66 research outputs found

    Kajian Penentuan Kebijakan Pengoperasian Embung Suruhan Kabupaten Blora dengan Debit Bangkitan

    Full text link
    Penelitian yang berkaitan dengan sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) membutuhkan seri data debit sungai yang berupa runtun waktu. Data debit tersebut dapat digunakan untuk menentukan pola pengoperasian embung dan untuk mengetahui kinerja embung. Namun untuk mengetahui kinerja pengoperasian pada waktu yang akan datang, data debit historis perlu dibangkitkan untuk disimulasikan. Pembangkitan data debit dapat menggunakan model simulasi hidrologi untuk memperkirakan debit suatu aliran sungai dari data curah hujan yang tersedia. Model Thomas-Fiering dapat digunakan untuk pembangkitan data debit tersebut. Adapun penelitian ini menggunakan kasus lokasi di Embung Suruhan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan bagian wilayah SUB DAS Lusi. Embung Suruhan merupakan salah satu embung potensial yang diprioritaskan untuk dibangun. Hasil penelitian yang telah dilakukan, volume tampungan Embung Suruhan mencapai 4,489 juta m3 untuk mengairi areal irigasi seluas 376 Ha dengan pola tanam padi-padi-palawija. Melihat potensi dari Embung Suruhan, maka perlu kajian lebih lanjut agar kinerja embung dapat dioptimalkan untuk masa yang akan datang. Dalam mengkaji nilai kinerja embung tersebut diperlukan simulasi pengoperasian terlebih dahulu. Simulasi pengoperasian yang dilakukan dengan dua cara yaitu Simulasi SOP dan Simulasi Rule Curve. Debit yang digunakan merupakan debit dari pembangkitan data selama 25 tahun menggunakan metode Thomas-Fiering, data tersebut merupakan data pembangkitan dari data debit historis yang didapat menggunakan metode FJ. Mock untuk memprediksi data inflow, karena tidak ada data debit hasil pencatatan. Hasil kajian akan menentukan kebijakan pengoperasian embung dengan menilai kinerja pengoperasian Embung Suruhan yaitu berupa keandalan (reliability), kelentingan (resiliency) dan kerawanan (vulnerability). Dari simulasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Simulasi Rule Curve dapat meningkatkan kinerja dan mengoptimalkan tampungan yang ada di Embung Suruhan

    Factors Associated with Eye Examination Behavior in Pregnant Women at Gunungpati Community Health Center, Semarang

    Full text link
    Background: Visual acuity disturbances are common complaints in pregnancy suggesting the presence of underlying diseases including diabetes, preeclampsia, or refractive eye disorder. Refractive errors occur when the shape of the eye prevents light from focusing directly on the retina. Pregnancy may cause hemodynamic changes and structures of extracellular matrix and collagen sclera associated with the refractive status of the addition of myopia status. Then retinal detachment in high myopia results in permanent viscosity and blindness. This study aimed to investigate factors associated with eye examination behavior in pregnant women at Gunungpati community health center, Semarang. Subjects and Method: This was a cross-sectional study conducted at Gunungpati community health center, Semarang, Central Java. A sample of 53 pregnant women was selected by simple random sampling. The dependent variable was eye health examination behavior. The independent variables were gestational age, maternal education, knowledge, attitude, eye disorder, and refraction status. Refraction status was diagnosed by doctor using Snellen optotype. The other variables were collected by questionnaire and analyzed by chi square test. Results: Eye health examination behavior in pregnant women was positively associated withthe presence ofeye disorder (OR= 51.0; 95% CI= 7.32 to 355.13; p<0.001), higher education (OR= 1.70; 95% CI= 1.35 to 2.14; p=0.243), better knowledge (OR= 2.40; 95% CI= 1.14 to 40.93; p=0.534), positive attitude (OR= 2.68; 95% CI= 1.88 to 3.83; p=0.075), and the presence of refraction status (OR= 1.06; 95% CI= 0.99 to 1.14; p=0.724). Eye health examination behavior in pregnant women was negatively associated with gestational age (OR= 0.24; 95% CI= 0.01 to 4.25; p=0.299) Conclusion: Eye health examination behavior in pregnant women increases witheye disorder, education, knowledge, attitude, refraction status, and decreases by gestational age. Keywords: eye health examination, behavior, pregnant wome

    Factors Associated with Maternal Knowledge about Eye Health in Pregnancy at Gunungpati Community Health Center, Semarang

    Full text link
    Background: Pregnancy causes hemodynamic changes and extracellular matrix structures, collagen sclera associated with refractive status. The addition of refractive status to high retention rates in myopia may result in permanent viscosity and blindness. Pregnant women should be aware of this condition. This study aimed to determine the factors associated with maternal knowledge about eye health in pregnancy among pregnant women at Gunungpati community health center, Semarang. Subjects and Method: This was a cross-sectional design conducted at Gunungpati community health center, Semarang, Central Java. A sample of 53 pregnant women was selected for this study by simple random sampling. The dependent variable was maternal knowledge about eye health in pregnancy. The independent variables were gestational age, maternal education, eye disorder, refraction status, history of eye examination, and informational exposure. The data were collected by questionnaire. Percent of good knowledge by the independent variable status (i.e. “exposed” and “non-exposed” groups) was compared to result in Prevalence Ratio, which was then tested by chi square. Results: 69.8% pregnant women had poor knowledge, 30.2% had good knowledge about eye health in pregnancy. None of the pregnant women received information of eye health in pregnancy from health personnel. Maternal knowledge about eye health in pregnancy was higher among pregnant women with high education (PR= 2.31; 95% CI= 1.60 to 3.35; p< 0.001), presence of refraction status (PR= 8.12; 95% CI= 6.42 to 10.28; p= 0.007), younger gestational age (PR= 0.43; 95% CI= 0.11 to 1.68; p= 0.215), absence of eye disorder (PR= 0.86; 95% CI= 0.07 to 10.12; p= 0.903), and history of eye examination (PR= 1.17; 95% CI= 0.10 to 13.87; p= 0.903). Conclusion: Maternal knowledge about eye examination in pregnancy is associated with education, refraction status, gestational age, eye disorder, and eye examination. Keywords: eye examination, knowledge, refraction status, eye disorder, pregnant mothe

    Normalisasi Sungai Keruh dan Teknik Nilai Jembatan Plompong, Kabupaten Brebes

    Full text link
    Kegagalan pembangunan pada suatu struktur jembatan, bisa disebabkan karena terjadinya degradasi pada dasar sungai. Kegagalan tersebut dapat merugikan baik secara ekonomi dan sosial bagi pengguna jalan khususnya jembatan baru yang akan dibangun. Sebagai contoh yaitu pada perencanaan Jembatan Plompong di Kabupaten Brebes, dimana pada perencanaannya belum memperhitungkan analisis hidrolika. Hal ini nantinya akan membahayakan struktur dan kegagalan pembangunan, sehingga diperlukan kajian normalisasi sungai dan teknik nilai.Tahap awal dalam merencanakan normalisasi sungai dilakukan dengan analisis hidrologi dan hidrolika. Debit rencana hasil perhitungan analisis hidrologi dengan periode ulang 50 tahun, sebesar 162.31 m3/dtk. Analisis hidrolika digunakan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Hasil analisis hidrolika dengan program HEC-RAS menunjukkan beberapa kapasitas penampang eksisting sungai melimpas, sehingga perlu dilakukan pelebaran pada penampang basah sungai. Perhitungan teknik nilai pada jembatan Plompong menghasilkan perlunya pembangunan groundsill pada jembatan baru untuk menjaga bagian bawah jembatan Plompong dari sedimen. Pembangunan groundsill mengurangi kecepatan aliran air dari 4.72m/dt menjadi 2.78m/dt.Di dalam tugas akhir ini, ruang lingkup yang direncanakan meliputi normalisasi sungai, perencanaan perkuatan tebing berupa Dinding Penahan Tanah, dan pembangunan groundsill. Kegiatan ini memakan biaya sebesar Rp 12.492.000.000,- dengan waktu pengerjaan 10 bulan

    Perencanaan Perlindungan Pantai Tanjung Nipah Kalimantan Tengah

    Full text link
    Permasalahan yang terjadi pada wilayah pesisir Pantai Tanjung Nipah meliputi mundurnya garis pantai, sedimentasi pada Muara Sungai dan kerusakan konstruksi bangunan pengaman pantai eksisting berupa jetty. Permasalahan tersebut diakibatkan tingginya gelombang. Penyusunan tugas akhir ini bertujuan untuk memodelkan dan merencanakan pengaman pantai yang tepat terhadap bahaya erosi dan pengendalian sedimentasi muara sungai di Pantai Tanjung Nipah. Wilayah pantai yang direncanakan yaitu sekitar 1,2 km termasuk area muara Sungai. Hasil analisis dari data angin yang diolah selama 23 tahun didapat angin dominan dari arah selatan dengan prosentase kejadian 29,43%. Tinggi gelombang pecah yang didapat dari gelombang representatif yaitu 0,6 m dan dari gelombang signifikan yaitu 2,1 m. Pengolahan data pasang surut menggunakan metode admiralty. Kemudian dilakukan pemodelan arus pantai dan pasang surut menggunakan aplikasi MIKE 21 Flow Model FM dan pemodelan Perubahan garis pantai menggunakan aplikasi GENESIS (Generalized Model For Simulating Shoreline Change). Berdasarkan analisis perhitungan dan pemodelan disimpulkan bahwa bangunan perlindungan pantai yang dipilih yaitu jetty dan breakwater. Jetty yang direncanakan terbagi menjadi dua yaitu pada sisi timur dengan kedalaman 0,8 m – 1,1 m dan 1,1 m – 1,8 m dan sisi barat dengan kedalaman 0,8 m – 1,1 m. Breakwater direncanakan total 5 buah dengan panjang masing-masing 50 m, jarak antar breakwater 100 m, dan jarak dari garis pantai 100 m

    Association between Adherence to Treatment Management and The Quality of Life of The Elderly with Diabetes Mellitus

    Full text link
    Background: Diabetes melitus (DM) is a worldwide public health problem and the fourth largest contributor of disease burden in Indonesia. Diabetes mellitus and adherence to treatment management may affect the quality of life of the affected elderly. This study aimed to estimate the associations of adherence to exercise, diet, and treatment, respectively, with the quality of life of the elderly with diabetes mellitus. Subjects and Method: A cross-sectional study was carried out at Puskesmas (Community Health Center) Rowosari, Semarang. The study site is an Inter professional Education (IPE) field lab operated by Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro. Target population was the elderly with diabetes mellitus diagnosis. A random sample of 62 older patients with diabetes mellitus visiting Puskesmas Rowosari was selected for this study. The dependent variable was quality of life. The independent variables were adherence to exercise, diet, and treatment. Dietary pattern was measured by 3 day food recall. Quality of life was measured by Short Form-36. The other data were collected by questionnaire. The data were analyzed by Chi Square with Prevalence Ratio (PR) as the measure of association. Results: Bivariate analysis showed that quality of life improved with adherence to exercise (PR=8.67; 95%CI=2.09 to 35.89; p=0.001), adherence to diet (PR=6.39; 95%CI=1.32 to 30.92; p=0.012) and adherence to treatment (PR= 28.75; 95%CI=5.85 to 141.33; p<0.001), respectively, among the elderly with diabetes mellitus. Conclusion: Adherence to exercise, diet, and treatment, improves the quality of life of the elderly with diabetes mellitus. Keywords: diabetes mellitus, quality of life, treatment management, elderl
    • …
    corecore