37 research outputs found

    Analisa Keterkaitan (Link Analysis) Dengan Menggunakan Sequential Pattern Discovery Untuk Prediksi Cuaca

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah menganalisa keterkaitan antar atribut/itemset pada parameter yang digunakan dalam prediksi cuaca untuk menghasilkan suatu aturan(rule) yang dapat membuktikan suatu kondisi apakah hujan atau tidak hujan. Metoda yang akan digunakan untuk analisa antar atribut ini adalah Sequential Pattern Mining, dimana pola kerjanya adalah menganalisa keterkaitan suatu atribut akan mempengaruhi atribut lainnya dan bagaimana ketergantungan atribut yang satu dengan atribut lainnya. Hasil akhir dari penelitian ini adalah menemukan pola-pola pengetahuan yang tersembunyi di dalam data. Pola tersebut berbentuk aturan (rule) yang dapat membantu menentukan kondisi cuaca apakah hari ini hujan atau tidak

    Dayaguna Kompos Limbah Pertanian Berbahan Aktif Cendawan Gliocladium terhadap Dua Varietas Krisan

    Get PDF
    Penelitian bertujuan mengetahui dayaguna kompos limbah pertanian berbahan aktif cendawan gliocladium dalam budidaya krisan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Instalasi Penelitian Tanaman Hias, Segunung dari bulan Juni sampai dengan November 2000. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama terdiri dari varietas saraswati dan retno dumilah serta enam dosis gliokompos sebagai faktor kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan tumbuh dan hasil bunga terbaik ditunjukkan oleh varietas saraswati. Penggunaan gliokompos sampai dengan 0,5 kg/m2 ternyata meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit tular tanah serta meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil bunga. Application of agricultural waste compost consisting fungus gliocladium (gliocompost) on two chrysanthemum varieties. The experiment was conducted from June to November 2000 at Segunung Ornamental Research Station. The objectives of experiment were to determine the proper composition of a mixture compost and gliocladium to control soil borne pathogens and to increase crop production of chrysanthemum. A factorial randomized block design with three replications was used in this experiment. The first factor consisted of two varieties namely, saraswati and retno dumilah, the second factor comprised of six levels of gliocompost dosages. Results indicated that in term of plant growth and flower yield, saraswati was most responsive to the application up to 0.5 kg/m2 of gliocompost, significantly improved plant growth, flower productivity, and increase the resistance of plant to soil born diseases

    Kemangkusan Kandidat Biofungisida Berbahan Aktif Bakteri Antagonis Terhadap Fusarium Oxysporum Pada Phalaenopsis

    Full text link
    Layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum pada tanaman anggrek dapat menimbulkan kerusakan tanaman hingga mencapai 40%. Bakteri antagonis B 37 dan B 26 hasil isolasi dari tanaman anggrek efektif mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman anggrek masing-masing sebesar 65,3 dan 48,9%. Isolat bakteri tersebut belum diidentifikasi, diuji kompatibilitasnya, dan diaplikasikan masih dalam bentuk biakan murni. Tujuan penelitian ini ialah: (a) mengidentifikasi secara biokimia isolat bakteri B 26 dan B 37, (b) mendapatkan formulasi bahan pembawa organik yang kompatibel dengan isolat bakteri B 26 dan atau B 37, serta (c) mengendalikan F. oxysporum pada tanaman anggrek Phalaenopsis dengan menggunakan kedua bakteri tersebut yang sudah dikemas dalam bahan pembawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) hasil identifikasi secara biokimia bakteri B 26 dan B 37 ialah Bacillus spp., (b) semua bahan aktif calon biopestisida (Bacillus spp. B 26 dan B 37) kompatibel terhadap bahan pembawa dari bahan alami yang mengandung karbohidrat dan protein minimal, tetapi kurang kompatibel pada media pembawa dari bahan alami yang mengandung karbohidrat dan protein optimal serta air steril, dan (c) perlakuan Bacillus spp. B26 atau B 37 dalam media pembawa yang mengandung karbohidrat dan protein minimal atau disuspensikan dalam air (disuspensikan dalam air setiap akan dilakukan perlakuan) yang diaplikasikan dengan merendam benih selama 1 jam yang kemudian diikuti dengan penyemprotan tanaman setiap 7 hari, efektif mengendalikan penyakit layu fusarium pada anggrek Phalaenopsis

    Induksi Resistensi Tanaman Krisan Terhadap Puccinia Horiana P. Henn. Dengan Menggunakan Ekstrak Tanaman Elisitor

    Full text link
    Karat putih yang disebabkan oleh Puccinia horiana P. Henn merupakan penyakit yang paling penting pada tanaman krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev.). Serangan pada tanaman ini dapat menurunkan nilai komersial bunga hingga 100%. Induksi resistensi merupakan salah satu strategi untuk mengendalikan penyakit ini. Beberapa jenis tanaman elisitor, terbukti efektif meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan beberapa patogen. Tujuan penelitian ini ialah memperoleh minimal 2 (dua) spesies ekstrak tanaman yang efektif untuk menginduksi ketahanan tanaman krisan terhadap P. horiana, dan mendapatkan informasi kandungan asam salisilat pada tanaman krisan yang telah terinduksi oleh tanaman elisitor. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Hias yang dilakukan pada Januari hingga Desember 2013. Tujuh tanaman elisitor yang duji ialah : daun tanaman Ivy (Hedera helix), batang tanaman wilow (Salix sp.), daun bunga pukul empat (M. jalapa), daun Phytholacca americana (anti viral), daun Kucubung (Datura suaveolens), daun pagoda (Clerodendron sp.), dan daun Laja (Alpinia galanga) yang masing-masing diencerkan 50% (100 g bagian bahan tananam digerus menggunakan mortal sampai halus, kemudian ditambah 100 ml bagian 0,01 M fosfat buffer pH 7,0). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak batang Salix sp., dan daun C. japonicum efektif menginduksi ketahanan tanaman krisan terhadap P. horiana dengan persentase penekanan masing-masing mencapai 80,20 dan 75,46%. Kandungan asam salisilat pada tanaman krisan yang terinduksi efektif oleh tanaman elisitor pada krisan, masing-masing bervariasi antara 1853,93 - 3767,55 ppm

    Isolasi Dan Identifikasi Mikoparasit Utama Pada Karat Krisan

    Full text link
    . Pada beberapa jenis cendawan karat dilaporkan terdapat mikoparasit diantaranya Cladosporium sp. Mikoparasit asal Kebun Percobaan Segunung Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) yang diduga sebagai Cladosporium menghasilkan penekanan yang tinggi terhadap karat putih asal krisan dengan penekanan mencapai 100%. Penelitian bertujuan mengidentifikasi dan mempelajari karakter morfologi dan molekuler cendawan mikoparasit yang terdapat pada pustul karat krisan asal kebun percobaan Balithi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Balithi Segunung dan Laboratorium Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong pada Bulan Januari sampai dengan Desember 2012. Identifikasi secara morfologi dilakukan dengan melihat ciri makroskopis dan mikroskopis cendawan. Identifikasi secara molekuler dilakukan berdasarkan analisis pada sekuen Internal Transcribed Spacer (ITS) ribosomal DNA. Amplifikasi PCR pada ITS menggunakan Primer ITS 4: 5`-- TCC TCC GCT TAT TGA TAT GC – 3` dan ITS 5: 5`--GGA AGT AAA AGT CGT AAC AAG G –3`. Hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopik menunjukkan bahwa Isolat 567 yang menginfeksi karat putih pada krisan asal Segunung termasuk ke dalam genus Cladosporium. Hasil analisis secara molekuler Cladosporium itu memiliki homologi 100% dengan Cladosporium cladosporioides strain 1-09 (aksesi no: JF502459) yang berada di genbank

    Pengaruh Bahan Pembawa Terhadap Efektivitas Beauveria Bassiana Dalam Mengendalikan Thrips Parvispinus Karny Pada Tanaman Krisan Di Rumah Plastik

    Full text link
    . Silvia Yusuf, E., W. Nuryani, and I Djatnika. 2010. The Effect of Several Carriers on Beauveria bassiana to Control Thrips parvispinus Karny on Chrysanthemum under Plastichouse. Beauveria bassiana is one of effective entomopathogenic fungi in controling important pests on chrysanthemum production. Several constraints on its application in the field yet still become problems, including the decrease of viability and effectiveness of the fungi. The aim of this study was to determine the effect of several carriers on the application of B. bassiana to control thrips on chrysanthemum. The experiment was carried out in the plastichouse of Indonesian Ornamental Crop Research Institute at Segunung from April to August 2008. The experiment was arranged in a randomized block design with six treatments and five replications. The treatments was B. bassiana with carriers of corn cob powder, talc, husk ash, B. bassiana 109 conidia/ml, Beauveria N (positive control), and water (negative control). The results showed that talc carrier was more effective in suppresing thrips population on chrysanthemum in the plastichouse than positive control. This results were not shown by carriers of corn cob powder and husk ash. All of the treatments did not show any significant effect on the damage percentage and vaselife of flower, but there was a significant difference on the number of thrips population

    Biopestisida Organik Berbahan Aktif Bacillus Subtilis Dan Pseudomonas Fluorescens Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium Pada Anyelir

    Full text link
    Anyelir (Dianthus caryophillus L.) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Penyakit utama yang menyerang tanaman ini ialah layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. sp. dianthi dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman sekitar 20-60%. Pengendalian yang selama ini dilakukan oleh petani bertumpu pada penggunaan pestisida kimia sintetik. Namun penggunaan bahan kimia tersebut tidak mampu mengeradikasi patogen secara sempurna, terutama pada lapisan tanah yang agak dalam. Salah satu cara pengendalian berwawasan lingkungan ialah menggunakan musuh alami. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Hias (1.100 m dpl.), sejak Mei sampai Desember 2009. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens yang diformulasi dalam bentuk biopestisida organik cair dalam pengendalian layu Fusarium pada tanaman anyelir. Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok dengan 10 perlakuan, yaitu 10% ekstrak kascing + 10% molase + B. subtilils + P. fluarescens (BP) dan 10% ekstrak pupuk kandang kuda + 10% molase + BP masing-masing konsentrasi 0,1, 0,3, 0,5, dan 0,7%, dazomet 0,2%, serta kontrol (air ledeng), dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi bakteri antagonis setelah dilakukan proses fermentasi selama 3 minggu, meningkat dibandingkan sebelum fermentasi. Rerata populasi awal sebelum fermentasi bakteri antagonis 107-109 cfu/ml meningkat menjadi 1010-1012 cfu/ml pada 3 minggu setelah fermentasi. Populasi kedua agens biokontrol tersebut setelah penyimpanan selama 2 bulan cenderung stabil berkisar antara 1010-1011 cfu/ml. Perlakuan B. subtilis dan P. fluorescens yang disuspensikan ke dalam ekstrak kascing + molase pada taraf konsentrasi 0,5% kemudian difermentasikan dalam biofermentor selama 3 minggu secara konsisten dapat menekan serangan F. oxysporum f. sp. dianthi pada anyelir. Implikasi hasil penelitian ini dapat meningkatkan daya saing komoditas tanaman hias melalui pemanfaatan sumber daya alam nasional secara optimal berkelanjutan untuk mendukung industri tanaman hias yang berdaya saing tinggi.Carnation (Dianthus caryophillus L.) is one of the most economically important cut flowers in Indonesia. The crops is commonly cultivated in the highland areas of the country. Cultivations of the crops in the production center areas have faced various problems, especially wilt disease caused by Fusarium oxysporum f. sp. dianthi as the most important one. Based on the field observation it is known that the disease could reduce plant production and its yield quality up to 20-60%. To control the disease, farmers usually use a synthetic chemical pesticides. However the control measures are not sufficiently effective to overcome the diseases problems. Therefore, an alternative control measures which are more environmentally friendly is necessary. The use of biocontrol agents is nowdays bring popular to be recommended to control the disease. A study on the control of fusarial wilt disease on carnation was carried out in the Laboratory and Glasshouse of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (1,100 m asl.) from May to December 2009, using Bacillus subtilis and Pseudomonas fluorescens formulated in the liquid organic pesticide. The study was arranged in a randomized block design, with 10 treatments i.e. 10% vermi compost + 10% molase + BP and 10% horse manure + 10% molase + BP consentration 0.1, 0.3, 0.5, 0.7% resfectively, dazomet 0,2% and control with four replications. The results showed that population of antagonistic bacterial was increased from 107-109 to 1010-1012 cfu/ml after 3 weeks fermentation in the organic carrier. The population of two antagonistic bacteria was likely stable on 1010-1011 cfu/ml after storing 2 months. The treatments of B. subtilis and P. fluorescens suspended in the vermi compost extract and molases on the concentration level of 0.5% and formulated in the biofermentor for 3 weeks were consistenly effective in reducing Fusarium wilt on carnation. The implication of research results could be increase commodity competitive ability of ornamental plants by using national nature resource on a continuity for support the ornamental plants industry with high competitiveness
    corecore