59 research outputs found

    IMPACT OF THE INCREASING CATCHABILITY COEFFICIENT OF THE LARGE PURSE SEINER TO THE DEPLETION OF THE SMALL PELAGIC FISH BIOMASS IN THE JAVA SEA

    Get PDF
    Understanding the dynamics of marine fish resources and its ecosystems requires long term historical data from a particular fisheries in a certain area

    GEOGRAPHICAL DISTRIBUTION AND STATUS OF SCADS POPULATION IN THE WATERS OF THE SOUTHERN PART OF THE SUNDA SHELF

    Get PDF
    The scads population have long been exploited in ldonesia Exploitation to the offshore water started when purse seine was introdused in 1970. The exploitation extends eastwards to the Macassar Strait and nonhwards to the southern part of the south china sea

    KONDfSI TREND BIOMASSA IKAN LAYANG (Decapterus spp.) DI LAUT JAWA DAN SEKITARNYA

    Get PDF
    fkan layang (Decapterus spp.) adalah salah saiu komoditas perikanan pelagis kecil penting di lndonesia. lkan layang (Decapterus macrctsoma dan D. russe/o merupakan komponen utama ikan pelagis kecil di Laut Jawa. Ke-2 jenis ikan tersebut mendominasi hasil tangkapan pukat cincin lebih dari 5O%. Perubahan eksploitasi terjadi melalui kapasilas penangkapan (ukuran kapal dan termasuk kekuatan mesin, serla perluasan daerah penangkapan) dan taktik penangkapan (penggunaan cahaya sebagai alat bantu mengumpulkan ikan menggantikan peranan rumpon), telah merubah elisiensi alat tangkip pukat cincin. Hasil penelitian menunjukkan st\ok (biomassa) ikan layang telah pulih kembali dalam tahun-iahun belakangan ini. Tetapi situasi sebaliknya ditunjukkan oleh hasil tangkapan yang menurun dan peningkatan upaya penangkapan. Berdasarkan pada morlalilas penangkapan dan upaya penangkapan yang disesuaikan kembali melalui F=q'E membuktikan bahwa pulih slok bersifat palsu Kenaikan lsju mortalitas penangkapan telah menyebabkan penurunan stok ikan layang yang serius

    THE MOST ABUNDANCE AND THE VERY RARE SPECIES IN THE DEEP SEA FISH COMMUNITY IN THE WESTERN SUMATERA, EASTERN INDIAN OCEAN

    Get PDF
    Variation in species abundance provides one of the striking phenomena observed in ecological communities. This variation has led ecologists to pose central questions pertaining to the nature of communities. Most of the deep sea regions provide the most widely habitat, but until recently information on its community is very little

    LENGTH-WEIGHT RELATIONSHIP, SIZE DISTRIBUTION AND ANNUAL CPUE’s OF ALBACORE IN EASTERN INDIAN OCEAN

    Get PDF
    Albacore (Thunnus alalunga, Bonnaterre, 1788) is one of the tropical tuna species in the Eastern Indian Ocean incidentally caught by the Indonesian tuna longliner. Scientific observer series data during the period of 2005 – 2012 showed that the catches were geographically distributed within the area bordered by 5 – 350 S and 75 – 1300 E. High CPUE mainly occurred in sub area between 250 and 350 S. Some biological observations indicated that immature albacore specimens were mainly recorded in areas of south of 250 S while mature albacore were concentrated in the area between 100 S and 250 S. Length – weight measurements for pooled male and female was W= 0.00008FL2.7271. The hook-rates from onboard observation showed that increasing rates occurred during 2009 to 2012. The annual landing showed that that highest occurred in 2008 and the lowest in 2011 with overall tend to decrease until 2011 and increased slightly in 2012. Series number of length frequency measurements (2005 - 2012) showed that the albacore were caught within the range of 40 – 135 cm FL and there was a tendency that the average size decreased gradually from 103 cmFL (2005) to 84 cmFL (2012). As a preliminary finding these estimates contribute as important element for consideration in the national and regional tuna fisheries management in the area

    TINGKAT OPTIMAL PEMANFAATAN STOK UDANG, IKAN DEMERSAL, DAN PELAGIS KECIL DI LAUT ARAFURA

    Get PDF
    Perikanan di Laut Arafura terdiri atas sejumlah armada penangkapan dengan beragam alat tangkap (multi fleet) yang beroperasi memanfaatkan sumber daya ikan yang terdiri atas banyak spesies (multi species). Intensitas penangkapan salah satu armada penangkapan dengan sasaran utama salah satu spesies berdampak tidak hanya terhadap kelimpahan spesies tersebut melainkan juga terhadap kelimpahan spesies lain yang ikut tertangkap dan menjadi sasaran utama armada penangkapan yang lain. Model optimisasi perikanan multi species multi fleet yang disusun dengan memperhitungkan dampak interaksi antar armada penangkapan untuk perikanan Laut Arafura tersebut disajikan pada tulisan ini. Hasil analisis menggunakan model tersebut menunjukan bahwa produksi maksimum lestari dari sumber daya udang, ikan demersal, dan pelagis kecil di Laut Arafura, dicapai dengan pengoperasian kapal dengan kombinasi 479 unit pukat udang, 548 unit pukat ikan, dan 180 unit pukat cincin. The fishery in the Arafura Sea consisted of various fishing fleets (multi fleet) targeting multispecies fishery resources. Fishing intensity of a fishing fleet would affect not only the abundance of its main target species but also the abundance of other caught species, which were the main target species of other fishing fleets. An optimisation model of the multi species multi fleet fishery accommodating this interaction had been formulated for Arafura Sea fishery and presented in this paper. By using this model it was estimated that the optimum fishing effort to achieve the maximum sustainable yield of the shrimp, demersal fish and small pelagic fish stocks in the Arafura Sea was resulted from the operation the fishing fleets consisting of 479 shrimp trawlers, 548 fish trawlers, and 180 purseseiners

    STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER POPULASI IKAN LEMADANG (Coryphaena hippurus Linnaeus, 1758 ) DI LAUT SULAWESI

    Get PDF
    Ikan lemadang (Coryphaena hippurus Linnaeus 1758.) dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama mahi-mahi atau dolphinfish termasuk dalam family Coryphaenidae. Sebagai ikan pelagis, oseanik, bermigrasi jauh serta tersebar di perairan tropis dan subtropis di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur ukuran dan parameter populasi ikan lemadang di Luat Sulawesi. Pengumpulan data dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara, pada Februari-Desember 2012. Data perikanan dianalisis dari rekaman data pendaratan tahunan di Pelabuhan Perikanan Bitung pada kurun waktu 2004–2014. Analisis parameter laju pertumbuhan menggunakan pendekatan pergeseran modus, sedangkan perkiraan tingkat pemanfaatan dilakukan dengan menggunakan program FISAT II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran panjang cagak ikan lemadang (Coryphaena hippurus) dari sampel 4160 ekor ikan tercatat panjang minimum 30 cm FL, panjang maksimum 121 cmFL dan panjang-rata-rata 59,8 + 1,39 cm, dengan berat rata-rata sebesar 2,1 + 1,52 kg. Pola pertumbuhan bersifat isometrik dengan persamaan hubungan panjang-berat W=0,000003L3,2203 (r2=0,93). Pendugaan parameter populasi ikan lemadang di Laut Sulawesi diperoleh panjang asimtotik (L∞) = 154 cmFL, kecepatan pertumbuhan (K) = 0,75 per tahun dan umur pada saat ditetaskan (t0)= 0,25 tahun. Mortalitas total (Z) adalah 4,37 per tahun dengan mortalitas alami (M) dan mortalitas penangkapan (F) masing-masing 0,97/tahun dan 3,40/tahun. Tingkat eksploitasi (E) ikan lemadang diperkirakan sebesar 1,28. Hal ini berarti tingkat pemanfaatan ikan lemadang di Laut Sulawesi berada pada status telah tereksploitasi tinggi. Mahi-mahi or dolphinfish (Coryphaena hippurus) are oceanic, highly migratory, and geographically exist in tropical and subtropical waters. This research aims to examine size structures and population parameter of mahi-mahi of the Celebes Sea. This research conducted in the Bitung fishing port during February to December 2012. The fisheries data from 2004 to 2014 periods used to examine the annual trend of catch landing. Growth parameters were analyzed based on length based by using modal progression analyses. The exploitation level measured by using FISAT II software. The results showed that the length distribution of fish during sampling periods ranged of 30 cmFL to 121 cmFL. The average length was 59.8 + 1.39 cm, with average weight of 2.1 + 1.52 kg. Length and weight relationship followed equation of W = 0.000003 L3, 2203 (r2 = 0.9335). Population parameters included asymptotic length growth rate (L∞) was 154 cmFL, growth rate (K) = 0.75per year and zero age (t0) was 0.25 years. The total mortality index (Z) was 4.37 per year, natural mortality (M) and fishing mortality (F) were 0.97 per year and 3.40 per year, respectively. The estimated exploitation rate (E) was 1.28 per year, this indicate that the status of mahi-mahi in the area of sampling were at moderate level

    KARAKTERISTIK PARAMETER POPULASI IKAN SIRO (Amblygaster sirm, GLUPEIDAE) DAN MODEL TERAPAN BEVERTON DAN HOLT DI LAUT NATUNA DAN SEKITARNYA

    Get PDF
    Pengumpulan data dari kegiatan penelitian sumber daya perikanan pelagis kecil di Laut Natuna dan sekitarnya telah dilaksanakan selama periode 1997-1999. Data bobot dan frekuensi panjang ikandikumpulkan dari hasil tangkapan kapal pukat cincin yang melakukan penangkapan komersial atas berbagai jenis ikan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata ukuran ikan yang tertangkap lebih menggambarkan struktur populasi yang berada di daerah penangkapan daripada selektivitas jaring pukat cincin

    SEBARAN UKURAN HASIL TANGKAPAN DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844) DI PERAIRAN SEGARA ANAKAN, CILACAP

    Get PDF
    Penelitian biologi sumber daya ikan sidat telah dilakukan di perairan Segara Anakan, Cilacap dengan penekanan pada karakteristik biologi berdasarkan atas sebaran ukuran hasil tangkapan dan keragaan aktivitas reproduksi dalam populasi tersebut. Penampilan reproduksi dianalisis melalui pembuatan penampang lintang gonad dengan metode parafin dan pewarnaan hematoxylin ehrlicheosin terhadap contoh yang dianggap mewakili kelompok ukuran panjang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebaran frekuensi panjang mempunyai tipe bimodal dengan kecenderungan perbedaan kisaran ukuran berdasarkan atas musim. Rata-rata ukuran panjang hasil tangkapan berdasarkan atas musim menunjukan beda yang sangat nyata (P<0,01). Keragaan aktivitas reproduksi sebagai bagian dari proses penentuan status pemanfaatan memperlihatkan kisaran pada tingkat belum teridentifikasi, belum berkembang sampai tingkat menuju matang gonad. The biological investigation of eel resources have been conducted in Segara Anakan waters,Cilacap District. This study describes the size distribution and variation of its reproductive activity. The reproductive performances were analyzed through cross section of gonad using paraffin method and stained with hematoxylin ehrlich-eosin to the sample that are considered to represent group of length. The result showed that the length frequency are the typically bimodal distribution with tendencies of differences in size based on seasons. The seasonly average length showed a significantly different (P<0.01). Variation in reproductive activity as part of biological indicator of exploitation level showed some differences level of gonad development stages, starting from unidentified, undevelop, until toward mature gonadal levels

    UPAYA-UPAYA PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN YANG BERKELANJUTAN DI INDONESIA

    Get PDF
    Pengertian dasar untuk pengelolaan perikanan terkait dengan fungsi fungsi biologi, sosial, teknologi, ekonomi serta lingkungan sumber daya sebagai komponen yang saling berhubungan untuk terjaminnya pengelolaan secara berkelanjutan. Stok ikan, ekosistem dan masyarakat nelayan merupakan salah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem yang dinamis, dimana perubahan taktik dan strategi pemanfaatan masih merupakan suatu hal yang banyak dilakukan dalam rangka penyesuaian antara faktor teknis dan ekonomis yang sering kali mengabaikan pertimbangan bio-ekologi sumberdaya ikan. Sasaran pendekatan dan kebijakan pengelolaan perikanan di berbagai negara sudah mulai berubah, diawali dengan pendekatan memaksimalkan tangkapan tahunan dan ketenaga-kerjaan menuju ke konservasi dan pengelolaan berbasis pelayanan ekosistem. Konsep pengelolaan berbasis masyarakat dan ko-manajemen masih terbatas pada pengelolaan kawasan konservasi dan habitat terumbu karang. Adanya kesenjangan dan perbedaan antara kepentingan kawasan konservasi sebagai akibat kurangnya pemahaman kolektif terhadap tujuan pengelolaan, dan kerapkali menyebabkan aktifitas perikanan tangkap sebagai bagian dari kebutuhan ekonomis berbenturan dengan fungsi kawasan konservasi dalam jangka panjang. Pengendalian upaya penangkapan dan memahami dinamika perikanan, serta mengelola nelayan menjadi prioritas untuk pengelolaan sumber daya ikan, sedangkan konsep pengelolaan berbasis masyarakat dan ko-manajemen ditempatkan sebagai pelengkap untuk menutupi kelemahan aspek legal wilayah pengelolaan perikanan atau sumber daya ikan.Basic understanding of fisheries management related to biology, social, technology and economic function of fish resources. Fish stocks, ecosystem and fishers community are the integrated component under the dynamic of fisheries system, where as changing and on fishing tactic and strategy still exist to adjust between biology, technics and economics aspects. It is obvious that all technological creeps oftenly ignored the bio-ecological consideration of fish resources. The fisheries management and its policy were gradually shifting from maximize the catch, job opportunity become conservation and ecosystem based fisheries management. The concept of community-based management and co management is still limited to the management of conservation areas and coral reef habitats. The existence of gaps and differences between the interests of the conservation area as a result of a lack of understanding collective to the management objectives and often causing fishing activities as part of the economic needs clash with the function of conservation areas in the long term. Control efforts to capture and understand the dynamics of fisheries, as well as managing fishing is a priority for the management of fish resources, while the concept of community-based management and co management issued as a supplement to cover the weakness of legal aspects of the fishery management area or fishery resource
    • …
    corecore