11 research outputs found

    Identifikasi Sumberdaya Kepiting Bakau (Scylla SP.) Yang Didaratkan Di Tpi Kabupaten Tapanuli Tengah

    Full text link
    Salah satu sumberdaya perikanan di wilayah perairan Indonesia adalah kepiting bakau namun informasi mengenai keberadaan kepiting bakau khususnya jenis–jenisnya masih terbatas begitu juga pada wilayah perairan Kabupaten Tapanuli Tengah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan identifikasi jenis morfologi kepiting bakau.Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2011 ini adalah untuk mengetahui jenis dan morfologi kepiting bakau, kelimpahan dan dominasi kepiting bakau, serta mengetahui nilai komersil kepiting bakau di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Sampel yang diteliti adalah kepiting bakau yang didaratkan di 3 (tiga) TPI yaitu Desa Hajoran, Desa Poriaha dan Desa Sijago-jago Kabupaten Tapanuli Tengah. Kepiting yang tertangkap oleh nelayan diidentifikasi dan dilakukan pengukuran morfometrik kemudian menganalisis data yang didapatkan, dan wawancara nelayan untuk mengetahui berat komersil dan kisaran harga kepiting bakau tersebut. Jumlah spesies kepiting bakau yang ditemukan adalah 3 (tiga) spesies yaitu Scylla serrata (63.41%), Scylla olivacea (26.22 %), dan Scylla tranquebarica (10.37 %) dari sampel yang berjumlah 164 individu. Kepiting yang mendominasi adalah Scylla serrata. Kepiting bakau yang biasanya dipasarkan adalah kepiting yang memiliki berat β‰₯250 gram per ekor dengan harga Rp. 35.000/kg

    Hubungan antara Kandungan Nitrat dan Fosfat dengan Kelimpahan Fitoplankton di Sungai Bremi Kabupaten Pekalongan

    Full text link
    Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tergantung pada kandungan zat hara di perairan antara lain nitrat dan fosfat. Konsentrasi nitrat dan fosfat di suatu perairan dipengaruhi oleh kualitas perairan dan buangan limbah yang masuk ke dalam suatu perairan sungai. Sungai Bremi mengalir di sepanjang pemukiman penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai buruh batik. Buangan limbah domestik dan industri tersebut dapat mempengaruhi kandungan nitrat dan fosfat. Kandungan nitrat dan fosfat dapat mempengaruhi keberadaan fitoplankton. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan nitrat dan fosfat, kelimpahan fitoplankton serta hubungan antara nitrat dan fosfat dengan kelimpahan fitoplankton di Sungai Bremi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sampel untuk uji nitrat dan fosfat serta sampel fitoplankton yang berasal dari Sungai Bremi. Metode yang digunakan adalah survei lapangan dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Kegiatan sampling dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval waktu selama 3 minggu. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun yang berbeda. Masing-masing stasiun terdiri dari 3 titik. Pengambilan sampel plankton menggunakan plankton net. Sampel plankton diawetkan menggunakan lugol iodine 1-2 tetes kemudian diidentifikasi di laboratorium. Uji kandungan nitrat dan fosfat dilakukan dengan skala laboratorium. Analisa data dilakukan menggunakan software SPSS 16.Hasil penelitian menunjukkan kandungan nitrat di Sungai Bremi berkisar antara 0,81 mg/l – 0,99 mg/l. Kandungan nitrat tergolong rendah sehingga kurang optimal bagi pertumbuhan fitoplankton. Kandungan fosfat berkisar antara 0,90 mg/l – 1,35 mg/l. Kandungan fosfat tergolong tinggi namun masih dapat ditolerir oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 1324 ind/l – 2444 ind/l. Perolehan nilai r sebesar 0,774 artinya antara kandungan nitrat dan fosfat dengan kelimpahan fitoplankton memiliki hubungan yang erat

    Pengaruh Pengelolaan Kualitas Air Terhadap Tingkat Kelulushidupan Dan Laju Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di PT. Indokor Bangun Desa, YOGYAKARTA

    Full text link
    Adanya pengelolaan kualitas air yang baik dapat menjaga kualitas air agar sesuai dengan baku mutu dan dapat meningkatkan produktivitas tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengelolaan kualitas air pada proses budidaya udang vaname yang di lakukan oleh PT. Indokor dan mengetahui pengaruh pengelolaan kualitas air terhadap laju pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan udang vaname . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2012. Hasil yang diperoleh melalui pengukuran kualitas air pada budidaya intensif adalah kadar oksigen terlarut berkisar antara 3,9 - 7,8 mg/l, kadar karbondioksida bebas berkisar antara 2,6 βˆ’ 5,1 mg/l, nilai pH berkisar antara 6,47 – 7,65, nilai suhu berkisar antara 24 0C βˆ’ 29 0C, nilai kecerahan berkisar antara 20 βˆ’ 39 cm, nilai salinitas berkisar 15 βˆ’ 19 ppt, nilai kandungan nitrit berkisar 0,010 – 0,052 mg/l, dan nilai kandungan amonia berkisar 0,006 – 0,017 mg/l. Kemudian rata-rata nilai laju pertumbuhan udang adalah 0,24 gram/hari dan tingkat kelulushidupan sebesar 84 %. Sedangkan pada budidaya semi intensif di peroleh kadar oksigen terlarut berkisar antara 1,8 – 3,5 mg/l, kadar karbondioksida bebas berkisar antara 4,9 – 6,6 mg/l, nilai pH berkisar antara 5,63 – 6,64, nilai suhu berkisar antara 26 0C βˆ’ 29 0C, nilai kecerahan berkisar antara 15 βˆ’ 39 cm, nilai salinitas berkisar 16 βˆ’ 18 ppt. Kemudian rata-rata nilai laju pertumbuhan udang adalah 0,18 gram/hari dan tingkat kelulushidupan sebesar 75 %. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya pengelolaan kualitas air yang baik pada budidaya intensif di PT. Indokor dapat meningkatkan nilai paramater kualitas air, laju pertumbuhan serta tingkat kelulushidupan udang vaname (Litopenaeus vannamei)

    Distribusi dan Kelimpahan Gastropoda pada Hutan Mangrove Teluk Awur Jepara

    Full text link
    Teluk Awur Jepara merupakan pesisir yang memiliki hutan mangrove yang dijadikan permodelan untuk program rehabilitasi mangrove. Untuk pengelolaan kawasan hutan mangrove secara terpadu perlu diketahui keberadaan biota yang ada di dalamnya. Gastropoda merupakan penghuni tetap hutan mangrove dengan informasi yang masih kurang sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kelimpahan dan distribusi gastropoda di dalam hutan mangrove tersebut. Pengambilan sampel menggunakan 3 buah Line Transect sepanjang 100 m dengan jarak 30 m. Line ditempatkan tegak lurus dengan garis pantai. Pengamatan vegetasi mangrove menggunakan metode transek yang berukuran 10x10 m2 yaitu untuk pengamatan tingkat pohon, 5x5 m2 sebanyak dua buah dan 1x1 m2 sebanyak lima buah untuk pengamatan vegetasi mangrove tingkat pancang dan semai. Pengambilan data sampel gastropoda menggunakan kuadran 1x1 m2 sebanyak lima buah yang ditempatkan secara acak pada kuadran 10x10m2. Jenis gastropoda yang ditemukan di hutan mangrove Teluk Awur Jepara didapat 16 jenis yaitu Cerithidea cingulata, Cerithidea cingulata cingulata, Cerithidea quadrata, Cerithidea obtusa, Litorina carinifera, Littorina angulifera, Littorina scabra, Casidula nucleus, Casidula aurisfelis, Casidula multiflicata, Melampus nuxcastaneus, Melampus coffeus, Telescopium telescopium, Sphaerassiminea miniata, Neritina violacea dan Pythia plicata. Vegetasi mangrove yang paling mendominasi adalah Rhizophora mucronata baik pada tingkat pohon, pancang, dan semai. Jenis gastropoda yang paling melimpah dan mendominasi adalah Cerithidea cingulata dan Casidula nucleus. Cerithidea cingulata lebih mendominasi pada daerah mangrove terbuka sedangkan Casidula nucleus mendominasi pada daerah mangrove tertutup yaitu pada daerah mangrove yang lebih rapat. Distribusi gastropoda pada umumnya mengelompok. Keberadaan gastropoda pada hutan mangrove dipengaruhi oleh vegetasi hutan mangrove

    Hubungan Total Bakteri Dengan Kandungan Bahan Organik Total Di Muara Sungai Babon, Semarang

    Full text link
    Muara merupakan salah satu ekosistem yang yang berada di pesisir, yang merupakan tempat terjadinya siklus dekomposisi unsur-unsur hara. Ketersediaan unsur hara didalam susatu perairan dapat menjadi indikator kesuburan perairan tersebut. Dalam hal ini, unsur hara yang dilihat adalah kandungan bahan organik total di perairan muara kali Babon, Semarang. Zat hara tersebut sangat berperan penting terhadap kelangsungan hidup organisme didalamnya. Bakteri sebagai dekomposer bahan- bahan organik sangat berperan aktif untuk menyediakan zat- zat hara di perairan seperti bahan- bahan organik. Oleh sebab itu, kandungan total bakteri di sebuah perairan terutama dalam penyediaan unsur hara dapat digunakan sebagai indikator kesuburan perairan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2015 dengan tujuan untuk mengetahui total bakteri, kandungan bahan organik total dan hubungan antara total bakteri dan kandungan bahan organik total di perairan muara sungai Babon, Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat deskriptif. Pengambilan sampel air pada penelitian ini dilakukan pada tiga stasiun pengamatan, stasiun satu merupakan bagian akhir dari aliran muara Sungai Babon yang sudah berbatasan langsung dengan laut, stasiun dua merupakan bagian tengan aliran air muara Sungai Babon, dan stasiun tiga merupan bagian awal aliran muara Sungai Babon. Sampel air dianalisis di laboratorium untuk pengukuran total bakteri dan bahan organik total. Selain itu pengukuran yang dilakukan secara in situ adalah pengukuran suhu, kecerahan, arus, derajat keasaman, oksigen terlarut dan salinitas. Total bakteri di perairan muara Sungai Babon, Semarang berkisar antara 120 x 102 koloni/gr hingga 180 x 102 koloni/gr. Kandungan bahan organik total di perairan muara Sungai Babon, Semarang berkisar antara 15,484 mg/l hingga 28,598 mg/l . Total bakteri dengan bahan organik total yang terdapat di perairan muara kali Babon, Semarang memiliki hubungan yang sangat erat dengat tingkat keeratan sebesar 92%. Estuary is one of the important ecosistems located on the coast. Estuary is also site of the decomposition cycle nutrient. The availability of nutriens in the water can be an indicator of water fertility. In this case, the element nutrient which is visible content of Total Organic Matter in Babon River Estuary, Semarang. The nutrients are crucial to survival of organism in there. Bacteria as a decomposers of organic material very active role to provide nutrient substances in the water such as organic materials. Therefore, the total content of bacteria in a water especially in nutrient provider can be used as an indicator of waters fertility. This researh was conducted on February – March 2015 in order to determine the total bacteria, amout of total organic matter and relations between total bacteria and total organic matter in Babon River Estuary, Semarang. The method used in this research is descriptive. Sampling was conducted at Babon River Estuary at three observation stations, station one is the final part of Babon River Estuarine stream which is directly adjacent to the sea, station two is a central part of Babon River Estuarine stream, station three is the first part of Babon River Estuarine stream. Sample of waters was analized in the laboratory for measurement of total bacteria and total organic matter. In addition, measurements are made in situ measurements of temperature, brightness, flow, waters acidity, total oxygen and salinity. Total bacteria in Babon River Estuarine waters, Semarang ranging from 120 x 102 koloni/gr up to 180 x 102 koloni/gr. Content of total organic matter in Babon River Estuarine waters, Semarang ranging between 15,484 mg/l up to 28,598 mg/l. Total bacteria and content of total organic matter in Babon River Estuarine waters, semarang has a very close relation

    Kajian Tentang Fitoplankton Yang Berpotensi Sebagai Habs (Harmful Algal Blooms) Di Muara Sungai Plumbon, Semarang

    Full text link
    Muara sungai Plumbon terletak di wilayah kelurahan Mangkang Kulon, kota Semarang. Muara sungai Plumbon digunakan sebagai jalur lalu lintas kapal nelayan untuk menangkap ikan di laut. Selain itu, sungai Plumbon diduga sebagai tempat pembuangan limbah dari industri tradisional dan pemukiman penduduk di sekitar aliran sungai. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelimpahan fitoplankton di muara sungai Plumbon dan untuk mengidentifikasi jenis fitoplankton yang berpotensi sebagai HABs (Harmful Algal Blooms) di muara sungai Plumbon. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dan metode dalam pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Terdapat tiga stasiun pada penelitian ini, setiap stasiun dilakukan tiga kali pengulangan pengambilan sampel.Total genus yang ditemukan selama penelitian adalah sebanyak 39 genus. Kelimpahan total fitoplankton pada stasiun satu adalah 3.766 ind/L, pada stasiun dua sebanyak 4.612 ind/L dan pada stasiun tiga sebanyak 4.800 ind/L. Fitoplankton penyebab HABs (Harmful Algal Blooms) yang ditemukan di lokasi penelitian terdapat lima genus dari kelas Baccilariophyceae, yaitu Pseudonitzschia, Nitzschia, Skeletonema, Chaetoceros, dan Thallassiosira. The estuary of Plumbon river is located in Mangkang Kulon, Semarang city. The estuary of Plumbon river is used as a traffic lane of fishing vessels to catch fish in the sea. In addition, the Plumbon river suspected as waste disposal sites of traditional industries and residential areas around the river. The purpose of this study was to determine the abundance of phytoplankton in the estuary of the Plumbon river and to identify the type of phytoplankton that is potentially as HABs (Harmful Algal Blooms) in estuary of Plumbon river. The method used in this research is descriptive method and the method of sampling using purposive sampling method. There are three stations in this study, where each station is performed three repetitions. Phytoplankton that found during the study consisted of four classes, namely Baccilariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, and Euglenaphyceae. Total genus were found during research in station one are as much as 39 genera. Total abundance of phytoplankton at the first station was 3766 ind/L, at station two as many as 4612 ind/L and at station three as many as 4800 ind/L. Phytoplankton causing HABs (Harmful Algal Blooms) which is found in the study site are five genera of Baccilariophyceae classes, namely Pseudonitzschia, Nitzschia, Skeletonema, Chaetoceros, and Thallassiosira

    Analisis Hubungan Bahan Organik Dengan Total Bakteri Pada Tambak Udang Intensif Sistem Semibioflok Di Bbpbap Jepara

    Full text link
    Bioflok merupakan salah satu teknologi yang mampu mengatasi permasalahan limbah akuakultur, sebab dengan penambahan materi heterotrof mampu mengubah nitrogen anorganik yang berasal dari feses maupun sisa pakan menjadi protein sel tunggal yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ikan atau udang. Penguraian bahan organik oleh bakteri menjadi sangat komplek di perairan, mengingat banyak faktor lingkungan yang berperan. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang analisis pengaruh bahan organik terhadap total bakteri di tambak dengan melihat hubungan dan pengaruh dari faktor lingkungan terhadap total bakteri. Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui hubungan bahan organik dengan total bakteri pada tambak udang intensif sistem semibioflok. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2014. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air yang berasal dari tambak intensif di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deksripsi tentang suatu keadaan. Metode pengambilan sampel yaitu metode purposive sampling dimana teknik pengambilan sampel mempunyai pertimbangan tertentu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, kandungan bahan organik pada tambak udang intensif sistem semibioflok yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 41,14 – 162,45 mg/l. Jumlah total bakteri pada tambak udang intensif sistem semibioflok yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 2,0 x103 _ 2,4 x105 (CFU/ml). Berdasarkan hasil Uji Pearson correlation bahwa hubungan bahan organik dengan total bakteri pada tambak udang intensif sistem semibioflok menunjukkan arah korelasi yang linier positif yaitu semakin besar nilai bahan organik semakin besar juga nilai total bakterinya. Biofloc is one technology that can overcome the aquatics waste, for with the addition of heterotrophic material are capable of changing inorganic nitrogen derived from feces and the remaining feed into a protein single cell be used as a source of feed for fishes or shrimps. Decomposition of organic matter by bacteria become very complex, in the waters bearing numerous environmental factors play. With respect to the matters in this study will be carried out research on the analysis of the influence of organic material to the total bacteria in pond by viewing the relationships and the influence of environmental factors to the total bacteria. The purpose of this research, to know relations organic matter with total bacteria on intensive shrimps with semibiofloc system. This research conducted in february until april 2014. Material that was used in this research is a sample of water originating from intensive aquculture in Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. The methods used in this research was descriptive method which was done with the main objective to create an overview or description of a situation. Method of sample collection was purposive sampling techniques where the sample have certain consideration. The result of this research shows that, any organic matter at intensive shrimps with semibiofloc system obtained in this research are generally between 41,14 – 162,45 mg/l. Total bacteria at intensive shrimps with semibiofloc system obtained in this research are generally between 2,0 x103 _ 2,4 x105 (CFU/ml). Based on the results of the test pearson correlation that relationship organic matter with a total bacteria at intensive shrimp with semibioflok system indicates the direction that was linear positive correlation was increasingly large values of organic matter the more the total value of the bacteria
    corecore