaborative Cultural Diplomacy Initiative in the Philippines

Cine Europa is a European Union Film Festival that has been staged annually in the Philippines since 1997. The EU attempts to augment Europe’s visibility through this effort, as European countries, through their corresponding embassies and cultural institutes, submit a film entry to exhibit to Philippine audiences. This paper characterises Cine Europa as a collaborative cultural diplomacy event, due to the participation of multiple states in one initiative. Findings form this case study indicate that although a collaborative cultural diplomacy project can bring together countries to work towards a common cultural goal, such as staging a festival, the policies, agendas, and interests of their home countries often take precedence in decision-making in areas like film selection. This is reflected in the way that the festival programme is created. Applying a production of culture approach, this paper argues that contributions by participating countries are influenced by three key considerations: the costs of acquiring films from their home countries, the states’ hosting of or participation in other film festivals in the Philippines, and the availability of films that align with the assigned theme of Cine Europa for the year