5 research outputs found

    Identifikasi asam amino protein SHP yang berperan dalam terminasi signaling protein Signal Transducers and Avtivators of Transcription (STAT)

    Get PDF
    Growth hormone diketahui mengaktifkan STAT I, 3, 5A dan 58. Aktifnya protein STAT akan mempengaruhi pola ekspresi dari gen target. Untuk mengakiri signaling protein STAT yang diaktifkan GH temyata diperlukan suatu protein fosfatase SHP-I dan SHP-2. Dua fosfatase tersebut sangat berperan sebagai regulator negatif signaling yang diaktifkan GH. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berat molekul protein SHP 2 sebagai dasar untuk mengetahui susunan asam amino protein fosfatase SHP pada ayam pedaging yang sedang mengalami pertumbuhan akibat meningkatnya growth hormone (GH). Ayam dipelihara dalam kandang mulai umur 1-21 hari, ayam mendapat pakan dua kali sehari yaitu pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB dengan jumlah 10 % lebih kecil dari standar. Pada umur 21 hari ayam dipotong untuk diambil sampelnya berupa jaringan hepar untuk dilakukan pemeriksaan sebagai berikut (l) Isolasi protein fosfatase SHP-2 dari jaringan hepar ayam pedaging, (2) Analisis protein fosfatase SHP-2 darijaringan hepar ayam pedaging dengan menggunakan metode SDS-PAGE (sodium dudecyl sulpha! polyacrylamide gel electrophoreses), (3) Identifikasi berat molekul protein fosfatase SHP-2 dengan metode blotting yaitu teknik Western Blot dengan menggunakan protein yang diuraikan secara elekJrophoreses dari gelpolyacrylamide

    Identifikasi asam amino protein SHP yang berperan dalam terminasi signaling protein Signal Transducers and Avtivators of Transcription (STAT)

    Get PDF
    Growth hormone diketahui mengaktifkan STAT I, 3, 5A dan 58. Aktifnya protein STAT akan mempengaruhi pola ekspresi dari gen target. Untuk mengakiri signaling protein STAT yang diaktifkan GH temyata diperlukan suatu protein fosfatase SHP-I dan SHP-2. Dua fosfatase tersebut sangat berperan sebagai regulator negatif signaling yang diaktifkan GH. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berat molekul protein SHP 2 sebagai dasar untuk mengetahui susunan asam amino protein fosfatase SHP pada ayam pedaging yang sedang mengalami pertumbuhan akibat meningkatnya growth hormone (GH). Ayam dipelihara dalam kandang mulai umur 1-21 hari, ayam mendapat pakan dua kali sehari yaitu pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB dengan jumlah 10 % lebih kecil dari standar. Pada umur 21 hari ayam dipotong untuk diambil sampelnya berupa jaringan hepar untuk dilakukan pemeriksaan sebagai berikut (l) Isolasi protein fosfatase SHP-2 dari jaringan hepar ayam pedaging, (2) Analisis protein fosfatase SHP-2 darijaringan hepar ayam pedaging dengan menggunakan metode SDS-PAGE (sodium dudecyl sulpha! polyacrylamide gel electrophoreses), (3) Identifikasi berat molekul protein fosfatase SHP-2 dengan metode blotting yaitu teknik Western Blot dengan menggunakan protein yang diuraikan secara elekJrophoreses dari gelpolyacrylamide

    PERAN FISIOLOGIS PEMBATASAN PAKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAGING AYAM PEDAGING

    Get PDF
    Kebutuhan bahan makanan asal hewan baik yang berasal dari daging maupun telur ayam ras semakin meningkat. Hal ini karena pemenuhan gizi, khususnya protein hewani, juga semakin meningkat. Salah satu upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani adalah melalui peternakan unggas, karena ternak unggas mempunyai keunggulan komparatif dibanding dengan ternak lainnya. Namun kenyataan yang ada hasil ternak unggas terutama daging masih berkualitas rendah. Bila dilihat hubungan antara sekresi growth hormone (GH) dengan pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan ada kemungkinan untuk menghasilkan daging yang berkadar lemak rendah dan berkadar protein tinggi. Pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan yang tepat diharapkan terjadi peningkatan sekresi GH sehingga akan diikuti peningkatan efek metabolik pada seluruh jaringan tubuh. Efek metabolik GH meliputi peningkatan kecepatan sintesis protein di seluruh tubuh, peningkatan pangangkutan asam lemak dari jaringan lemak, peningkatan penggunaan asam lemak sebagai sumber energi dan menghemat karbohidrat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan secara fisiologis di bidang perunggasan dapat meningkatkan kualitas daging ayam pedaging. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan hewan coba ayam pedaging jantan galur Lohman (MB 202 P) sebanyak 48 ekor. Dua jenis perlakuan yang diberikan adalah (1) jumlah pemberian pakan yang terdiri dari dua variasi yaitu jumlah pakan standar (J1) dan jumlah pakan 10 % di bawah jumlah standar (J2) (2) waktu pemberian pakan yang terdiri dari tiga variasi yaitu waktu pemberian pakan satu kali sehari (W1), waktu pemberian pakan dua kali sehari (W2) dan waktu pemberian pakan tiga kaii sehari (W3). Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 8 kali sehingga pola faktorial dapat digambarkan dengan (2 x 3) x 8. Perlakuan diberikan selama 20 hari mulai umur 15 - 34 hari. Pada akhir penelitian yaitu hari ke 35 pukul 06.00 WIB sampel darah diambil dari vena brachialis sebanyak 5 cc untuk pemeriksaan kadar GH dengan Elisa kemudian ayam dipotong untuk diambil sampel daging paha, dada dan punggung masing-rnasing 5 g untuk pemeriksaan kadar lemak dengan metode Soxhiet dan protein dengan metode Marcam steel. Data penelitian kemudian dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan bila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95 %. Analisis menggunakan program komputer SPSS 10,0 for windows. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembatasan waktu pemberian pakan W2 meningkatkan kadar GH dan protein daging serta menurunkan persentase kadar lemak daging secara nyata (p < 0,05). Pembatasan jumlah pemberian pakan J2 meningkatkan kadar GH dan protein daging serta menurunkan kadar lemak daging secara nyata (p < 0,05). Kombinasi pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan W2J2 menyebabkan peningkatan kadar GH yang berbeda nyata ( p < 0,05) dengan perlakuan lain. Perlakuan W2J2 menyebabkan sekresi GH yang paling optimal sehingga terjadi peningkatan kadar protein daging dan penurunan kadar lemak daging. Kombinasi pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan W2J2 menimbulkan rangsangan sintesis dan sekresi GH dari sel somatotropes paling kuat diduga karena adanya peningkatan GHRH. Peningkatan GH akan menimbulkan efek metabolik secara tidak langsung dengan meningkatkan IGF-I sehingga terjadi peningkatan sintesis protein otot dan pertumbuhan jaringan extraskeletal seperti otot, sedangkan efek secara langsung adalah meningkatnya penggunaan sumber energi dari lemak melalui proses lipolisis dengan akibat menurunnya lemak daging. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembatasan waktu pemberian pakan dua kali sehari dengan jumlah pakan 10 % di bawah jumlah pakan standar menyebabkan peningkatan sekresi GH sehingga terjadi peningkatan kadar protein daging dan penurunan kadar lemak daging ayam pedaging. Untuk itu disarankan pemberian pakan pada ayam pedaging sebaiknya dua kali sehari dengan jumlah 10 % di bawah jumlah pakan standar agar diperoleh daging berkualitas tinggi

    STUDI PROTEIN SIGNALING STAT (Signal Transducers and Activators of Transcription) PADA AYAM PEDAGING SELAMA MASA PERTUMBUHAN MELALUI TEKNIK BLOTTING

    Get PDF
    Growth hormone mempunyai arti penting dalam mengatur pertumbuhan dan metabolisme tubuh. Efek metabolik GH terjadi bila reseptor GH berasosiasi dengan dan mengaktifkan tirosin kinase. Terikatnya GH dengan reseptornya dapat mengaktifkan Janus Kinase 2 (JAK 2) dan selanjutnya memfosforilasi tirosin dalam kompleks GH-reseptor-JAK 2. Tirosin ini kemudian membentuk tempat ikatan untuk sejumlah protein signaling, seperti signal transducers and activators of transcription (STAT) untuk menimbulkan efek pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan ini mempunyai implikasi dan daya tarik yang besar bagi dunia perunggasan. Tetapi protein signaling STAT dan pola ekspresinya pada ayam pedaging selama massa pertumbuhan sampai saat ini belum diketahui secara jelas. Jadi dengan diketahuinya protein signaling STAT terutama STAT 1 maka dapat menjadi landasan ilmiah produksi bahan bioaktif dalam budidaya dan kultur jaringan. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk mengetahui pola ekspresi protein signaling STAT pada ayam pedaging yang sedang mengalami pertumbuhan akibat meningkatnya growth hormone (GH). Penelitian ini menggunakan ayam pedaging Lohman (MB 202 P) dan PT. Multibreeder Indonesia Tbk berjenis kelamin jantan sebanyak 10 ekor. Ayam di tempatkan dalam kandang baterai dengan kapasitas satu ekor satu kandang dengan mendapat pakan dua kali sehari yaitu pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB dengan jumlah 10 % lebih kecil dari standar. Pada umur 21 han ayam dipotong untuk diambil sampelnya berupa jaringan adiposa, hepar dan otot (m. femoralis dan m. pectoralis) untuk dilakukan pemeriksaan sebagai berikut (1) Isolasi protein signaling STAT 1 dari jaringan adiposa, hepar dan otot (m. femoralis dan m. pectoralis) ayam pedaging, (2) Analisis protein signaling STAT 1 dari jaringan adiposa, hepar dan otot (m. femoralis dan m. pectoralis) ayam pedaging dengan menggunakan metode SDS-PAGE (sodium dudecyl sulphat polyacrylamide gel electrophoreses), (3) Identifikasi protein signaling STAT 1 dengan metode blotting yaitu teknik Western Blot dengan menggunakan protein yang diuraikan secara electrophoreses dari gel polyacrylamide. Hasil pemeriksaan protein jaringan hepar, otot dan jaringan adiposa ayam broiler fase pertumbuhan dengan dot blot menunjukkan bahwa pada jaringan tersebut positif terdapat protein STAT 1. Adanya protein STAT 1 pada jaringan hepar, otot dan adiposa kemudian dilakukan pemeriksaan SDS-PAGE menunjukkan bahwa terdapat pita protein antara marker 97 dengan 84 kDa dengan berat molekul 91 kDa. Pita protein tersebut diduga protein STAT 1 karena berat molekul STAT 1 91 kDa. Untuk membuktikan pita protein yang terbentuk antara marker 97 dengan 84 kDa adaiah protein STAT 1 maka dilakukan pemeriksaan Western blot dengan menggunakan rabbit polyclonal antibody STAT 1. Hasil Western blot menunjukkan bahwa terbentuk pita protein yang berarti bahwa ada reaksi antara antigen (protein STAT 1) dengan antibodi protein STAT 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa protein STAT 1 terdapat pada jaringan hepar, otot dan adiposa dengan berat molekul 91 kDa

    PEMAKAIAN SARANA MULTIMEDIA SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN MATA KULIAH BIOKIMIA VETERINER

    Get PDF
    llmu Biokimia Veteriner ( 3 SKS merupakan mata kuliah dasar yang diberikan pada semester 1 (satu ), terdiri dari mata kuliah ( KHDO11 : 3 SKS ) dan praktikum ( KHDO11P : I SKS ). TIU dari Ilmu Biokimia Veteriner menyebutkan bahwa pada akhir mata kuliah mahasiswa diharapkan dapat menentukan berbagai senyawa penyusun jaringan tubuh dan proses biokimia yang terjadi di dalam tubuh hewan pada kesdaan fisiologis dan patologis. Dalam mata kuliah Biokimia Veteriner banyak membahas reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh mahluk hidup yang disajikan dalam bentuk bagan-bagan atau gambar, sedangkan kegiatan kuliah dilaksanakan dengan metode kuliah klasikal ( ceramah ) dimana jumlah mahasiswa cukup besar ( lebih dari 100 mahasiswa ) serta jam yang terbatas, sehingga sulit bagi mahasiswa untuk memahami materi kuliah Ilmu Biokimia Vetriner. Melihat latar belakang tersebut maka rumusan permasalahan yang diajukan adalah : Apakah pemakaian sarana multimedia sebagai strategi pembelajaran mata kuliah Biokimia Veteriner dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah Biokimia Veteriner? Proses balajar mengajar mata kuliah Ilmu Biokimia Veteriner menggunakan metode ceramah dengan dibantu menggunakan multimedia serta dipadukan dengan tugas makalah kelompok dan diskusi. Kuliah diikuti oleh 113 mahasiswa, dibagi menjadi dua kelas ( kelas A dan kelas B ) diberikan 15 kali tatap muka yang terbagi menjadi dua paket. Pada awal kuliah mahasiswa dijelaskan tentang Garis-garis Besar Program Perkuliahan ( GBPP ), kontrak perkuliahan dan Satuan Acara Perkuliahan ( SAP ). Pada akhir dari masing-masing paket diadakan kapita selekta yaitu kuliah untuk merangkum semua materi pokok bahasan dari tiap-tiap paket, setiap akhir dari pokok bahasan diadakan quis. Tugas makalah dikerjakan secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 10 � 12 mahasiswa dimana topik makalah sudah ditentukan oleh dosen pembimbing dan makalah yang memperoleh nilai terbaik akan dipresentasikan pada akhir setiap paket. Setelah diadakan evaluasi / ujian, maka hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah Biokimia Veteriner dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kualitas yang lebih baik ini dibuktikan dengan meningkatnya rerata kelas dari 48,84 ( pada tahun 2003/2004 ) menjadi 63,63 ( pada tahun 2004/2005 ), peningkatan perolehan nilai AB sebesar 7% dan nilai B sebesar 19%, terjadi penurunan perolehan nilai BC sebesar 17%, nilai C sebesar 1%, nilai D sebesar 3% dan tidak ada mahasiswa yang memperoleh nilai E. Indeks kepuasan mahasiswa terhadap dosen dalam memberi kuliah masuk dalam kategori sangat memuaskan
    corecore