35 research outputs found

    DETERMINING A SUFFICIENT DEPTH OF PILE FOUNDATION ON THE PERTAMINA GRAVING DOCK DESIGN SORONG PAPUA

    Get PDF
    Engineering geological aspect and bearing capacity of pile foundation are significant for safety of upper structure, especially for substantial constructions such as a docking ship. Moreover, it provides effectiveness and cost efficiency when applies in rural areas of Indonesia. This is due to lack of docking ship appropriately built at rural areas particularly in eastern areas of Indonesia. Karim island of Papua even though is a small island yet is very strategic as Pertamina place its transitory function on that island connecting its oil supply route to Sorong. Appropriate docking ship construction is required to aim the effective and efficient port management. Choosing the most suitable structure for a docking is also the key. Graving dock structure has been chosen by Pertamina as the most appropriate type of structure for the docking ship in Karim Island. The structure of graving dock planned to be built in Karim island Papua, is projected to be able to serve the maximum 7500 DWT ship capacity, with approximately dimension is 125 x 25 x 8 meters. Therefore, to support the plan, type and design of the best foundation is the key. There are two methods could be done in determining the type and bearing capacity foundation. Field and laboratory test applied ASTM, field observation result by applying Meyerhoff theory and laboratorial analysis derived from Tarzaghi theory. Those observation and analysis has confirmed that the soil layer at the graving dock design consists of three layers, those are; cover layer, silt-clay layer and clay rock unit. Therefore, the most suitable foundation to be constructed in that area is a pile massive foundation, with depth of pile foundation approximately -20 m below the land surface, and the ultimate point load pile massive for 30x30 cm – 75x75 cm dimension approximately 79.76 – 406.25 ton, and frictional resistance value approximately 24.59 – 61.48 ton. Keyword : Pile Pondation, bearing capacity, Graving dock Aspek geologi teknik dan besarnya nilai kapasitas suatu pondasi tiang pancang merupakan suatu hal yang sangat penting demi keamanan pembangunan struktur bagian atas, khususnya untuk bangunan yang besar dan tinggi. Pembuatan dok kapal menjadi tuntutan yang tak bisa dielakkan demi terlengkapinya manajemen pelabuhan yang efektif dan efisiensi pada daerah yang terpencil. Bangunan graving dock kapal yang direncanakan pada Pulau Karim Papua, diproyeksikan untuk dapat melayani kapal dengan kapasitas maksimal 7500 DWT, dengan dimensi berkisar 125 x 25 x 8 meter. Jenis dan perencanaan pondasi yang tepat sangat penting guna menunjang keamanan bangunan graving dock itu sendiri. Metoda yang digunakan untuk mengetahui jenis pondasi dan daya dukung pondasi didapat dari hasil uji lapangan dan laboratorium. Pengujian lapangan dan laboratorium berdasarkan ASTM, analisis data lapangan mempergunakan metoda Mayerhoff sedangkan analisis data laboratorium mempergunakan metoda Terzaghi. Lapisan tanah pada rencana graving dock terdiri dari tiga bagian yaitu; lapisan penutup, lempung lanauan dan satuan batuan lempung. Untuk itu jenis pondasi yang dipilih adalah pondasi tiang pancang massif. Kedalaman pemancangan pondasi berkisar -20m dari muka tanah. Hasil analisis menunjukkan kuat tekan tiang pancang massif untuk diameter 30x30 cm hingga 75x75 cm berkisar 79.76 – 406.25 ton, sedangkan untuk nilai tarik berkisar dari 24.59 hingga 61.48 ton. Kata Kunci : Tiang pancang, nilai kapasitas, Graving doc

    THE SAFETY FACTOR ANALYSIS OF THE MARINE SLOPE STABILITY MODEL ON THE ACCESS CHANNEL OF MARINE CENTRE PLAN CIREBON, WEST JAVA.

    Get PDF
    This study is focused on access channel model that safety factors of some slopes stability would be investigated. Plaxis version 8 is applied to analyze a magnitude of safety factors and displacements based on three different slopes of access channel there are 30°, 45° and 60°. Furthermore, parameters are adopted from geotechnical drilling and laboratory tests. A finite element is applied as a simple model to analyze within a Mohr-coulomb equation. Based on soil data analyses on Marine Center Plan, indicates low safety factor and high deformation. As results, 10 to 40 meters deformation of the slopes and 0.80 to 2.34 of safety factor are obtained of the models. For that reason, a combination between slope channel and infrastructure must be considered. Keywords: Safety factor, slope stability, access channel, Marine centre, Plaxis Kajian ini dilakukan terhadap faktor keamanan dari beberapa jenis kemiringan dinding alur pelayaran yang selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan alur pelayaran Besarnya keruntuhan dan faktor keamanan pada beberapa sudut kemiringan yang berbeda telah dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak geoteknik Plaxis Versi 8. Tiga jenis kemiringan yang berbeda telah dibuat yaitu sudut kemiringan 30°, 45° dan 60°. Sebagai data masukan, parameter diambil berdasarkan hasil pemboran geoteknik yang telah dianalisis di laboratorium. Model sederhana elemen terbatas telah dibuat dan dianalisis berdasarkan persamaan Mohr-Coulumb. Berdasarkan analisis data tanah pada rencana Marine Centre menunjukan faktor keamanan yang rendah dan deformasi yang besar. Total deformasi yang dihasilkan berkisar 10-40 meter dengan nilai faktor keamanan 0,80~2,34. Oleh karena itu, dari hasil tersebut perlu dipertimbangkan untuk mengkombinasikan kemiringan alur dengan infrastruktur. Kata kunci : faktor keamanan, kemiringan lereng, alur pelayaran, Marine centre, Plaxi

    ANALYSIS OF EROSION AND SEDIMENTATION PATTERNS USING SOFTWARE OF MIKE 21 HDFM-MT IN THE KAPUAS MURUNG RIVER MOUTH CENTRAL KALIMANTAN PROVINCE

    Get PDF
    The public transportation system along the Kapuas River, Central Kalimantan are highly depend on water transportation. Natural condition gives high distribution to the smoothness of the vessel traffic along the Kapuas Murung River. The local government has planned to build specific port for stock pile at the Batanjung which would face with natural phenomena of sedimentation and erosion at a river mouth. Erosion and sedimentation could be predicted not only by field observing but it is also needed hypotheses using software analysis. Hydrodynamics and transport sediment models by Mike 21 HDFM-MT software will be applied to describe the position of sedimentations and erosions at a river mouth. Model is assumed by two different river conditions, wet and dry seasons. Based on two types of conditions the model would also describe the river flow and sediment transport at spring and neap periods. Tidal fluctuations and a river current as field observation data would be verified with the result of model simulations. Based on field observation and simulation results could be known the verification of tidal has an 89.74% correlation while the river current correlation has 43.6%. Moreover, based on the simulation the sediment patterns in flood period have a larger area than ebb period. Furthermore, the erosion patterns dominantly occur during wet and dry season within ebb period. Water depths and sediment patterns should be considered by the vessels that will use the navigation channel at a river mouth. Keywords: Kapuas Murung River, software Mike 21 HDFM-MT, erosion and sedimentation pattern Penduduk yang berada di sepanjang Sungai Kapuas sangat bergantung pada transportasi air. Kelancaran lalu lintas kapal di sepanjang Sungai Kapuas Murung sangat tergantung dengan kondisi alam yang terjadi. Rencana pemerintah daerah yang akan membangun pelabuhan khusus batubara di Batanjung akan berhadapan dengan fenomena alam yang umum terjadi di muara sungai yaitu sedimentasi dan erosi. Prediksi akan terjadinya sedimentasi dan erosi tidak hanya ditunjang pengamatan lapangan namun juga perlu dilakukan dengan melakukan hipotesa menggunakan bantuan analisis software. Penelitian ini akan menggambarkan posisi sedimentasi dan erosi di sekitar muara dengan pemodelan hidrodinamika dan transport sedimen yang menggunakan Software MIKE 21 HDFM-MT. Model dibuat dengan mengasumsikan kondisi sungai pada saat musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan dua kondisi tersebut model akan menggambarkan sebaran arus dan sebaran sedimen untuk periode bulan baru dan perbani. Data lapangan pasang surut dan kecepatan arus akan diverifikasi ke hasil simulasi model. Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan dan data hasil simulasi model maka dapat diketahui bahwa verifikasi nilai pasang surut menunjukkan korelasi sebesar 89.74% sedangkan verifikasi nilai arus sebesar 43.6%. Selanjutnya dari hasil simulasi didapatkan bahwa pada saat pasang, gambaran posisi sedimentasi banyak terdapat pada bagian timur muara sungai dengan penyebaran cukup luas sedangkan pada kondisi surut area lebih sedikit. Selanjutnya gambaran daerah yang tererosi banyak terjadi pada saat air surut baik untuk musim hujan maupun kemarau. Kapal yang akan menggunakan muara sebagai alur pelayaran harus mempertimbangkan kondisi kedalaman air yang ada dan juga pola sedimentasi yang terjadi. Kata kunci: Sungai Kapuas Murung, software Mike 21FM HD-MT, erosi dan pola sedimentas

    Desain Kapasitas Tiang Pancang Bulat untuk Lapisan Sedimen Kohesif pada Rencana AS Jetty Marine Center, Cirebon-Jawa Barat

    Full text link
    Pemboran geoteknik pada daerah perairan dengan lapis sedimen yang bersifat kohesif merupakan hal yang cukup menarik, tidak saja dari segi teknis pelaksanaan pemboran namun juga dalam tahapan selanjutnya yaitu analisis hasil pemboran dan aplikasi desain yang dibuat. Lapisan sedimen kohesif pada perairan yang umumnya berada dalam kondisi jenuh perlu mendapatkan pertimbangan khusus untuk menentukan dimensi dari aplikasi struktur bagian bawah pada rencana pengembangan infrastruktur yang sedang dibuat. Berdasarkan alternatif dimensi dan rencana peletakan tiang pancang, dengan rencana pembangunan trestle untuk kapal 7000 DWT maka tiang pancang dengan diameter 40 cm yang dipancangkan pada kedalaman -14 m dan maksimum -20 meter dari dasar laut sudah cukup efisien. Kata Kunci : Cirebon, Kapasitas Tiang Pancang, Marine Center PPPGL A geotechnical drilling, especially within the area where has a cohesive sediment is very fascinating, it is not only in term of the drilling technique but also analyze the drilling result and the application. In general, a cohesive sedimen in waters area is saturated therefore the determination of dimension of a basement structure being a special attention to determine a dimension of basement structure in term of planning an infrastructure development. Based on dimension alternative and the depth of the piling, with trestle planning for 7000 DWT vessel, the pile with 40 cm of diameter could be efficient in depth between -14 m and -20 m from sea floor. Keywords : Cirebon, Pile Capacity, Marine Center PPPG

    DESAIN KAPASITAS TIANG PANCANG BULAT UNTUK LAPISAN SEDIMEN KOHESIF PADA RENCANA AS JETTY MARINE CENTER, CIREBON-JAWA BARAT

    Get PDF
    Pemboran geoteknik pada daerah perairan dengan lapis sedimen yang bersifat kohesif merupakan hal yang cukup menarik, tidak saja dari segi teknis pelaksanaan pemboran namun juga dalam tahapan selanjutnya yaitu analisis hasil pemboran dan aplikasi desain yang dibuat. Lapisan sedimen kohesif pada perairan yang umumnya berada dalam kondisi jenuh perlu mendapatkan pertimbangan khusus untuk menentukan dimensi dari aplikasi struktur bagian bawah pada rencana pengembangan infrastruktur yang sedang dibuat. Berdasarkan alternatif dimensi dan rencana peletakan tiang pancang, dengan rencana pembangunan trestle untuk kapal 7000 DWT maka tiang pancang dengan diameter 40 cm yang dipancangkan pada kedalaman -14 m dan maksimum -20 meter dari dasar laut sudah cukup efisien. Kata Kunci : Cirebon, Kapasitas Tiang Pancang, Marine Center PPPGL A geotechnical drilling, especially within the area where has a cohesive sediment is very fascinating, it is not only in term of the drilling technique but also analyze the drilling result and the application. In general, a cohesive sedimen in waters area is saturated therefore the determination of dimension of a basement structure being a special attention to determine a dimension of basement structure in term of planning an infrastructure development. Based on dimension alternative and the depth of the piling, with trestle planning for 7000 DWT vessel, the pile with 40 cm of diameter could be efficient in depth between -14 m and -20 m from sea floor. Keywords : Cirebon, Pile Capacity, Marine Center PPPG

    Model Penurunan Sedimen Permukaan Dasar Laut pada Dasar Rencana Pemecah Gelombang di Teluk Pancamayabanyuwangi - Jawa Timur

    Full text link
    Demi menghasilkan pemecah gelombang yang aman, maka perlu dilakukan analisis geologi dan geoteknik kelautan. Analisis ini akan memberikan informasi tentang kondisi fisik sedimen laut yang mengalami suatu Perubahan pembebanan akibat adanya infrastruktur kelautan. Berdasarkan hasil analisis Plaxis versi 8, maka dapat diketahui bahwa besarnya nilai total deformasi yang disebabkan oleh beban struktur setinggi 8 meter dan gaya arus sebesar 1 kN/m2 adalah sebesar 72,77*10-3 m. Lapis sedimen sekitar badan dan kaki pemecah gelombang memiliki nilai deformasi ekstrem yang lebih merata sedangkan nilai ekstrem deformasi terjadi pada tengah struktur di kedalaman -5,50 meter. Kata Kunci : pemecah gelombang, perangkat lunak Plaxis versi 8, deformasi ekstrem, Pancamaya Banyuwangi Marine geology and geotechnical analyses are indeed important in order to get a safe breakwater design. To build a safe infrastructure, these analyses would produce a model to describe the displacement condition of marine sedimen. Applying 8 meters height of breakwater and 1 kN/m2 current, the Plaxis software v.8 gave a result 72,77*10-3 m of total deformation. In addition, an extreme deformation occurred in the middle of -5,50 meters breakwater, while equilibrium deformation occurred around areas between toe and breakwater body. Keywords : breakwater, Plaxis software v.8, extreme deformation, Pancamaya Banyuwang
    corecore