11 research outputs found

    Perbandingan Berat Isi Dan Rembesan Bata Beton Ringan Dengan Penambahan Mineral Alami Zeolit Alam Bergradasi Tertentu Dengan Dan Tanpa Perawatan Khusus

    Full text link
    Dibutuhkan suatu penyelesaian yang dapat memberikan keawetan namun dengan bahan yang dapat dengan mudah diindustrikan dan juga ramah lingkungan salah satunya zeolit karena mengandung banyak alumina silika (SiO2) namun masih memiliki massa jenis yang cukup ringan. Penelitian dilakukan dengan membuat 3 buah sampel benda uji variasi kadar penambahan zeolit pada benda uji yaitu 0%, 10%, dan 20%, sedangkan variasi perlakuan benda uji yaitu dengan perawatan (DP) dan tanpa perawatan (TP). Zeolit yang digunakan memiliki gradasi tertentu (lolos saringan no. 80 (0,180 mm), no. 100 (0,149 mm), dan no. 200 (0,075 mm)). Pengujian berat isi dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari sedangkan pengujian rembesan dilakukan pada umur 28 hari. Hasil pengujian berat isi pada masing-masing variasi penambahan 0% TP, 0% DP, 10% TP, 10% DP, 20% TP, dan 20% DP pada umur 28 hari berturut-turut adalah 0,699 gr/cm3, 0,704 gr/cm3, 0,684 gr/cm3, 0,694 gr/cm3, 0,722 gr/cm3, 0,725 gr/cm3. Dari hasil tersebut terlihat bahwa selalu terjadi peningkatan berat isi setiap penambahan kadar zeolit. Sedangkan pada pengujian rembesan didapatkan nilai dari masing-masing variasi penambahan 0% TP, 0% DP, 10% TP, 10% DP, 20% TP, dan 20% DP pada umur 28 hari berturut-turut adalah 2,315 cm3/menit, 2,685 cm3/menit, 2,870 cm3/menit, 2,963 cm3/menit, 1,574 cm3/menit, 2,222 cm3/menit. Berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa selalu terjadi penurunan kecepatan rembesan setiap penambahan kadar zeolit. Dengan adanya penambahan zeolit yang ditambahkan menunjukkan semakin besarnya berat isi dan semakin menurunnya kecepatan rembesan

    Perbandingan Berat Isi Dan Rembesan Bata Beton Ringan Dengan Penambahan Mineral Alami Zeolit Alam Tertahan Saringan No.80 (0,180mm) Dan Tertahan Saringan No.200 (0,075mm)

    Full text link
    Perkembangan dan inovasi dari bata beton ringan terus dilakukan guna memperoleh material yang berkualitas tinggi. Salah satu inovasinya adalah dengan menambahkan mineral alami zeolit alam pada campuran bata beton ringan tersebut. Mineral zeolit memiliki kadar alumina silika (SiO2) didalamnya yang tinggi hingga 61,13% dimana unsur tersebut merupakan suatu unsur yang memiliki kekerasan cukup tinggi. Parameter yang di uji pada penelitian ini adalah berat isi dan rembesan. Pengujian tersebut dilakukan terhadap benda uji bata beton ringan dengan penambahan dua variasi mineral zeolit alam ukuran butir yaitu no. saringan 80 dan no. saringan 200 dengan prosentase masing-masing penambahan 0%, 10%, dan 20%. Pengujian berat isi dilakukan pada umur ke 7, 14, 21 dan 28 dengan ukuran benda uji 60 x 20 x 10 cm dan untuk pengujian rembesan dilakukan pada umur ke 28 setelah pencetakan benda uji dengan ukuran 25 x 20 x 10 cm Analisa data yang digunakan untuk memperoleh hasil dari penelitian ini adalah analisa anova satu arah dan analisa regresi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai berat isi pada umur ke 28 untuk masing-masing variasi yaitu, 0,699 kg/cm3, 0,715 kg/cm3, 0,722 kg/cm3, 0,731 kg/cm3 dan 0,744 kg/cm3 untuk prosentase penambahan berturut-turut 0%, 10% no.80, 20% no.80, 10% no.200 dan 20% no.200. Sedangkan untuk nilai dari kecepatan awal aliran rembesan adalah sebesar, 2.3148 cm3/menit, 1.9444 cm3/menit, 1.6667 cm3/menit, 1.4815 cm3/menit, dan 1.3889 cm3/menit untuk prosentase penambahan berturut-turut 0%, 10% no.80, 20% no.80, 10% no.200, dan 20% no.200. Nilai dari berat isi bata beton ringan dengan penambahan butiran zeolit terus mengalami peningkatan seiring dengan prosentase penambahan yang semakin besar. Nilai dari peningkatan berat isi yang terjadi memberikan kepadatan yang tinggi terhadap bata beton ringan yaitu dengan semakin kecilnya rongga yang ada pada bata beton ringan tersebut

    Perilaku Lentur Dinding Panel Jaring Kawat Baja Tiga Dimensi Dengan Variasi Rasio Tinggi Dan Lebar (Hw/lw) Terhadap Beban Lateral Statik

    Full text link
    Perkembangan jumlah penduduk yang meningkat secara signifikan tiap tahun tidak diimbangi dengan banyaknya penyedia hunian yang layak secara teknis maupun ekonomis menyebabkan terjadinya masalah backlog dalam dunia konstruksi hunian di Indonesia. Rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) pada dinding akan memperngaruhi bagaimana perilaku dinding tersebut dalam menerima beban lateral. Pada perbedaan rasio tersebut nantinya akan dapat dilihat pada dinding mana yang akan terjadi mekanisme kegagalan lentur yang dominan (flexural dominant) dan perilaku lentur yang dominan (flexural behaviour). Pada penelitian ini digunakan tiga variasi rasio tinggi dan lebar (Hw/lw) dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi yaitu dengan ukuran 60 cm x 60 cm (Hw/lw=1), ukuran 90 cm x 60 cm (Hw/Lw=1,5), dan ukuran 120 cm x 60 cm (Hw/Lw=2). Tebal dinding sama yaitu 15 cm dengan EPS dan wiremesh dengan tebal total 8 cm dan plesteran beton 7 cm. Pengujian beban lateral statik (static load test) dilakukan dengan memberikan beban tiap 100 kg (load control) hingga mencapai beban maksimum dinding dan dilanjutkan dengan tahap displacement control. Hasil dari penelitian dan pembahasan data menjelaskan bahwa dinding dengan rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) ≤ 1 mampu menahan beban yang paling besar yaitu berkisar 3 sampai 4 ton lebih. Berdasarkan hasil perhitungan pendekatan dari deformasi lentur yang terjadi didapatkan bahwa dinding dengan rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) > 2 memiliki nilai deformasi lentur yang paling besar. Selain itu timbulnya sendi plastis dan pola keretakan yang terjadi pada dinding dengan rasio ini termasuk mekanisme kegagalan akibat lentur sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku lentur (flexural behaviour) yang paling dominan terjadi pada dinding dengan rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) > 2. Kata

    Pengaruh Aspek Rasio (Hw/lw) Terhadap Pola Retak Dan Momen Kapasitas Pada Dinding Geser Bertulangan Horiontal Dengan Kekangan Di Bawah Pembebanan Siklik (Quasi-statis)

    Full text link
    Dinding geser salah satu elemen struktur yang kaku yang dapat menahan beban lateral dan dapat digunakan sebagai salah satu elemen penting pada bangunan bertingkat. Perencanaan dinding geser serupa dengan kolom namun berbeda pada tulangan horizontalnya. Tulangan horizontal pada kolom dapat sekaligus berfungsi sebagai sengkang, berbeda pada dinding geser. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Benda uji yang digunakan pada penelitian ini merupakan benda uji yang awalnya beraspek rasio 2 yang kemudian dipotong menjadi aspek rasio 1,5. Pengaruh aspek rasio pada pola retak, DGK-150-1,5 memiliki jarak antar retak yang lebih renggang dan lebih menyebar di bagian dinding geser dibanding DGK-150-2. Ditinjau dari momen kapasitas, DGK-150-1,5 memiliki nilai yang yang hampir mendekati antara keduanya. Untuk benda uji beraspek rasio sama, pola retak pada DGK-150-1,5 menghasilkan retak yang lebih panjang dikarenakan adanya kekangan dan didominasi oleh retak baru ataupun pertambahan panjang retak. Sedangkan SW-50-1,5 retak yang terjadi tidak sepanjang DGK-150-1,5 dan didominasi oleh petambahan retak dan penyambungan antar retak. Berdasarkan momen kapasitas, DGK-150-1,5 dan SW-50-1,5 ditinjau dengan jarak yang sama dan mutu beton yang berbeda, dimana DGK-150-1,5 menghasilkan momen kapasitas yang lebih besar dibanding dengan SW-50-1,5

    Analisis Deformasi Struktur Balok Beton Bertulang Dengan Lubang Hollow Core Pada Tengah Balok

    Full text link
    Kebutuhan manusia untuk bangunan dan infrastruktur tiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini secara langsung membuat kebutuhan akan bahan baku bangunan juga meningkat. Efisiensi, peningkatan dan inovasi bahan baku menjadi hal yang perlu diperhatikan. Perkembangan konstruksi beberapa dekade belakangan ini sudah sangat pesat, dalam perkembangannya ini menjadikan beton sebagai bahan bangunan yang sangat diminati. Hampir sebagian besar bangunan dibuat mengguanakan beton di berbagai bagian strukturnya. Beton didapat dari campuran pasir, kerikil dan semen. Dalam penelitian ini, akan diuji deformasi struktur balok beton bertulang dengan lubang hollow core di tengah balok. Pengujian ini difokuskan pada struktur balok. Dalam penelitian ini, digunakan benda uji balok penampang persegi dengan tiga buah lubang persegi dengan arah memanjang balok di tengah badan balok. Untuk memudahkan dalam proses pembuatan benda uji, maka lubang diisi dengan styrofoam yang diletakkan dibawah garis batas pemisah bagian tarik dan tekan penampang (garis netral). Hasil dari penelitian menunjukkan berat volume balok beton dengan lubang 5 x 10 x 60 cm, balok beton dengan lubang 7 x 10 x 60 cm, dan balok beton dengan lubang 9 x 10 x 60 cm berturut-turut mengalami penurunan sebesar 14,10%; 15,17%; dan 18,47% dibandingkan dengan balok beton tanpa lubang. Deformasi balok beton mengalami naik turun di nilai deformasinya karena beban maksimum yang dapat diterima berbeda , sehingga nilai deformasi pada balok beton dengan lubang 7 x 10 x 60 cmyang mengalami nilai deformasi paling besar diantara balok beton dengan lubang lainnya. Nilai rata-rata terbesar deformasi balok beton berlubang 5 x 10 x 60 cm, 7 x 10 x 60 cm, dan 9 x 10 x 60 cm berturut turut sebesar 4 mm; 5,16 mm; dan 3,14 mm. Nilai deformasi ini tidak signifikan dibandingkan dengan penurunan berat volume yang terjadi

    Studi Analisis Sambungan Balok-kolom Dengan Sistem Pracetak Pada Gedung Kampus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

    Full text link
    Pembangunan tiada henti-hentinya untuk terus dikembangkan. Akan tetapi dengan Banyaknya gedung – gedung yang dibangun membuat lahan yang tersedia semakin lama semakin sempit. Oleh karena itu, banyak daerah yang mulai membangun gedung–gedung bertingkat untuk mengatasi kekurangan lahan yang semakin sempit. Pembangunan gedung bertingkat saat ini sebagian besar masih tetap menggunakan metode beton bertulang konvensional dengan menggunakan bekisting yang dicor di tempat yang akan menelan biaya lebih mahal karena membutuhkan banyak sekali bekisting serta akan memakan waktu yang lebih lama. Akan tetapi sekarang ada trobosan baru untuk mengurangi penggunaan bekisting yang banyak dan mengurasi lamanya durasi pengerjaan, yaitu dengan menggunakan metode pracetak yang dibuat di pabrik atau di lokasi proyek kemudian dirakit. Konsep pembangunan mengacu ke dalam SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002 sehingga acuan kedua peraturan tersebut akan didapatkan struktur yang tahan gempa, efektif, dan efisien. Dalam studi ini merupakan analisis gedung Kuliah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang dengan zona gempa 4 yang di rencanakan kembali dengan menggunakan metode pracetak. Dari hasil studi didapatkan bahwa dimensi balok induk berukuran 40 cm x 60 cm dengan tulangan lentur digunakan D22 dan tulangan geser ∅ 10 harus memenuhi syarat aman terhadap kapasitas momen yang ada. Untuk struktur kolom lantai 1 hingga lantai 7 berukuran 80cm x 100 cm dengan menggunakan tulangan lentur D25 dan tulangan geser ∅ 10 harus bisa menahan berat beban yang ada diatasnya

    Analisis Variasi Konfigurasi Struktur Portal Tiga Dimensi Terhadap Beban Gempa

    Full text link
    Keterbatasan lahan menyebabkan beberapa gedung bertingkat tinggi dibangun dengan bentuk yang tidak sederhana atau ireguler. Bangunan ireguler akan menghasilkan perilaku atau karakteristik yang berbeda ketika mengalami gempa dibandingkan dengan bangunan yang reguler. Pada penelitian ini dilakukan proses analisis dengan metode time history terhadap 3 model bentuk konfigurasi bangunan, yaitu bentuk persegi, persegi panjang, dan segi delapan dengan menggunakan material MDF (Medium Density Fiberboard). Analisis dilakukan menggunakan bantuan software SAP2000 dengan membandingkan beberapa parameter output yang ditinjau dalam 2 arah gempa yaitu arah X dan arah Y. Berdasarkan hasil analisis, bentuk segi delapan menghasilkan perpindahan terbesar daripada bentuk persegi dan persegi panjang. Namun bentuk segi delapan menghasilkan gaya dalam struktur yang lebih kecil daripada 2 model lainnya

    Pengaruh Rasio Tulangan Logitudinal Dan Jarak Sengkang Terhadap Kapasitas Beban Lateral Maksimum Kolom Bertulangan Ringan Akibat Beban Siklik

    Full text link
    Kolom merupakan komponen struktural yang berfungsi sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Di Indonesia masih sering dijumpai bangunan dengan kolom berrasio tulangan longitudinal kurang dari 0.01 kali luas bruto penampang atau bisa disebut kolom bertulangan ringan. Kolom bertulangan ringan seringkali dipercaya memiliki performa yang buruk dalam menahan gempa. Padahal di beberapa kasus yang ditemui bahwa di banyak negara, walaupun kolomnya bertulangan ringan, mereka cukup mampu bertahan terhadap gempa. Apabila ditinjau dari bidang ketekniksipilan, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kolom tulangan ringan tersebut dengan dikaitkan dengan aspek-aspek konstruksi. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah mengenai kekuatan struktur kolom tulangan ringan beserta komponen penyusunnya, daktilitas, kuat kapasitas beban lateral, ketahanan terhadap gempa, pola retak dan lain sebagainya Dalam penelitian ini kolom beton bertulang digunakan sebagai benda uji dengan banyak benda uji sebanyak 4 buah kolom dengan variasi rasio tulangan longitudinal (0,8% dan 1,1%) dan variasi jarak sengkang (15cm dan 25 cm). Kolom benda uji diletakkan diatas frame pengujian. Beban lateral siklik dan beban aksial yang juga akan dianalisa kapasitas beban lateral terhadap perpindahan. Hasil dari penelitian dan pembahasan data menjelaskan bahwa benda Uji L25C (r = 0.8% ; Æ6-250) dapat menahan 2270,5 kg saat kondisi push dan 1778,5 kg pada kondisi pull. Benda Uji L15C (r = 0.8% ; Æ6-150) dapat menahan 1508,5 kg saat kondisi push dan 2061,25 kg pada kondisi pull. Benda Uji M25C dapat menahan 2080 kg(r = 1,1% ; Æ6-250) saat kondisi push dan 2322,5 kg pada kondisi pull . Benda Uji M15C dapat menahan 2202,5 kg (r = 1,1% ; Æ6-150) saat kondisi push dan 2079,5 kg pada kondisi pull
    corecore