3 research outputs found

    SIRAMAN SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA BUSANA TAPESTRI

    Get PDF
    Siraman adalah salah satu prosesi pokok pernikahan adat Jawa yang mengandung falsafah di dalamnya, yaitu agar calon pengantin membersihkan diri dan hati, sehingga semakin mantap dan yakin untuk melangsungkan pernikahan di keesokan harinya. Momen siraman memotivasi penulis untuk mengekspresikan apa yang dialami menjadi karya busana tapestri. Melalui siraman, penulis membangun suasana dengan simbol-simbol bersifat abstrak, kemudian dikorelasikan dengan pengalaman-pengalaman sosial penulis menjelang pernikahan. Tahap di mana penulis harus mulai menentukan sikap, menentukan pilihan, memantapkan hati untuk menghadapi kehidupan dan tanggung jawab baru. Penulis berusaha menyampaikan wujud keagungan tentang prosesi siraman ke dalam karya busana tapestry. Bentuk-bentuk yang penulis ciptakan lebih mengambil makna dari unsur air siraman yang mengalir, yang diwujudkan dalam bentuk tali-tali yang menggantung ke bawah. Proses pembuatan tapestry penulis rasakan memiliki kesamaan atau kemistri batin dengan prosesi siraman, yaitu sama-sama sebagai sebuah proses yang tidak instan, memerlukan berbagai pertimbangan sebagai puncak pencapaian agar menghasilkan karya yang syarat dengan makna. Kata kunci: Siraman, Sengalaman Sosial, Busana Tapestri

    SIRAMAN SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA BUSANA TAPESTRI

    Get PDF
    Ulasan Karya Bleketepan merupakan kata serapan yang penulis ambil dari kata bleketepe, yaitu anyaman daun kelapa (janur) sebagai tarub pada gerbang rumah. Pemasangan tarub bermakna sebagai tanda resmi bahwa aka nada hajatan mantu di rumah yang bersangkutan. Tata cara pemasangan tarub adalah sang ayah menaiki tangga, sementara ibu memegangi tangga sambil memberikan bleketepe. Tata cara ini sebagai perlambang gotong royong orang tua yang mengayomi keluarga. Kata sederhana tetapi memiliki makna filosofis, membuat penulis tertarik untuk menjadikan bleketepe dalam pembuatan karya ini karena penulis ingin membuat simbol baru tentang makna bleketepe berdasarkan peristiwa yang dialami penulis. Hajatan dalam pernikahan yang pada umumnya merupakan acara yang dibuat megah sebagai bukti kebahagiaan pengantin. Tatanan tarub yang gebyar dan mewah, tamu-tamu berdatangan, sanak keluarga dan sahabat berkumpul, ikut merayakan pernikahan. hal tersebut meruapakan impian yang wajar bagi seorang calon pengantin, khususnya bagi pengantin wanita. Namun, dalam hal ini penulis menanggapi dengan sedikit berbeda. Penulis membuat busana dengan bentuk anyaman di bagian dada dengan tali-tali menggantung pada sisi depan dan belakang, sebagai simbol hajatan pada saat pernikahan penulis. Anyaman tersebut menggunakan bahan kulit sintetis berwarna coklat tua dan ada sedikit di sisipkan warna coklat muda. Coklat tua sebagai simbol kesedihan dan kesepian, sedangkan coklat muda sebagai simbol ketenangan. Ada beberapa manik-manik mutiara yang terpasang berselang-seling di antara tali-tali depan sebagai simbol kebahagian yang hadir di tengan-tengah kesedihan. Penulis meletakkan anyaman berwarna coklat muda di bagian belakang sebagai simbol masih ada ketenangan yang mencoba hadir meski tidak terlalu nampak. Karya “Bleketepan” bermaksud sebagai ungkapan bahwa kita sebagai seorang perempuan yang sedang dalam kondisi sangat sedih, hendaklah kita jangan memperlihatkan kesedihan itu secara terbuka, kita harus tetap menjaga orang-orang di sekitar yang menyayangi kita dengan tetap ikut berbahagia. Kesedihan itu kita simpan dalam hati kita ungkapkan dalam hal yang lebih positif

    REFLEKSI PEMIKIRAN KARTINI SEBAGAI INSPIRASI PEMBUATAN KARYA TAPESTRI

    No full text
    Tugas Akhir kekaryaan yang dikerjakan oleh penulis ini, adalah mengangkat tema Refleksi Pemikiran Kartini sebagai Inspirasi Pembuatan Karya Tapestri. Pembatasan pemikiran Kartini yang dibahas adalah pemikiran tentang melawan feodalisme dan menjunjung emansipasi, karena dianggap sebagai permasalahan yang sering terjadi di lingkungan masyarakat hingga saat ini. Jadi, bisa dikatakan karya yang dibuat penulis dengan tema pemikiran Kartini masih relevan dengan masa kini. Visualisasi karya tugas akhir ini, lebih menekankan pada kegiatan eksplorasi bentuk. Sebagai acuan dalam proses penciptaan adalah bentuk dekoratif, serta objek perempuan imajinatif. Ketika mengolah bentuk perempuan imajinatif yang dekoratif digunakan proses stilasi (penggayaan bentuk), distorsi (penggambaran bentuk yang menekankan pada capaian karakter), dan deformasi (penggambaran bentuk yang menekankan penafsiran karakter). Bentuk dasar yang diambil adalah bagian-bagian bentuk gerak tubuh dan yang dianggap dapat mewakili sebagai gagasan yang bersumber dari pemikiran-pemikiran Kartini. Karya tapestri ini berbentuk dua dimensional. Warna yang digunakan adalah warna-warna kontras, dan dikombinasikan dengan susunan garis-garis yang dihasilkan dari sulaman dan lilitan benang. Karya dilengkapi dengan hiasan permukaan menggunakan manik-manik, sehingga menjadikan karya nampak lebih indah. Kata Kunci: refleksi, Kartini, tapestri
    corecore