5 research outputs found

    Perbanyakan Vegetatif Mahoni (Swietenia Macrophylla King) Dengan Cara Stek Pucuk

    Full text link
    Penanaman mahoni terancam oleh serangan hama penggerek pucuk Hypsipyla robusta, sehingga pencarian mahoni yang memiliki sifat resisten menjadi prioritas dalam pengembangan mahoni. Seleksi genetik dari populasi mahoni di lapangan yang terbukti memiliki ketahanan terhadap Hypsipila adalah salah satu cara untuk memperoleh pohon unggul mahoni. Perbanyakan bibit dari pohon unggul harus dilakukan secara vegetatif agar anakan memperoleh sifat unggul dari induknya. Pada penelitian ini, perbanyakan vegetatif pada spesies mahoni (Swietenia macrophylla) telah dilakukan dengan cara stek pucuk. Rancangan penelitian menggunakan split plot dalam rancangan acak kelompok dengan petak utama jenis media yang terdiri atas 4 jenis media, anak petak konsentrasi zat pengatur tumbuh yaitu 3 konsentrasi IBA, dan dikelompokan menjadi 3 kelompok. Bahan stek diambil dari pucuk anakan umur 1 tahun. Keberhasilan stek pucuk dilihat dari parameter persentase berakar, jumlah akar, panjang akar, panjang tunas, biomassa akar, dan biomassa pucuk. Faktor media berpengaruh nyata terhadap proses stek, sedangkan pemberian IBA dengan cara perendaman basal tidak memberikan pengaruh nyata. Persentase berakar tertinggi dihasilkan dari media campuran sabut kelapa+sekam (2:1, v/v) sebesar 93% atau lebih tinggi 16% dibandingkan media kontrol (tanah). Jumlah akar terbanyak dihasilkan dari media arang sekam dan campuran sabut kelapa+sekam (2:1, v/v) sebanyak 4,5 helai atau naik sebesar 47% dibandingkan kontrol. Panjang akar tertinggi dihasilkan oleh kontrol (media tanah) dengan nilai 86 mm. Berdasarkan parameter pertumbuhan stek, media sabut kelapa+sekam (2;1, v/v) merupakan media yang paling optimal untuk stek pucuk mahoni

    Potensi Pengembangan Masoyi (Cryptocarya Massoy (Oken) Kosterm) Di Wilayah Uptd KPH Unit V Boalemo Berdasarkan Kesiapan Masyarakat Dan Tingkat Kesesuaian Lahan (Potency of Masoyi Plantations in the Area of Uptd KPH Boalemo Gorontalo Unit V Based on Community Readinness and Land Suitability)

    Full text link
    Upaya pengembangan hutan tanaman di wilayah UPTD KPH Unit V Boalemo perlu didukung kesiapan masyarakat dan kesesuaian lahan. Penelitian ini menganalisis potensi pengembangan masoyi di wilayah UPTD KPH Unit V Boalemo Gorontalo berdasarkan kesiapan masyarakat dan kesesuaian lahannya. Tingkat kesiapan masyarakat diukur melalui wawancara mendalam terhadap tokoh-tokoh kunci. Analisis kesesuaian lahan dilakukan menggunakan metode pencocokan (species matching) terhadap persyaratan tumbuh tanaman masoyi. Karakteristik lahan diperoleh melalui pengumpulan data sekunder, pengukuran langsung di lapangan, dan analisis tanah di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan: 1) kesiapan masyarakat berada pada level tujuh sampai dengan sembilan; empat desa yaitu Desa Ayuhulalo, Desa Bendungan, Desa Botumoito, dan Desa Rumbia memiliki kesiapan lahan level sembilan (rasa memiliki di tingkat masyarakat tinggi), 2) kesesuaian lahan terdiri atas 15,93% sesuai, 53,82% agak sesuai, dan 30,24% tidak sesuai, 3) wilayah dengan luas 22.644 ha berpeluang bagi pengembangan masoyi karena memiliki tingkat kesiapan masyarakat yang tinggi (level 7 sampai 9) dan memiliki kelas kesesuaian agak sesuai, 4) wilayah dengan luas 7.041 ha merupakan lahan prioritas bagi pengembangan masoyi karena memiliki tingkat kesiapan masyarakat tinggi (level 7 sampai 9) dan memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai, 5) desa dengan tingkat kesiapan masyarakat terbaik dan kesesuaian lahan pada kriteria sesuai adalah Desa Bendungan dan Desa Butomoito, 6) kawasan hutan produksi didominasi tingkat kesesuaian lahan agak sesuai sehingga perlu adanya perbaikan/manipulasi lahan terhadap faktor pembatas guna mendukung keberhasilan penanaman

    Pertumbuhan Empat Populasi Cempaka (Michelia Champaca Linn.) Umur Empat Tahun (Growth of Four Populations of Cempaka (Michelia Champaca Linn.) at Four Years Old)

    Full text link
    Konservasi ex-situ berfungsi untuk melindungi biodiversitas, terutama jenis-jenis yang terancam punah. Cempaka (Michelia champaca Linn.) termasuk dalam jenis yang semakin jarang ditemukan di populasi alaminya. Selain dimanfaatkan kayunya, bunga cempaka dipanen sebagai material parfum dan minyak. Sebagai salah satu upaya konservasi ex-situ, plot cempaka dibangun pada tahun 2011 di Hutan Penelitian Pasir Hantap, Sukabumi-Jawa Barat. Material genetik (biji) dikoleksi dari empat populasi cempaka yaitu dari 42 pohon induk yang terdiri atas : Lahat (9 pohon induk), Empat Lawang (6 pohon induk), Malang (13 pohon induk), dan Pasuruan (14 pohon induk). Plot penanaman dirancang berdasarkan asal populasi, selanjutnya jarak plot antar populasi minimal 50 m untuk menghindari terjadinya persilangan antar populasi. Pemeliharaan plot dilakukan secara berkala meliputi penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Pengukuran performa pertumbuhan dilakukan setiap 6 bulan hingga umur 36 bulan setelah tanam; dan satu tahun sekali setelahnya. Performa pertumbuhan yang diamati meliputi daya hidup, tinggi dan diameter batang diatas tanah. Daya hidup cempaka pada umur 48 bulan rata-rata sebesar 82,4% dan daya hidup tertinggi ditunjukkan oleh cempaka dari populasi Lahat (94,8%). Tinggi dan diameter tertinggi ditunjukkan oleh cempaka dari populasi Lahat yaitu 7,35 m dan 13,1 cm. Daya hidup terendah ditemukan pada cempaka populasi Malang (64,0%). Tinggi dan diameter pohon terendah teramati pada cempaka populasi Pasuruan yaitu 2,99 m dan 3,9 cm. Populasi terbaik berdasarkan pengamatan performa pertumbuhannya ditunjukkan oleh populasi Lahat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik pohon induk dan kualitas benih cempaka berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cempaka
    corecore