36 research outputs found

    ETNOBOTANI TANAMAN LIAR SEBAGAI TANAMAN OBAT KELUARGA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUSUN UMBULREJO DESA BAGOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

    Get PDF
    Latar Belakang: Salah satu wilayah di Kabupaten Banyuwangi yang terkenal dengan pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan adalah Dusun Umbulrejo Desa Bagorejo Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi. Tidak hanya memanfaatkan tanaman dibudidayakan, mereka juga memanfaatkan tumbuhan liar. Tumbuhan liar tersebut seringkali hanya ada berdasarkan musim, sehingga sulit didapat saat diperlukan. Untuk memudahkan upaya konservasi terhadap terhadap tumbuhan liar tersebut maka dilakukan penelitian pendataan, dan pendeskripsian serta penggalian perspektif tumbuhan liar untuk pengobatan pada masyarakat Dusun Umbulrejo.Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan liar yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Umbulrejo berjumlah 16 spesies dan dikelompokkan dalam 12 famili. Peninjauan tumbuhan liar untuk pengobatan dilakukan pada family terbanyak yang dimanfaatkan yaitu asteraceae, habitus paling banyak yang dimanfaatkan yaitu terna. Hampir semua bagian tanaman dimanfaatkan. Penggunaan paling banyak dengan cara diminum dan cara pengolahan paling banyak dengan cara direbus dan diseduh. Banyak tumbuhan liar dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit dalam. Dan sedikit untuk penyakit luar seperti gatal-gatal.Kesimpulan: Dalam perspektifnya masyarakat Umbulrejo memanfaatkan tumbuhan liar sebanyak 16 spesies dan paling banyak pada famili asteraceae. Mereka menggunakannya untuk mengobati penyakit dalam dan sedikit penyakit luar. Mereka banyak mengambil tumbuhan liar tersebut dari lingkungan sekita

    Strategi Pengembangan Industri Kreatif sebagai Penggerak Destinasi Pariwisata di Kabupaten Semarang

    Full text link
    Industri kreatif dan destinasi wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh serta saling bersinergi, sehingga dibutuhkan adanya pengetahuan yang kreatif dalam menggelola keduanya. Penelitian ini, bertujuan merumuskan Strategi Pengembangan Industri Kreatif Sebagai Penggerak Destinasi Pariwisata Di Kabupaten Semarang. Dengan ditemukannya strategi Pengembangan, diharapkan Industri Kreatif mempunyai linkage dengan sektor wisata di Kabupaten Semarang. Dan merupakan alat yang sangat bermanfaat bagi Kabupaten Semarang dalam mengembangkan industri kreatif dan sektor wisata secara optimal. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriftif analisis, baik analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif, Lokasi Penelitian Di Kabupaten Semarang, metode penggumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan wawancara mendalam dengan pelaku industri kreatif yang berhubungan dengan destinasi wisata secara snowboll. Alat analisis data menggunakan analisis SWOT . Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Kabupaten Semarang memiliki potensi yang sangat besar dalam industri kreatif dan destinasi wisata, bahkan industri kreatif di sub sektor kerajinan memberikan sumbangan terbesar dalam bentuk devisa dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Semarang. Potensi pengembangan industri kreatif sebagai penggerak wisata di Indonesia masih belum dapat diimplementasikan secara optimal. Bahkan cenderung berjalan secara terpisah. Kurangnya linkage antara industri kreatif dan sektor wisata dapat terlihat dari meskipun terdapat banyak destinasi wisata yang dikemas dalam bentuk paket - paket wisata, namun masih banyak destinasi wisata yang tidak menyediakan tempat penjualan souvenir khas daerah. Kalaupun ada, souvenir yang dijual terkesan biasa, serta dapat dengan mudah ditemukan di daerah lain. Desain produk yang biasa dan mudah ditiru serta kurangnya promosi menjadi sebuah proyek yang gagal mendatangkan lebih banyak wisatawan...Dan agar terjadi linkage diantara keduanya di butuhkan adanya strategi pengembangan indutri kreatif untuk menunjang destinasi wisata, dengan pengetahuan yang kreatif, melalui pengelolaan something to see, something to do dan something to buy

    Desain Tungku Briket Biomassa System Kontinyu Sebagai Teknologi Pemanfaatan Energi Alternatif Pengganti Bahan Bakar Terpakai Pada Oven Tembakau Di Masyarakat Pedesaan

    Get PDF
    Semakin menipisnya cadangan minyak dunia yang menyebabkan harga bahan bakar minyak (BBM) terus melambung. Tungku spiral berbahan bakar minyak tanah, merupakan komponen utama pada oven (omprongan) tembakau yang ada di NTB, yang mana potensi tembakau Virginia sebanyak 45.534 ton dan memerlukan minyak tanah 45 juta liter. Tembakau yang banyak tersebut  terancam tidak dapat dikeringkan akibat mahal dan langkanya minyak tanah sebagai bahan bakar utama. Sementara energy alternative pengganti berupa bongkahan batu bara dan kayu bakar tidak memberikan solusi yang baik.  Untuk  itu dalam penelitian ini didesain tungku yang kemudahan pengoperasiannya menyerupai kombinasi tungku minyak tanah dan tungku bongkahan batu bara dengan memanfaatkan kelebihan dan memperbaiki kelemahan-kelemahannya.  Dengan tungku yang mudah dioperasikan sebagai alat pemanfaat energi alternative dan terbarukan, maka masyarakat akan tertarik untuk menggunakannya, ini akan berdampak pada menurunnya biaya pengovenan tembakau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen langsung, untuk mengetahui kinerja tungku spiral dilakukan beberapa pengujian. Untuk mendapatkan kesepadanan kemampuan pemanasan antara tungku spiral berbahan bakar minyak tanah dengan tungku desain baru berbahan bakar briket, dilakukan pengujian nilai kalor dan perhitungan jumlah alur briket yang diperlukan, selanjutnya dilakukan pengujian boilling time pada masing-masing tungku.  Dan untuk mengetahui peningkatan waktu operasional tungku baru dibanding bahan bakar alternatif lain, dapat dilakukan pengujian lama nyala dalam satu kali pengisian tungku briket.  Serangkain pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah  tungku desain baru ini layak  digunakan pada omprongan tembakau. Dari hasil pengujian nilai kalor diperoleh bahwa nilai kalor tertinggi adalah minyak tanah dengan nilai kalor, 9.828,2816 Kkal/kl, dan yang terendah adalah briket biomassa dengan nilai kalor 4.996,5028 Kkal/kg. Pada tungku spiral diperoleh kecedrungan bahwa semakin besar stelan, maka n boilling time semakin kecil (cepat) dan kebutuhan bahan bakar yang semakin besar. Waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan 1 liter air ( boiling time) yang paling kecil (cepat) adalah pada stelan ke 4 yaitu 178,67 detik, pada posisi ini, kebutuhan bahan bakarnya terbesar yaitu  103,33 ml. dari pengujian  tungku briket desain baru yang menggunakan dua bahan bakar alternative,  boilling time kedua bahan bakar alternative (briket) tersebut masih lebih besar dibandingkan dengan tungku spiral stelan ke 4. yaitu  masing-masing 390.67 detik untuk briket biomassa dan 255.33 detik untuk briket batubara. Sedangkan dilihat dari boiling time tungku spiral stelan ke 2 yang memiliki nilai 437.33, maka kedua bahan bakar alternative yang menggunakan tungku desain baru, memiliki boiling time yang lebih kecil (cepat) dan dari pengujian lama operasional tungku berbahan bakar briket biomassa, dibandingkan dengan bongkahan batubara dan kayu bakar, diperoleh peningkatan lama operasional sebanyak tiga kali lipat. Bongkahan batubara dan kayu bakar, dalam satu kali pengisian dapat beroperasi selama maksimal 2 jam, sedangkan tungku desain baru berbahan bakar biomassa, dapat beroperasi 6 jam dalam satu kali pengisian. Sedangkan Mekanisme kerja penekan briket, alur briket dan penahan ruang pembakaran dapat berjalan sesuai fungsinya sehingga, kontinyuitas tungku dalam 1 kali pengisian dapat berjalan dan beroperasi dengan stabil selama 6 jam.  Dari kinerja tersebut, maka tungku desain baru layak menggantikan tungku spiral pada omprongan tembakau

    Analisa Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Biogas Termurnikan Berbasis Absorber Fe2o3

    Get PDF
    The long-term aim of this research is to obtain a biogas what the renewable natural gas quality and can be used to fuel an electric generator to support the availability of electricity in the region of small islands. Specific targets to be achieved is to determine whether the binding of H2S in biogas can raise engine performance of the machine, information technology, and the active materials so comprehensive to absorb hydrogen sulfide gas as materials of the textbook writing and articles for national journals. This research will be conducted a biogas testing in the engine performance, seen from the engine rotation (1500, 2500, 3500 and 4500 rpm) of the electric power generated and subtlety spin machine (braking force, fuel consumption) in both the before purified biogas and biogas has been purified. Results of the research that has been conducted in both the before purified biogas and biogas has been purified on performance engine that does not change significantly for the better performance of the engine torque, effective power and fuel consumption (biogas) to treat a wide variety. Effect of reduction of H2S contained in the biogas no significant effect on engine performance but are more inclined towards the corrosive metal material. &nbsp

    Pengaruh Persentase Arang Tempurung Kemiri Terhadap Nilai Kalor Briket Campuran Biomassa Ampas Kelapa - Arang Tempurung Kemiri

    Get PDF
    Indonesia has many sources of renewable energy. One of the source  renewable energy in Indonesia is biomass, because the price of biomass is relatively cheap and so far abundant numbers. Coconut dregs and hazelnut shell are biomass where these can\u27t be utilized optimally. Biomass can be made into briquettes which is a fuel with high calorific value. The method used in this study is an experimental method. Begining the process with manufacture of briquettes which is the drying process of coconut dregs and hazelnut shell using the sun until dry, then the process of composing hazelnut shell. Raw materials crushed and sieved, after that the raw material made into briquettes by varying the percentage composition of coconut dregs and charcoal hazelnut shell as follows 80% : 20%, 60% : 40%, 40% : 60%, 20% : 80%. Then, the briquettes are tested their calorific value and moisture content. The results show that higher heating value (HHV) and lower heating value (LHV) are the highest in the mix of AK 20% : ATK 80% is equal to 34,517 kJ/gr (8.242,819 cal/gr) and 34,172 kJ/gr (8.160,523 cal/gr). Meanwhile the briquettes moisture content range between 2,474% - 3,186% with average of 2,836%. In term of calorific value and moisture content, biomass briquettes from coconut dregs and charcoal hazelnut shell meets the quality standards set by the standards of Indonesia, Britain, Japan and US

    POLA SEBARAN DISTRIBUSI BULU BABI (ECHINOIDEA) DI PULAU MERAH PESANGGARAN BANYUWANGI

    Get PDF
    Latar Belakang: Pulau Merah merupakan sebuah obyek wisata pantai yang mana didalamnya terdapat keanekaragaman biota laut diwilayah intertidalnya. Salah satu biota laut yang mudah ditemui di wilayah intertidal yang berasosiasi dengan komunitas karang adalah bulu babi (Echinoidea). Adanya aktivitas pengujung secara langsung dapat mempengaruhi keberadaan dari bulu babi tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan dilakukan sebuah penelitian.Metode: purposive sampling dengan pembagian wilayah 3 site penelitian, dimana tiap site terdapat garis transek 10 m yang didalamnya terdapat sampling plot berukuran 11 m2 dengan jumlah total 15 plot. Adapun analisis data menggunakan perhitungan indeks morisita (Id) dengan menghitung Mu dan Mc serta menghitung standar derajat morisita (Ip).Hasil: Didapatkan 10 jenis bulu babi diantaranya Arbacia Puctulata, Deadema savignyi, Deadema setosum, Centrostepanus rodgersii, Echinometrix calamaris, Heterocentrotus mamillatus, Echinometra oblonga, Echinometra Viridis, Tripneustes gratilla dengan (Id)=2,27, Mu=406,78, Mc=23,55, Derajat Morisita=0,03, Ip=Seragam.Kesimpulan: Pola distribusi bulu babi (Echinoidea) di Pantai Pulau Merah seraga

    IDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN IJEN BANYUWANGI

    Get PDF
    Kawasan ijen merupakan daerah pegunungan yang memiliki luas wilayah sekitar 2.560 Ha, termasuk hutan wisata seluas 92 Ha dan memiliki ketinggian hingga mencapai 2.799 mdpl, Kawasan Ijen sendiri merupakan gunung api yang masih aktif, dengan karakteristik lingkungan yang masih alami dan cenderung lembab, sehingga memungkinkan berbagai tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat hidup baik di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis spesies tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ada di Kawasan Ijen Banyuwangi dan mengetahui hasil deskripsi spesies tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ada di Kawasan Ijen Banyuwangi. Data hasil penelitian yang ditemukan untuk di identifikasi. Metode yang digunakan adalah belt transek dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis spesies yang termasuk dalam 6 famili, antara lain Pteris biaurita L.; Pteris vitata L.; Nephrolepis cordifolia (L.) Presl; Nephrolepis hirsutula (forst); Pyrrosia longifolia (Burm.F.) C.V. Morton; Pyrrosia piloselloides (L.) M. Price; Goniophlebium korthalsi (Medd) Bedd; Hypolepis punctata (Thunb) Mett ex Kuhn; Cyclosorus heterocarpus (Blume) Ching; Davalia denticulata (Burm.F.) Mett ex Khun

    STUDI ANALISIS ARSITEKTUR PERCABANGAN POHON DI KAWASAN SAVANA BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO

    Get PDF
    Latar Belakang: Pohon memiliki ciri yang khas dalam rangkaian proses pertumbuhannya yang diwariskan secara genetik pada keturunannya. Pohon dengan berbagai bentuk tajuknya berperan dalam membentuk pola percabangan pohon. Percabangan pohon dapat dikatakan sebagai arsitektur khusus untuk klasifikasi dan interpretasi bentuk tumbuhan, oleh karena itu sifatnya yang konsisten maka model arsitektur pada setiap jenis pohon dapat dijadikan data tambahan dalam membedakan dengan jenis pohon yang lain. Bentuk pohon merupakan elemen desain yang paling memegang peran penting dan harus dipertimbangkan dalam membuat perancangan lanskapMetode: Penelitian ini menggunakan metode jelajahHasil: Hasil Identifikasi pohon di kawasan Savana Bekol Taman Nasional Baluran menunjukkan terdapat 6 jenis pohon yang tersebar di kawasan Savana Bekol. Pohon yang berhasil di amati termasuk dalam 6 spesies yaitu Azadirachata indica, Acacia nilotica, Muntingia calabura, Tamarindus indica, Corypha utan, Ziziphus mauritiana. Setelah melakukan identifikasi arsitektur pohon terdapat 5 model yaitu model Holtum, model Scarrone, model Leeuwenberg, model Troll, Model RauhKesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka didapat moel arsitektur pohon di Taman Nasional Baluran (melalui eksplorasi) mendapat beberapa sampel. Diantaranya 6 jenis yang menjadi sampel ditemukan model arsitektur pohon ada 5 yaitu troll, model Scarrone, model Leeuwenberg, model Rauh, dan model Holtu

    Keragaman Bulu Babi (Echinoidea) di Perairan Pantai Pulau Merah Pesanggaran Banyuwangi

    Get PDF
    Echinoidea has found in many marine defferences. This invertebrates were usually live in individualisia or in groups. They are live in rough substrate like rock and coastal but there are small group of  echinoidea has live in sandy and muddy subtrate. The purpose of  this research was to obtain the diversity ofechinoideain pulau merah shore Banyuwangi this research has been done in july 2016. This research used transek quadrat methode, divide 3 station. Station 1 lie down in side bouder of cea water, station 2 lie down in the middle of sea water and station 3 lie down prorude from sea water. In each station divide in 3 transeks and every transecs there were 3 plot. The result of this research showed there were 4 luind of echinoidea, Trineustes gratilla, Echinometra mathaei, Diadema sitosum, Sea urchin. the most many quantities of echinoidea species that found al most in all of the station was Echinometra mathaei the most hig herst diversity indees was Trineustes gratilla in station 2 (H’=1) in station 3(H’=1). In station 3 (H’=1). The most highast dominancy andecs was Echinometra mathaei in station 2 (D=0,664) &nbsp

    Pengaruh Komposisi Briket Biomassa Kulit Kacang Tanah Dan Arang Tongkol Jagung Terhadap Karakteristik Briket

    Get PDF
    Energy crisis in the world especially from fossil fuels which caused by the depletion of non-renewable petroleum reserves. It is therefore necessary to find sources of alternative fuels that are renewable. Biomass is a solid waste that can be used as a fuels source. Peanuts shell and cobs are biomass from agricultural waste which is quite abundant so it is potential to be used as a source of alternative fuels. In this study, peanuts shell biomass combined with charcoal cobs to be made into briquettes by varying the percentage composition of peanuts shell biomass and charcoal cobs as follows 75 : 25, 50 : 50, and 25 : 75. Briquettes that have been printed and then tested its characteristic include heating value, moisture content and ash content. The results show that as the increasing percentage of the charcoal cobs  have a significant influence on the characteristic of the briquettes. Briquettes with mix KKT 25 : ATJ 75 has an higher heating value (HHV) and lower heating value (LHV) the highest is equal to 28.718 kJ/kg and 28.279 kJ/kg, and the lowest percentage of moisture content is equal to 5.854%, but the highest result percentage of ash content is equal to 9.326%. Based on the test of these characteristic, biomass briquettes peanuts shell - charcoal cobs meet quality standards that have been established and eligible to became a source of alternative fuels
    corecore