4 research outputs found

    PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR BERMAIN TEATER GERAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING DI SANGGAR SENI SEMARA ART DESA CEMAGI, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG

    Get PDF
    Penelitian ini membahas tentang proses pembelajaran teknik dasar bermain teater gerak melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning di Sanggar Seni Semara art, Desa cemagi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Teater gerak merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Kajian penelitian ini mengenai proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan faktor penghambat, serta faktor pendukung pembelajaran teknik dasar bermain teater gerak tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan faktor penghambat, serta faktor pendukung pembelajaran melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning di Sanggar Seni Semara Art, Desa cemagi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Kajian tentang proses pembelajaran proses pembelajaran teknik dasar bermain teater gerak melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning ini menggunakan empat teori: teori belajar dan pembelajaran, teori hasil belajar, teori faktorfaktor yang mempengaruhi belajar serta teori estetika. Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualiatif. Untuk pengumpulan data dengan metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi, dan metode studi kepustakaan, serta menggunakan metode analisis data secara analisis deskriptif. Hasil penelitian ini bahwa proses pembelajaran ini berlangsung dalam beberapa tahap meliputi, persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), dan penampilan hasil (performance). Hasil belajar peserta didik dinilai melalui 3 aspek yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), serta psikomotorik (keterampilan). Dalam proses belajar mengajar pada proses pembelajaran ini, terdapat pula beberapa faktor yang menghambat dan mendukung yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Kata Kunci: pembelajaran, teknik dasar, teater gerak,, hasil pembelajaran, faktor penghambat, pendukun

    The Invisible Mirror Siwaratrikalpa : Balinese Literature In Performance Sastra Bali Dalam Seni Pertunjukan

    No full text
    According to Ida Pedanda Ketut Kencana Singarsa the world's troubles can all be traced to the human flaw of forgetting. "Insideneach of us, there is memory and there is forgetfulness," says the octogenarian Hindu priest, peering through his thick glasses at the faded inscriptions on a palm leaf manuscript, known in Bali as a lontar. "When we forget our relationship to the divine nature of what is unseen, we have problems. Translating lontars can help us to remember the importance of the invisible world in solving our problems. If you want to see a reflection of the human body, look in a mirror. If you want to see a reflection of the human mind, look at a lontar" this book is an attempt to follow Ida Pedanda's advice and look at literature as a mirror of the Balinese soul, an invisible mirrir that reflects the truth of the invisible world or 'niskala.' An important example of Balinese sastra literature is "Siwaratrikalpa," a poem that tells the story of Lubdaka, a hunter who unwittingly atones for his lifetime of killing animals by staying awake all night in a forest on the scared night of Siwa (Siwaratri). He climbs a Bila tree to avoid being attacked by wild beasts and plucks leaves to keep himself from sleeping and falling out of the tree. Years later, when Lubdaka dies, the armiws of hell and heaven battle over the hunter's soul, but ultimately his unconscious enactment of Siwa's ritual wins him a place in heaven. This book includes three versions of the Lubdaka story. The first is a condensation of the narrative's essential meaning as interpreted by a high Hindu priest, Ida Pedanda Ketut Kencana Singarsa. The second version of the story comes from a storyteller (I Ketut Jagra) whose improvised narrative in the tradition Balinese 'satua' was broadcast on Radio Republik Indonesia (RRI). The third retelling of the Lubdaka story takes the from af a wayang shadow puppet play that was performed in Denpasar's Puputan field by three dalang puppet master, I Ketut Kodi (ebs) Most Balinese children hear the story of Lubdaka in elementary school, but it is also encountered in other forms, like babaosan chanting in religious ceremonies or wayang shadow puppet play. In all its variations Lubdaka's encounter with the invisible worlds of heaven and hell is recounted as a cautionary tale to remind the readers, listeners, a spectators that their fate also depends on their relationship with what cannot be seen

    PROSIDING SEMINAR SENI PERTUNJUKAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

    Get PDF
    Seminar dan prosiding kali ini tidak hanya menghasilkan konsep, metode, model yang memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni pertunjukan, tetapi satu hal yang tampak spesial dan prestisius adalah buat pertama kalinya dipresentasikan Teori Cipta Seni berbasis kearifan budaya nusantara dan kosmologi wayang. Dalam teori ini puluhan-puluhan konsep bersinergi membentuk satu sistem ide terorganisir yang dapat menjelaskan gejala / fenomena, keterkaitan aneka variable cipta seni secara mendalam dan komprehensif. Variable-variable cipta seni yang dimaksud mulai dari sumber penciptaannya (berkembang dari unsur mata pencaharian), sastranya (dari unsur budaya pengetahuan), komposisi (dari unsur organisasi sosial), produk (dari unsur teknologi), fungsi (dari unsur ekonomi), makna (dari unsur spiritual), dedikasi (dari unsur kesehatan), eksistensi (dari unsur seni), hingga ilmu dan nilai cipta seninya (dari unsur budaya pendidikan). Atas interelasi nyata di antara konsep-konsepnya, teori Cipta Seni ini bisa digunakan oleh pencipta dan pengkaji seni dalam karya tulisnya sebagai fondasi untuk membangun prediksi/hipotesis dan sebagai kerangka dasar menyusun-kembangkan analisis, baik sebagian ataupun seluruhnya. Mengingat hakikat seni memang lebih imaginatif dari pada logis, maka Teori Cipta Seni ini berbasis kosmologi metafisik, meskipun struktur konfigurasi dan sifat-sifat vi keindahan ilahi yang tersebar harmonis di sekitar inti kosmologi persis menyerupai cara fisikawan melukiskan delapan orbit elektron yang selalu bergerak di sekitar nucleus Atom. Penggambaran atribut Bhatara Guru sama dengan partikel Atom yang mengejawantah di segala lini. Proton dan neutron yang selalu nempel pada inti Atom persis merepresentasikan ilmu dan nilai cipta seni yang selalu nempel pada sentral kosmologi. Akhirnya editor mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan, Panitia, dua puluh satu presenter, beserta ratusan peserta seminar atas kerjasama yang baik. Berbagai kritik dan saran bagi peningkatan kwalitas karya akademik ini sangat diapresiasi dan mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Semoga prosiding ini ada gunanya
    corecore