18 research outputs found
PENURUNAN PRODUKTIVITAS PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI PULAU BAAI BENGKULU
Pulau Baai Beach Fisheries Port is the center of fishery economic growth and development in the city of Bengkulu, which is based on capture fisheries. The development of fishing business in fishing ports is a form of the development of capture fisheries activities in a port, which development defines more advanced fishing business activities. Productivity is one way to see the ability of fishing units to produce fish caught. The productivity of purse seine vessels is an important indicator to see how the production conditions produced by these fishing gears. This research was conducted at the Pulau Baai Beach Fishing Port, with the time for conducting the research starting from March 21 to May 30, 2022. The results showed that the productivity per trip of purse seine vessels has decreased in the last three years, where the productivity decrease was significantly by 35% occurred in 2019-2021, while in 2019-2020 the decline in productivity was 2.65 tonnes/trip, or 13.5%. Meanwhile, productivity based on the average GT of ships has exceeded the established standards
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN HAND LINE DI PPS CILACAP
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan hand line di PPS Cilacap pada KM. Colombia 2. Komposisi berupa jenis dan jumlah ikan yang ditangkap menggunakan alat penangkapan ikan hand line yang didaratkan di PPS Cilacap pada tahun 2021. Metode analisis data yang dilakukan dalam menghitung komposisi dari jenis hasil tangkapan hand line diperoleh berdasarkan komposisi setiap bulan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Komposisi ikan hasil tangkapan hand line pada KM. Colombia 2 yang ditangkap di Samudera Hindia tepatnya WPP 573 dan didaratkan  di PPS Cilacap didominasi oleh ikan cakalang, ikan tuna dan cumi-cumi. Pada tahun 2021, hasil tangkapan tertinggi ada di Bulan Oktober sebesar 29,66% dan terendah terdapat pada Bulan Januari sebesar 9,87%
KESESUAIAN TEKNIS DAN OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS DALAM MENDUKUNG PENANGKAPAN IKAN TERUKUR
This study analyzes the suitability of the technical and operational criteria of the Bungus Oceanic Fishing Port (PPS Bungus) in supporting measured fish capture. Fishing ports play a crucial role in the capture fisheries sector, providing services from fish landing to distribution and back to the sea. Based on Government Regulation Number 27 of 2021, this study evaluates the compliance of the fishing port's technical and operational criteria. The research was conducted in 2023 at PPS Bungus, West Sumatra, using a descriptive comparative method. Data were collected through observation, interviews, literature review, and documentation. The research results indicate that the port's operational criteria are not fully met, particularly in terms of fish loading and unloading activities, which only average 3-5 tons per day. Additionally, the measured fish capture policy has not been fully implemented at PPS Bungus due to the absence of post-production PNBP receipts from fishery resources. PPS Bungus needs to improve its facilities and implement the measured fish capture policy to support fisheries sustainability.Penelitian ini menganalisis kesesuaian kriteria teknis dan operasional Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus dalam mendukung penangkapan ikan terukur. Pelabuhan perikanan berperan penting dalam sektor perikanan tangkap sebagai penyedia layanan dari pendaratan ikan hingga pendistribusian dan kembali ke laut. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2021, penelitian ini mengevaluasi kesesuaian kriteria teknis dan operasional pelabuhan perikanan. Penelitian dilakukan pada tahun 2023 di PPS Bungus, Sumatra Barat, dengan metode deskriptif komparatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi literatur, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria operasional pelabuhan tidak terpenuhi sepenuhnya, terutama dalam hal aktivitas bongkar muat ikan yang hanya mencapai rata-rata 3-5 ton per hari. Selain itu, kebijakan penangkapan ikan terukur belum sepenuhnya diimplementasikan di PPS Bungus karena belum ada penerimaan PNBP pasca produksi dari sumberdaya perikanan. PPS Bungus perlu melakukan peningkatan fasilitas dan implementasi kebijakan penangkapan ikan terukur untuk mendukung keberlanjutan perikanan.
 
PENGELOLAAN LOBSTER (Panulirus spp) NELAYAN SKALA KECIL DI PANGANDARAN JAWA BARAT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan lobster (Panulirus spp) nelayan skala kecil di Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Cikidang, Pantai Madasari, Desa Ciparanti dan Pantai Legok Jawa Kec. Cimerak Kabupaten Pangandaran pada tanggal 4 Januari 2021 – 4 Februari 2021. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat survei. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat penangkap ikan yang digunakan untuk menangkap lobster adalah gillnet dasar atau nelayan setempat menyebutnya dengan jaring lobster. Lobster yang tertangkap di perairan pangandaran dan diperjualbelikan di Pelelangan ikan terdiri dari beberapa jenis, yaitu lobster mutiara (Panulirus ornatus), lobster pasir (Panulirus homarus), lobster batik (Panulirus cygnus), lobster bambu (Panulirus versicolor) dan lobster batu (Panulirus penicillatus). Kegiatan pelelangan ikan di Pangandaran pada umumnya dilaksanakan setiap hari kecuali hari Jum’at. Musim puncak penangkapan lobster terjadi pada awal bulan September hingga akhir Desember. Musim paceklik diawali dari mulai akhir bulan januari hingga awal Agustus. Permasalahan yang umum terjadi pada nelayan skala kecil di pangandaran adalah minimnya modal usaha, membuat nelayan bergantung kepada bakul untuk memperoleh modal untuk operasi penangkapan ikan
ANALISIS USAHA PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) PADA KM. DOA RESTU-01 DI PERAIRAN GORONTALO UTARA, GORONTALO
This research took place from July 2019 to June 2020 at the Gentuma Fish Landing Port, North Gorontalo and MV. Doa Restu-01. The study of financial analysis of new boats within one year provides information to the government and the community as an effort to increase fishermen's income. This study aims to determine the feasibility analysis of purse seine vessels in the waters of North Gorontalo. The data taken in the form of primary and secondary data. The data in the analysis uses descriptive analysis and quantitative analysis as well as financial analysis in the form of Profit-Loss (Income Statement), Benefit Cost Ratio (BCR), Break Even Point (BEP), Payback Period (PP) and Return Of Investment (ROI). The results show that the ring trawling effort at Gentuma meets the requirements and deserves to be continued. The results of the calculation of business feasibility in the purse seine fishing business of MV. Doa Restu-01 based on the projected profit and loss (R/L) the profit earned for 1 year is Rp. 113.856.050,-, the cost benefit ratio (B/C ratio) 1.10, Payback Period (PP) 9.61 years, income on investment (ROI) 10.40%, Break Even Point (BEP) unit 68,385 kg and Break Even Point (BEP) price Rp.965,499,137,
KAJIAN POTENSI WILAYAH PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PRA DI KECAMATAN JUNJUANG SIRIH KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT
Kabupaten Solok memiliki potensi perikanan yang mumpuni dalam bidang penangkapan, budidaya dan pengolahan. Potensi perikanan dapat dikembangkan dengan cara meningkatkan peranan sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak bagi aspek perikanan. Tujuan praktik keahlian adalah untuk mengidentifikasi potensi perikanan dan permasalahannya di Kecamatan Junjuang Sirih. Hasil identifikasi wilayah perikanan diharapkan dapat bermanfaat dijadikan acuan dalam menentukan kegiatan penyuluhan melalui aksi penyuluhan yang tepat. Praktik keahlian dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 30 Oktober 2019. Metode penelitian menggunakan Participatory Rural Appraisal (PRA) yang melibatkan masyarakat dalam merumuskan permasalahan. Penentuan jumlah responden diperoleh dengan metode Snowball yaitu menemui tokoh masyarakat/ pamong desa, setelah itu diarahkan menemui pelaku utama dan anggota kelompok perikanan yang ada di desa sampel yang aktif sebagai responden. Didapatkan 15 responden. Data primer melaui melalui observasi dan wawancara langsung dengan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisa permasalahan perikanan menggunakan metoda tree analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Junjuang Sirih memiliki potensi perikanan meliputi SDA berupa danau, kolam dan sawah minapadi. Sumber daya manausia perikanan meliputi pelaku usaha atau RTP sebanyak 194 orang yang tergabung dalam 14 kelompok perikanan. Bidang usaha kelompok perikanan meliputi penangkapan (80 orang), budidaya (63) dan pengolahan (51). Komoditas unggulan bidang penangkapan adalah ikan billih endemik. Poklahsar mengolah hasil penangkapan menjadi olahan ikan bilih goreng. Komoditas budiya adalah ikan nila dan ikan lele. Nilai R/C usaha bidang periakan tersebut rata-rata di atas 1. Sumber Daya Manusia yang memiliki usaha penangkapan sebanyak 70 orang. Bidang Budidaya Perikanan dengan potensi pembesaran ikan nila dan lele, Hasil analisa permasalah penangkapan yaitu belum menggunakan alat tangkap ramah lingkungan rantai selama penangkapan ikan. Permasalahan budidaya yaitu belum melakukan budidaya CBIB dan harga pakan komersial yang mahal. Bidang pengolahan belum menerpakan sanitasi dan higenitas. Produk olahan juga belum banyak dikonsimsi oleh anak-anak. Rekomendasi praktik akhir adalah perlunya penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, perlunya membuat pakan alternative pengganti pakan komersial dan peningkatan sanitasi higienis serta status gizi anak-anak masih perlu untuk dirujuk kembali
ZONA AMAN PEMASANGAN ATRAKTOR CUMI-CUMI
Pembuatan atraktor cumi-cumi harus memperhatikan arus yang bekerja baik secara vertikal maupun horizontal dengan kecepatan maksimal 5 knot sebagaimana arus yang sesuai dengan kondisi cumi-cumi bertelur. Selanjutnya hasil perhitungan tersebut akan disesuaikan dengan hasil perhitungan daya tahan statis yang telah dibuat, sehingga kinerja atraktor dapat maksimal. Kecepatan arus maksimal yang dapat ditahan agar atraktor cumi-cumi tersebut tetap berdiri/tidak terguling disebut zona aman penempatan atraktor cumi-cumi di perairan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan zona aman peletakan atraktor cumi-cumi di perairan terhadap masing-masing tipe atraktor cumi-cumi. Perhitungan daya tahan statis atraktor cumi-cumi dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) buah tipe atraktor cumi-cumi. Tipe pertama disebut Tipe 1 yaitu atraktor cumi-cumi pada bagian atas dan sisi kiri dan kanannya sedangkan tipe kedua disebut Tipe 2 hanya pada bagian atasnya saja yang diberikan penutup jaring waring PE 40%. Waktu pertama kali ditempatkan dalam perairan digambarkan dengan t0, sedangkan t1 adalah yang telah ditempatkan selama 2 (dua) bulan. Atraktor cumi-cumi Tipe 2 perhitungan F dan Cd akan mengikuti perhitungan sebagai terumbu yang mana dilakukan dengan mengikuti prosedur Nakamura. Selanjutnya untuk Tipe 1 perhitungan jaring F dan Cd mengacu pada Puspito yaitu untuk rumus tahanan jaring dengan Cd jaring sebesar 1,4. Hasil perhitungan tersebut menyatakan zona aman peletakan atraktor cumi-cumi di perairan Tipe 1 untuk t0 pada 0,37 m/s dan t1 pada 0,27 m/s, sedangkan Tipe 2 untuk t0 pada 1,34 m/s dan t1 pada 1,26 m/s
ANALISIS UPAYA PENANGKAPAN IKAN CAKALANG PADA OPERASI PUKAT CINCIN DI PERAIRAN PULAU NIAS YANG DIDARATKAN DI PPN SIBOLGA
Penelitian ini ingin mengetahui tingkat potensi lestari terhadap jumlah (MSY), upaya penangkapan dan tingkat pemanfaatan lestari ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di PPN Sibolga tahun 2017 sampai dengan 2021. Metode yang digunakan model Schaefer atau model Fox. Hasil tangkapan per upaya menunjukan fluktuasi penurunan CPUE tiap bulan nya 0,0282 ton /trip. Hubungan antara CPUE dan effort menghasilkan persamaan linier y= -0,0174 x +9,95, jika tidak ada effort, maka potensi ikan cakalang sebesar 9,95 ton/trip dan setiap penambahan 1 trip akan menyebabkan penurunan CPUE sebesar 0,0174 ton/trip. Hasil analisis MSY model Schafer di dapatkan MSY 1428,11 ton/bulan, upaya penangkapan lestari sebanyak 287 trip/bulan dan tingkat pemanfaatan sebesar 98%. Sedangkan hasil analisis MSY model Fox MSY 1198,66 ton/bulan, upaya penangkapan lestari sebanyak 238 trip/bulan, dan tingkat pemanfaatan sebesar 120%, sehingga kondisi sumber daya ikan cakalang di PPN Sibolga pada saat ini mengalami status Over-Exploite
PENGARUH WAKTU OPERASI TERHADAP KOMPOSISI HASIL PENANGKAPAN IKAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN SABANG, ACEH
Pukat cincin adalah alat tangkap ikan pelagis yang produktif dan banyak digunakan oleh nelayan Desa Pasiran Kabupaten Sabang, Aceh. Operasi penangkapan ikan dengan pukat cincin dilakukan pada periode siang dan malam hari. Perbedaan waktu operasi penangkapan ikan ini perlu dianalisis lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas penangkapan ikan agar keuntungan optimal dan berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan berbasis non eksperimental dengan pendekatan penelitian kasus terhadap unit penangkapan pukat cincin harian yang berbasis di PPI Pasiran. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk menentukan volume dan komposisi setiap jenis hasil tangkapan pukat cincin berdasarkan waktu pengoperasian siang dan malam hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ikan hasil tangkapan dan produktivitas penangkapan ikan lebih tinggi pada malam hari yang memperoleh hasil penangkapan ikan 23.189 kg dengan produktivitas penangkapan ikan sebesar 748 kg/haul, sedangkan pada siang hari jumlah ikan hasil tangkap 16.742 kg dengan produktivitas penangkapan ikan sebesar 197 kg/haul. Komposisi hasil penangkapan ikan terdiri dari Madidihang pada malam hari 15,31% dan pada siang hari tidak tertangkap, Cakalang siang hari 21 % malam hari 23,28 %, Layang siang hari 11,23 % malam hari 11,15%, Tongkol siang hari 38,50 % malam hari 41,72%, Cumi-cumi pada malam hari 1,86% dan pada siang hari tidak tertangkap, Kembung siang hari 21,71 % malam hari 6,68 %, Tenggiri siang hari 7,56 % dan pada malam hari tidak tertangkap