4 research outputs found

    Peran dan Tanggung Jawab Ibu Untuk Menyusui dalam Issue Kesetaraan Gender

    Get PDF
    Kesetaraan gender memberikan peluang yang lebih besar kepada perempuan untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai individu untuk terlibat dalam struktur politik, sosial, ekonomi, dan pendidikan, dan tetap menjalankan perannya sebagai istri atau ibu. Kesetaraan gender dalam rumahtangga dapat diliat dari ada atau tidaknya pembagian peran dan tanggung jawab rumah tangga. Adanya multi peran, dan peran dan tanggung jawab yang tidak dibagi dalam rumahtangga dapat berpengaruh terhadap pemberian ASI ekslusif dan cara ibu menyusui bayinya. Kesetaraan gender untuk menyusui yang dimaksudkan dalam penelitian ini berarti bahwa ibu memiliki kesempatan untuk memperoleh hakhaknya secara penuh untuk dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya sebagai ibu untuk menyusui. Penelitian menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan grounded teori bertujuan untuk mengetahui proses terbentuknya peran dan tanggung jawab ibu untuk menyusui dalam issue kesetaraan gender dan persepsi terbaru dari ibu mengenai peran dan tanggung jawabnya untuk menyusui. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi struktural dengan jumlah partisipan 11 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Penelitian berlangsung mulai tanggal 17 Mei 2021 hingga 15 Juni 2021 di Maminaa Mother and Baby Spa Malang. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik partisipan yaitu 10 dari 11 orang partisipan merupakan ibu yang berpendidikan sarjana dan magister, dan beragama muslim. Selain itu penelitian ini menghasilkan 19 tema. Proses terbentuknya peran dan tanggung jawab ibu untuk menyusui di pengaruhi oleh beberapa tema yaitu perubahan dan adaptasi peran setelah melahirkan, peran dan tanggung jawab sebagai ibu, multi peran sebagai istri, perempuan mandiri, norma sosial dan kendala pada masa menyusui. Kendala yang dihadapi ibu pada masa menyusui antara lain yaitu tidak mendapat dukungan lingkungan sekitar, masalah pada payudara, kurang mengerti dan belajar tentang ASI, bekerja dan pekerjaan rumahtangga. Adanya kesetaraan gender yang menciptakan peran ibu sebagai perempuan mandiri sehingga ibu dapat terlibat untuk bekerja baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga, berpendidikan dan berkarir, disatu sisi memberikan dampak negatif terhadap kesempatan ibu untuk dapat memberikan ASI esklusif. Selain itu adanya ketidaksetaraan gender dalam lingkungan kerja dan rumah tangga, merupakan faktor lain yang turut menghambat ibu untuk dapat menyusui dan memberikan ASI ekslusif. Oleh karena itu agar kesetaraan gender dapat dicapai sehingga ibu tetap dapat menjalankan perannya baik sebagai istri, sebaga ibu untuk menyusui dan memberikan ASI ekslusif, maupun sebagai perempuan mandiri, maka ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga dan lingkungan kerja harus dihilangkan. Persepsi ibu saat ini mengenai peran dan tanggung jawab ibu untuk menyusui yaitu ibu menganggap bahwa menyusui adalah kewajiban dan hak ibu,vii serta hak anak. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai kendala yang dialami ibu pada masa menyusui, strategi yang digunakan, dan dampak yang dihasilkan. Beberapa strategi yang digunakan ibu antara lain yaitu berkomunikasi dengan suami dan anggota keluarga, konsultasi dan mengikuti saran tenaga kesehatan, penggunaan susu formula, dan menggunakan ASI. Cara atau strategi yang ibu gunakan untuk mengatasi kendala atau masalah disisi lain memberikan dampak tersendiri antara lain yaitu ibu mendapat dukungan anggota keluarga, hubungan dengan anggota keluarga menjadi kurang baik, yakin dan bangga bisa menyusui, pengeluaran untuk susu formula, ketidaknyaman fisik dan psikologis. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi kurang baik disebabkan karena menyampaikan pemikiran dan keinginan tentang menyusui dan perbedaan pendapat antara ibu dengan mertua dan ipar dianggap sebagai bentuk ketidak patuhan ibu sebagai perempuan dan ibu yang buruk bagi anaknya. Hal ini menunjukkan meskipun pendidikan ibu tinggi namun otonomi pengambilan keputusan dalam rumah tangga masih rendah, hal ini mencerminkan pendidikan ibu yang tinggi masih dikalahkan dengan adanya diskriminasi gender dalam rumah tangga. Persepsi ibu saat ini mengenai menyusui merupakan hasil akhir dari serangkaian pengalaman atau peristiwa yang telah dilalui oleh ibu selama masa menyusui. Menyusui merupakan hak ibu dan hak anak berarti bahwa anak memiliki hak untuk mendapat ASI dan ibu memiliki haknya secara penuh agar dapat menyusui. Namun, dalam penelitian ini selain hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ibu menganggap menyusui adalah kewajiban seorang ibu dan hak anak yang telah diatur berdasarkan nilai agama disisi lain sebagian ibu juga menganggap bahwa menyusui merupakan sebuah hak. Hak untuk menyusui yang dimaksudkan dalam hasil penelitian ini adalah berarti bahwa ibu memiliki hak untuk memutuskan ia mau menyusui atau tidak. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini masyarakat telah memiliki dua sudut pandang mengenai peran dan tanggung jawab ibu untuk menyusu

    Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kecerdasan Emosi (Eq) Anak Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun

    No full text
    Kecerdasan emosi berperan terhadap perkembangan emosi anak. Kecerdasan emosi memiliki lima aspek, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi dapat dilatih pada anak-anak sejak usia dini. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional merupakan pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua ada empat jenis yaitu pola asuh demokratis, otoriter, permisif, dan penelantar. Pola Asuh orang tua yang baik dan tepat akan dapat menghasilkan karakteristik anak yang memiliki kepribadian yang baik, percaya diri, memiliki empati dan berprestasi dalam lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan tingkat kecerdasan emosi pada anak prasekolah usia 4-6 tahun. Desain penelitian ini menggunakan cross seccional dengan teknik purposive sampling. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 119 orang dengan responden orang tua kandung dari siswa TK yang berusia 4-6 tahun di TK Surya Buana dan Sunan Kalijaga. Analisa data dilakukan menggunakan uji statistik korelasi Pearson Chi Square untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosi anak prasekolah usia 4-6 tahun. Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang menerapkan pola asuh demokratis 101 orang (84,9%), pola asuh otoriter 10 orang (8,4%), dan pola asuh permisif 8 orang (6,7 %). Jumlah anak yang memiliki tingkat kecerdasan emosi tinggi 84 anak dan 35 anak dengan tingkat kecerdasan emosi sedang. Hail uji statistik Pearson chi square menunjukkan p value 0,013 (0,013<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosi anak prasekolah usia 4-6 tahun. Berdasarkan tabel frekuensi distribusi diketahui bahwa pola asuh demokratis berhubungan positif dengan tingkat kecerdasan emosi tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan emosi anak prasekolah usia 4-6 tahun

    TEKNIK PEMBERIAN INFORMASI (EXPOSITORY) DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN POSSITIVE PARENTING KEPADA ORANGTUA DI LEMBAGA PENDIDIKAN PAUD PERMATA HATI KALIGENTONG

    Get PDF
    Listiya Erlin Novitasari, NIM 17306163076. Teknik Pemberian Informasi (Expository) Untuk Meningkatkan Pemahaman Possitive Parenting Kepada Orangtua di Lembaga Pendidikan PAUD Permata Hati Kaligentong. Pembimbing Hj.Uswah Wardiana, M.Si Kata Kunci: Teknik Pemberian Informasi (Expository) dalam Bimbingan Kelompok, Possitive Parenting Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pemahaman possitive parenting kepada orangtua khususnya di Lembaga Pendidikan PAUD Permata Hati Kaligentong serta mengetahui teknik pemberian informasi (expository) dalam meningkatkan pemahaman possitive parenting kepada orangtua. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pemahaman possitive parenting terhadap cara penerapan pengasuhan dalam tumbuh kembang anak. Penelitian ini menggunakan kuantitatif eksperimen dengan metode One Group Pretest Posttest Design. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menetapkan 6 responden dengan kategori terendah. Intrumen pada penelitian ini menggunakan skala likert dengan hasil uji validitas 32 item valid dan 22 item tidak valid. Pengukuran uji reabilitas berdasarkan dasar pengambilan keputusan 5% senilai 0,872 > 0,60 (rtabel=0,361), yang artinya 32 item angket bersifat reliable. Sedangkan uji normalitas nilai sig nya 0,990 > 0,05, yang artinya teruji normal. Dan uji homogenitas bernilai 0,06 yang artinya varian nya sama. Pengukuran tingkat pemahaman possitive parenting, menggunakan uji Paired Samples T Test menghasilkan nilai sig (2-tailed) 0,00 < 0,05. Artinya Ha diterima. Berdasarkan hasil tersebut, menjelaskan bahwa strategi teknik pemberian informasi (expository) dalam bimbingan dalam kelompok dapat meningkatkan pemahaman possitive parenting kepada orangtua di Lembaga PAUD Permata Hati Kaligentong
    corecore