28 research outputs found

    PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

    Get PDF
    Penelitian tentang pengaruh jumlah lampu terhadap hasil tangkapan pukat cincin mini di perairan utara Jawa Tengah khususnya di Pemalang dilakukan pada bulan September 2004.Dalam pengoperasiaan, selain menggunakan rumpon juga digunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Pengukuran nilai intensitas cahaya lampu dilakukan dengan meggunakan LI COR 250 quantum meter (μmol s ¹ m ²) pada intensitas atau jumlah lampu yang berbeda @ 400 watt(2 galaksi, 5 mercury), (6 mercury), dan (2 galaksi, 6 mercury). Jumlah hasil tangkapan pukat cincin mini di perairan utara Jawa tengah 3.393,5 kg dengan laju tangkap (catch rate) 125,7 kg per tawur. Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh ikan tembang (60,4% dari jumlah hasil tangkapan keseluruhan), diikuti layur (11,3%), cumi (8,8%), tongkol (6,7%), bawal (3,0%), kembung (2,7%), tetengkek (2,2%), dan lain-lain (kurang dari 2%). Uji statistik menunjukkan penggunaanjumlah lampu 6, 7, dan 8 buah tidak berpengaruh nyata pada hasil tangkapan ikan

    PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWATIMUR

    Get PDF
    Tulisan ini membahas tentang perikanan tuna skala kecil. Penelitian telah dilakukan di salah satu pusat pendaratan tuna di selatan Jawa, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Trenggalek - Jawa Timur. Alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan Prigi untuk menangkap ikan tunacakalang adalah, jaring insang hanyut (drift gill net), pancing ulur (hand line), dan tonda (troll lines). Kegiatan penangkapan ikan dilakukan di perairan selatan Jawa dengan menggunakan rumpon. Musim ikan terjadi pada bulan Agustus-Desember dengan puncak musim pada bulan Oktober. Sebaran panjang cagak (fork length) dominan untuk beberapa jenis sebagai berikut yellowfin berkisar 46-50 cm (40,0%) dan bigeye berkisar 46-50 cm (76,0%). Hubungan panjang bobot menunjukkan pertambahan panjang lebih cepat dari bobot (Alometrik negatif)

    KERAGAAN TEKNIS KAPAL RISET SARDINELLA SEBAGAI TRAWLER

    Get PDF
    Pada awal tahun 1996 Kapal Riset (KR) Sardinella didesain untuk alat tangkap pukat cincin (purse seine). Karena kebutuhan akan wahana penelitian untuk mengambil contoh (sampel) sumberdaya ikan demersal, maka tahun 2004 fungsi diubah menjadi kapal trawl dasar (bottom trawl). Untuk itu, beberapa perubahan dilakukan terhadap KR. Sardinella, antara lain tata letak (layout) bagian buritan, penambahan gardan sebagai penarik tali selambar. Dengan perubahan tersebut, diharapkan KR. Sadinella mencapai kinerja yang memadai sebagai trawler. Guna mengetahui keragaan teknis (tingkat keberhasilan operasional dan laju tangkap) KR. Sardinella sebagai trawler, maka telahdilakukan penelitian melalui uji coba pada bulan September 2005 dan September 2006. Spesifikasi trawl yang dioperasikan di KR. Sardinella adalah panjang tali ris atas (head rope) 21 m dan tali ris bawah (ground rope) 24 m. Lokasi penangkapan adalah pada kedalaman 15 - 35 m, lama penarikan jaring rata-rata 1 jam pada kecepatan kapal rata-rata 2,5 knot. Keragaan teknis KR. Sardinella sebagai trawler baik dengan tingkat keberhasilan dalam pengoperasian mencapai sekitar 90%. Laju tangkap KR. Sardinella sebagai trawler cukup baik dengan rata-rata 16,43 kg/jam/ operasi trawl (setting) dari17 stasiun pada tahun 2005 dan17,95 kg/jam/operasi trawl (setting) dari 24 stasiun pada tahun 2006

    SELEKTIFITAS ALAT PENANGKAPAN RAJUNGAN DAN PENYEBARAN DAERAH PENANGKAPANNYA DI PERAIRAN KABUPATEN BEKASI

    Get PDF
    Pengelolaan rajungan dalam upaya menjaga kelestarian sumberdaya, salah satunya melalui penangkapan yang ramah lingkungan serta pemilihan daerah penangkapannya, hal ini tertuang melalui rencana pengelolaan sumber daya rajungan. Salah satu lokasi sentra penghasil rajungan adalah Kabupaten Bekasi, yang dalam upaya pemanfaatannya banyak dilakukan oleh nelayan baik sebagai hasil tangkapan utama maupun sebagai hasil tangkapan sampingan. Alat tangkap utama untuk menangkap rajungan adalah bubu lipat dan jaring insang, sedangkan untuk sero hasil tangkapan rajungan merupakan hasil tangkapan sampingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selektifitas alat penangkapan rajungan dan sebaran daerah penangkapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rajungan pertama kali tertangkap (Lc) bubu lipat terbesar dibandingkan alat penangkapan lain yaitu dengan lebar karapas sebesar 94,57 mm, diikuti oleh jaring sebesar 90,39 mm dan sero sebesar 72,99 mm. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan diperoleh informasi bahwa daerah penangkapan rajungan berada di wilayah perairan Teluk Jakarta yang merupakan daerah pemijahan dan asuhan, sehingga ukuran rajungan yang tertangkap relatif kecil, di bawah ukuran yang diperbolehkan untuk ditangkap.Management of blue swimming crabs for sustainable of resources, one of them through environmentally fishing method and selection of fishing ground, this is stated in the blue swimming crab resource management plan. One of main locations of blue swimming crab landing site located in Bekasi Regency. Blue swimmin crabs (BSC) as main catch or as bycatch by most fishers in this area. The main fishing gears for catching blue swimming crabs are collapsible traps and gill nets, while the set net is caught blue swimming crabs are not tarjet species but as by-catch. This study aims to determine the selectivity of blue swimming crab cught by those fishing gear and the fishing ground distribution. The results showed that the length of first caught (Lc) for collapsible traps had the largest size compared to other fishing gears which carapace width of 94.57 mm, followed by gill nets of 90.39 mm and set net of 72.99 mm. Based on the results of field observations, indicated that the crab fishing ground located in the Jakarta Bay which in this area predicted as a spawning and nursery ground area, so that the size of the crabs that are caught is smaller than legal size

    SEBARAN INTENSITAS CAHAYA PADA BAGAN TANCAP Dl PERAIRAN PANTAI KEPULAUAN SERIBU

    Get PDF
    Penggunaan intensitas cahaya pada unit penangkapan bagan cenderung meningkat dari waktu ke'waktu. Hal  ini didasari pada persepsi nelayan  bahwa  intensitas cahaya  yang  tinggi  akan meningkatkan  hasil iangkapan. Penelitian  dilaksanakan  di perairan Pulau Lancang  (Kepulauan Seribu) pada  bulan Mei 2005 dengan tujuan untuk mengetahui  rentang  intensitas  cahaya  serta tingkah laku  ikan  di bawah  pengaruh cahaya.  Penelitian  dilakukan melalui pengamatan dan pengukuran nilai intensitas cahaya dengan meggunakan quantum meter Ll COR 250 ( mol  s·' m') pada jenis lampu yang berbeda, dan digunakan pula echosounder Simrad EY 500 untuk memperoleh data sebaran kelompok ikan. Keberadaan ikan lebih banyak ditemukan pada lahan transisi perbatasan antara light zone dan dark zone dengan nilai intensitas kurang dari 0,01 !Jmol s·1  m·2 •   Nilai panjang ikan (FL) tangkapan didominansi oleh ukuran kecil (-70--50 db), dengan modus tertinggi pada nilai FL (fork Length) lebih kecil dari nilai Lm (length at maturity). Hasil ini menandakan bahwa ukuran ikan tersebut belum layak tangkap. The use of fight intensity on fixed bamboo lift net  (bagan) tends to increase by time. Fishermen believe that the intensity always increases linearly with the catch. This research was conducted on May 2005 in Lancang Island (Seribu Islands). The aim of this study are to know the range of fight intensity used and the behaviour of fish under the fight influence. Lf COR 250 Quantum meter (pmof s·' m') for fight intensity at different lamps amount and Simrad EY 500 scientific echosounder was utilized to obtain the data of fish school around fixed. The fish school was found in high quantity at the transition area between light and dark zones with intensity value at less than 0.0111 mol s·' m·'. The fork length of captured fish was dominated by small fish (-70--50 db), with the highest modus fork length smaller than the length at maturity. This means that the size of fish is not feasible to be caught

    PENANGKAPAN TUNA DENGAN MENGGUNAKAN KAPAL RISET M. V. SEAFDEC DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

    Get PDF
    Tuna merupakan jenis ikan peruaya jauh (highly migratory species) dan hidup bergerombolan. Tuna long lina dan tuna purse Seine merupakan alat tangkap yang sangat efektif digunakan terutama untuk menangkap tuna di perairan terbuka atau samudera. Tulisan ini memberikan data dan informasi mengenai kegiatan penangkapan tuna dengan kapal riset M. V. SEAFDEC milik SEAFDEC Thailand pada bulan Desember 2004 di perairan Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dengan menggunakan alat tangkap tuna long line dan tuna purse seine Hasil tangkapan tuna long line didominasi oleh swordfish, diikuti oleh bigeye tuna dan yellovvlin tura, sedangkan hasil tangkapan tuna purse seine didominasi oleh skipjack tuna, diikuti oleh bigaye tuna, yelloMin tuna, dan ikan lain (by catch)

    BEBERAPA ASPEK BIOLOGI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR

    Get PDF
    Pengusahaan rajungan (Portunus pelagicus) di Labuhan Maringgai, Lampung Timur telah dilakukan secara intensif sehingga perlu upaya pengelolaan yang didasari dari kajian tentang aspek biologinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa aspek biologi rajungan, meliputi hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, nisbah kelamin, kematangan kelamin, serta penentuan ukuran minimum yang boleh ditangkap dari sumber daya rajungan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari–Desember 2012. Metode yang digunakan adalah metode survei pada lokasi-lokasi konsentrasi nelayan/pengumpul dan daerah–daerah yang memiliki aktivitas perikanan rajungan yang paling dominan. Sebanyak 3508 ekor contoh rajungan yang diambil secara acak untuk dianalisis beberapa aspek biologinya. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan rajungan jantan bersifat isometrik dan rajungan betina bersifat allometrik positif. Nilai faktor kondisi terbesar pada rajungan jantan terdapat pada bulan Januari, sedangkan pada rajungan betina terdapat pada bulan April. Nilai faktor kondisi terkecil pada rajungan jantan maupun betina terdapat pada bulan Juli. Nisbah kelamin rajungan berada dalam kondisi tidak seimbang. Nilai Lc rajungan betina matang kelamin sebesar 109,72 mmCW dan Lm sebesar 113,50 mmCW. Ukuran minimum rajungan yang boleh ditangkap (minimum legal size) untuk dapat menunjang kelestariannya sebesar 110 mmCW.Exploitation of blue swimming crab (Portunus pelagicus) in Labuhan Maringgai, East Lampung has been intensified so that need the management measures based on the biological aspects study. The objective of this study is to assess the biological aspects including length-weight relationship, condition factor, sex ratio, sex maturity, and minimum legal size of blue swimming crab. This study was conducted from Januari to December 2012. Survey method is used for the study in some of blue swimming crab landing sites. Approximately 3508 samples of blue swimming crab were collected with random sampling. Results showed that the growth of blue swimming indicated isometric and positive allometric, by males and females respectively. The higher condition factor value of blue swimming crab was found in January and April, by males and females respectively. But the lower condition factor value of both was found in July. The sex ratio between males and females of blue swimming crab is not balanced. Lc for mature female  crab is 109,72 mmCW and Lm 113,50 mmCW.  The minimum legal size for the sustainable blue swimming crab fishery was 110 mmCW

    PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PONDOKDADAP SENDANG BIRU, MALANG

    Get PDF
    Alat tangkap pancing ulur di Pangkalan Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru Malang, telah ada sejak tahun 1997 di mana pada tahun tersebut Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan Pondokdadap melakukan sosialisasi tentang rumpon laut dalam. Dengan ada rumponisasi, perkembangan pancing ulur di daerah tersebut cukup pesat. Sasaran utama tangkapan nelayan pancing ulur adalah tuna dari jenis madidihang dan mata besar. Hasil tangkapan lain yang diperoleh adalah cakalang, sunglir, dan lemadang. Produksi tuna dan cakalang pada tahun 2003 melonjak naik cukup besar dibandingkan pada tahun 2002, pada tahun 2002 produksi tuna yang didaratkan hanya 197.418 kg dan cakalang 357.524 kg, sedangkan pada tahun 2003 produksi tuna yang didaratkan 1.986.653 kg dan cakalang 2.788.746 kg. Musim penangkapan terjadi antara bulan Mei sampai dengan Oktober dengan puncak musim penangkapan terjadi pada bulan September, sedangkan musim paceklik terjadi antara bulan Nopember sampai dengan April. Sejak tahun 1998 penurunan nilai catch per unit of effort terus terjadi sampai dengan tahun 2002. Penurunan inidikarenakan jumlah armada kapal terus meningkat dengan upaya penangkapan yang cukup besar

    SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP IKAN PARI DI PERAIRAN LAUT JAWA

    Get PDF
    Pengamatan di beberapa lokasi pendaratan ikan di pantai utara Jawa menunjukkan gill net dasar (lokal; jaring liongbun) dan rawai dasar tanpa umpan (lokal: pancing senggol) merupakan alat tangkap utama bagi ikan pari, sedangkan pada alat tangkap cantrang merupakan hasil tangkapan sampingan. secara teknis, gill net yang digunakan lebih seleKif dari pada cantrang, karena mempunyai ukuran mata jaring relatif besar (antara 40 sampai dengan 50 cm) dibandingkan dengan cantrang. Demikian pula hasil tangkapannya. Cantrang tidak memiliki target hasil tangkapan yang lebih spesifik, baik terhadap jenis maupun ukuran ikan. Di perairan Cirebon, hasil tangkapan pancing senggol didominasi oleh ikan pari jenis Himantura gerradi dan H. bleekeri dengan ukuran lebar cawan antara 43 sampai dengan 96 cm

    KARAKTERISTIK PUKAT CINCIN MINI DI PEMALANG. JAWA TENGAH

    Get PDF
    Penelitian mengenai karakteristik pukat cincin mini di Pemalang, Jawa Tengah merupakan bagain dari hasal penelitian cahaya pada tahun 2004 di Pemalang, Jawa Tengah, dengan cara mengikuti kapal mini purse sene komersil yang menggunakan alat bantu cahaya. Pengukuran dimensi alat tangkap dan biologi ikan dominan hasil tangkapan dilakukan di atas kapal
    corecore