6 research outputs found

    Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna

    Get PDF
    Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna disajikan ke dalam bentuk tari kelompok yang ditarikan oleh tujuh orang penari putri, yang bertemakan perputaran hidup, karena bunga ratna juga melalui suatu proses dalam kehidupannya sebagai tumbuhan. Garapan tari Kembang Ratna menampilkan wujud dan karakter bunga ratna. Karakter dari bunga ratna yang agung, sederhana, dan indah. Sedangkan wujud bunga ratna, yaitu bunga ratna memiliki bentuk yang kecil, namun dapat tumbuh subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Durasi yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah kurang lebih 12 menit, dengan struktur garapan terdiri dari 6 bagian, yang diharapkan mampu menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat terwujud karya seni yang berkualitas. Tempat Pertunjukan Ujian Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar diadakan di stage prosenium, gedung Natya Mandala, ISI Denpasar. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dipentaskan pada tanggal 26 Mei 2010. Penataan pola lantai biasanya disesuaikan dengan keadaan stage yang berbentuk prosenium tersebut, dan penikmat karya seni hanya dapat menyaksikan pertunjukan dari arah depan saja. Suasana yang ditampilkan pada garapan Kembang Ratna didukung dengan tata lampu (lighting), serta penggunaan layar yang memang sesuai dengan kostum dan kebutuhan garapan. Berikut adalah gambar stage prosenium gedung Natya Mandala, ISI Denpasar, yang dilengkapi dengan pembagian ruang lantai dan arah hadap penari. Kostum/Tata Busana Kostum atau tata busana merupakan salah satu bagian penting dalam penyajian sebuah garapan tari sebagai elemen pendukung tari, karena melalui kostum penikmat dapat menangkap kesan perwatakan dan karakter yang dibawakan sehingga penikmatnya dapat membedakan setiap garapan tari yang ditampilkan. Sebagai wahana intrinsik, penataan kostum atau tata busana dapat mempengaruhi nilai artistik suatu karya seni yang menunjang keberhasilan suatu pementasan. Maka dari itu, perlu dipikirkan mengenai pemilihan warna, dan desain kostum yang harus disesuaikan dengan tema, ide, konsep garapan, maupun efek tata lampu (lighting). Penataan kostum tari kreasi Palegongan Kembang Ratna menggunakan ciri kostum tari Legong yang telah ada. Pengembangan dalam kostum garapan disesuaikan dengan ide, konsep dan kebutuhan garapan dengan masih mempertahankan penggunaan gelungan, bancangan, sesimping, lamak, dan properti kipas. Kostum garapan tari Kembang Ratna menggunakan konsep minimalis dengan didesain sesederhana mungkin tanpa menggunakan banyak aksen prada dan menggunakan perpaduan warna putih susu, ungu, serta hijau yang disesuaikan dengan efek lampu agar tidak terkesan glamour. Penggunaan warna ini didasarkan atas dua macam warna bunga ratna asli, yaitu bunga ratna berwarna ungu, dan bunga ratna berwarna putih, sedangkan warna hijau dapat dikatakan sebagai pemanis. Adapun kostum yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah sebagai berikut : Hiasan Kepala - Gelungan yang sudah jadi dan terbuat dari kulit, terdiri dari krun, petitis, dan prakapat. - Bancangan dua buah dengan kombinasi bunga kamboja imitasi dan tiruan bunga ratna - Subeng Hiasan Badan - Kain prada berwarna putih susu dengan tepi berwarna ungu - Baju lengan Âľ berwarna putih susu dengan tepi berwarna ungu - Angkin dengan kombinasi warna putih susu dengan ungu - Lamak kain berwarna hijau, dan ungu berisi hiasan tiruan bunga ratna - Sesimping kain berwarna ungu dengan tepi emas berisi glenter tiruan ratna - Ampok-ampok dari bahan kulit dengan kain berlapis pada bagian samping berwarna ungu dan hijau, yang berisi hiasan bunga ratna - Tutup dada berwarna ungu dengan hiasan emas - Gelang kana berwarna ungu dengan hiasan kulit. Tata Rias Wajah Tata rias dalam sebuah garapan tari selalu disesuaikan dengan peran dan karakter tari yang dibawakan. Tata rias wajah bertujuan untuk mempertegas dan memperkuat ekspresi wajah dari para penari. Tata rias yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah tata rias panggung putri halus, seperti tari Legong pada umumnya karena tidak ada penonjolan karakter tokoh. Adapun perlengkapan yang digunakan dalam tata rias garapan Kembang Ratna adalah menggunakan make up modern sebagai berikut : - Milk cleansing Viva : untuk membersihkan wajah. - Face tonic Viva : untuk menyegarkan wajah. - Alas bedak padat berwarna coklat : untuk foundation wajah sehingga pori-pori wajah tertutupi dan bedak tabur dapat melekat dengan baik. - Bedak tabur Viva : digunakan setelah alas bedak untuk menutupi kekurangan-kekurangan pada wajah. - Pensil alis ranee : untuk menyempurnakan bentuk alis, mempertegas alis, dan digunakan untuk membuat caling kidang (hiasan di cambang) serta srinata (hiasan di dahi). - Eye shadow ranee dan rivera : digunakan pada hidung (berwarna coklat dan putih) untuk mempertegas garis hidung, digunakan pada kelopak mata (berwarna kuning, merah dan biru) untuk memberi aksen pada mata sehingga mata kelihatan lebih hidup. - Air linier cair rubotan : untuk mempertegas alis, dan digunakan pada garis mata atas dan bawah agar kelihatan lebih tajam. - Merah pipi daisy : untuk menutupi ketidaksempurnaan bentuk wajah. - Lipstik ranee : untuk membuat bibir terlihat lebih cantik dan mencegah kekeringan pada bibir. - Bulu mata palsu : agar bulu mata terlihat lebih jelas. Properti Properti yang digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah kipas, yang telah menjadi identitas dari tari Legong pada umumnya. Dalam mendukung garapan, kipas memiliki peranan yang penting sebagai properti dan bagian dari tari. Penggunaan kipas dapat mendukung suasana dan ekspresi gerak yang ingin ditampilkan. Kipas yang digunakan dalam garapan tari Kembang Ratna terbuat dari kain dengan kombinasi warna ungu, putih, dan hijau yang divariasikan bentuknya, dan dihiasi dengan prada. Musik Iringan Tari Musik merupakan partner tari yang berperan sebagai penegas suasana, gerak, dan penggugah rangsangan estetis bagi penari. Demikian halnya dengan garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. Musik iringan yang digunakan dalam garapan tari ini adalah gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu. Alasan pemilihan gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu adalah gamelan Semar Pegulingan ini memiliki 7 patutan atau patet yang berbeda, yaitu patet Selisir, patet Tembung, patet Sunaren, patet Lebeng, dan patet Baro. Kelima patet dimanfaatkan untuk pencapaian nuansa yang berbeda dari karakter oktafnya. Penentuan nada tergantung dari pengolahan nada-nadanya, yang memiliki karakter masing-masing secara konvensional. Musik iringan tari ini pada bagian tertentu diisi alunan vokal yang bertujuan mempertegas suasana yang ingin disampaikan melalui garapan tari Kembang Ratna. Pendukung musik iringan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah Sekaa Gong Nataraja, Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud. Sedangkan penata iringannya adalah Dewa Alit. Adapun perangkat gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu yang digunakan, terdiri dari : - Satu pasang kendang krumpung (kendang lanang dan wadon), berfungsi sebagai penguasa irama, penghubung bagian-bagian gending, membuat angsel-angsel dan mengendalikan lampah gending. - Empat tungguh gangsa pemade, berfungsi sebagai pembuat jalinan dan ubit-ubitan. - Empat tungguh gangsa kantilan, berfungsi sebagai pembuat jalinan dan ubit-ubitan. - Dua tungguh jegogan, berfungsi untuk memperjelas tekanan-tekanan gending. - Dua tungguh jublag, berfungsi untuk menjalankan patron-patron gending. - Satu buah kajar Palegongan, berfungsi untuk mengendalikan jalannya lagu dan sebagai mat yang tetap berulang ulang terutama pada bagian lagu yang cepat bersama dengan instrumen kendang. - Satu pangkon ceng-ceng ricik, berfungsi bersama kendang dalam mengendalikan dan membuat angsel-angsel dan variasi gending-gending. - Enam buah suling, berfungsi sebagai penghias, pemanis gending dan untuk transisi. - Satu buah kemong, berfungsi untuk mematok ruas-ruas lagu. - Satu buah klenang, berfungsi untuk mematok ruas-ruas lagu. - Satu tungguh gong, berfungsi sebagai finalis dan semi finalis gending. - Satu tungguh kempur, berfungsi untuk mematok ruas-ruas lagu seperti pada bagian pengawak gending pada gending-gending lelambatan

    Wujud Garapan Kembang Ratna

    Get PDF
    Wujud merupakan salah satu bagian dari tiga elemen karya seni (wujud, isi/bobot, dan penampilan), serta menjadi elemen dasar yang terkandung dalam karya seni. Wujud adalah sesuatu yang dapat secara nyata dipersepsikan melalui mata atau telinga atau secara abstrak yang dapat dibayangkan atau dikhayalkan. Deskripsi Garapan Kembang Ratna merupakan sebuah garapan tari kreasi Palegongan yang tidak menggunakan pakem-pakem tari Legong, namun terinspirasi pada gerakan-gerakan luwes dari Legong klasik, dan dikembangkan sesuai kebutuhan garapan. Garapan Kembang Ratna tidak memuat dan mengangkat unsur cerita di dalamnya, tetapi menampilkan wujud serta karakter bunga ratna. Seperti yang diketahui, karakter dari bunga ratna, yaitu agung, sederhana, dan indah. Sedangkan wujud bunga ratna, yaitu bunga ratna memiliki bentuk yang kecil, namun dapat hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Ide garapan terinspirasi saat penata melihat setangkai bunga ratna yang dipasangkan di setiap bangunan suci (pelinggih) pada waktu diselenggarakannya upacara keagamaan

    ANALISA MATERI GARAPAN KEMBANG RATNA

    Get PDF
    Karya tari kreasi Palegongan Kembang Ratna memiliki elemen penting sebagai materi pokok yang patut dianalisa, yaitu gerak, karena dalam penampilannya gerak tersebut yang menjadi media ungkapnya sehingga mudah dicerna oleh penikmatnya. Perbendaharaan gerak pada tari kreasi Palegongan Kembang Ratna sudah terdapat pengembangan sesuai kebutuhan garapan sebagai hasil adanya rangsangan kreatif yang muncul dari dalam diri penata. Perbendaharaan gerak dalam garapan ini diharapkan dapat menjadi satu kesatuan yang utuh agar garapan dapat terlihat menarik. Adapun pengembangan gerak terdapat pada gerak murni, yaitu gerak tari yang mempunyai bentuk artistik dan tidak mengandung arti. Gerak murni dalam garapan ini dominan dapat dilihat pada bagian pengawit, pengawak, serta pekaad, seperti gerakan ngukel, ngotag, ngelo, dan miles. Sedangkan gerak maknawi, yang merupakan gerakan yang sudah diolah menjadi bentuk artistik dan mengandung arti, dominan dapat dilihat pada bagian pepeson, pengecet, dan pengetog. Beberapa motif gerak maknawi yang digunakan pada garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah sebagai berikut : Gerak yang menggambarkan keagungan bunga ratna Nabdab gelung : gerakan tangan seperti memperbaiki gelungan (posisi satu tangan menyentuh gelungan), yang didukung dengan ekspresi mata dibuka dan tersenyum (manis rengu).[1] Agem ratna : sikap pokok yang digunakan pada garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna yaitu posisi kaki seperti agem kanan pada umumnya, posisi tangan kiri ngelung ke atas sejajar dengan kepala, posisi tangan kanan mahpah biu dengan kipas menghadap atas. Gerak yang menggambarkan keindahan bunga ratna Ngembang tangan : gerakan tangan yang diawali dengan posisi tangan ngiluk di depan dada, kemudian tangan diputar silih berganti diikuti dengan kaki melangkah ke depan. Hempas tangan mengalun ke atas : gerakan tangan yang diawali dengan posisi tangan di bahu kemudian dihempaskan ke atas. Gerak yang menggambarkan kelayuan dan kerapuhan bunga ratna a. Gerakan kenser sambil berputar ke kanan dengan posisi kipas ngiluk naik turun. b. Gerakan matimpuh, diikuti liukan badan dan agem mentang tangan bawah dengan ekspresi sedih. c. Gerakan bangun silih berganti dengan kipas ngeliput dan ngiluk (ruang gerak agak tertutup). Gerakan-gerakan di atas menunjukkan adanya pengembangan dari gerak-gerak tari Legong yang telah ada, dan disesuaikan dengan kebutuhan garapan. Perbendaharaan gerak ini juga didukung dengan desain koreografi untuk dapat mewujudkan keutuhan dalam garapan. Desain Koreografi Mewujudkan suatu garapan tari yang berkualitas, tidak hanya menggunakan dan memikirkan gerakan, namun juga perlu dipikirkan mengenai desain koreografi yang digunakan. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna termasuk dalam komposisi tari kelompok, dengan fondasi pokoknya yaitu desain lantai.[2] Adapun motif-motif desain yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah sebagai berikut : Desain serempak (unison) Desain serempak atau unison merupakan desain yang mengutamakan kekompakan, kebersamaan atau keseragaman. Desain ini dipergunakan pada setiap bagian dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. Desain bergantian (canon) Desain bergantian atau canon merupakan desain yang dilakukan secara bergantian antara penari satu dengan penari lain secara susul-menyusul. Desain ini ada pada setiap bagian dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. Desain terpecah (broken) Desain terpecah atau broken merupakan desain yang memberikan kesan ketidakberaturan. Desain ini digunakan pada bagian pengecet. Desain berimbang (balanced) Desain yang membagi penari menjadi dua kelompok yang simetris, dengan motif dan daerah yang berimbang. Desain ini dilakukan pada bagian pengawak. Analisa Estetis Keindahan merupakan sesuatu hal yang membuat seseorang menjadi senang, enak dipandang, dan menimbulkan rasa bahagia bagi penikmatnya. Penilaian terhadap keindahan tergantung bagaimana perkembangan pola pikir masyarakat yang menikmati karena masing-masing orang mempunyai cara pandang atau persepsi yang berbeda. Pada dasarnya, seseorang yang menikmati sebuah karya biasanya lebih mengutamakan nilai keindahan, sehingga penata harus dapat menampilkan unsur-unsur keindahan. Adapun tiga unsur keindahan pada karya seni yang harus diperhatikan, yaitu wujud, bobot, dan penampilan.[3] Wujud dapat dilihat dari bentuk dan struktur, bobot dapat diamati melalui tiga aspek yaitu suasana, gagasan, dan pesan, sedangkan dalam penampilan ada tiga unsur yang berperan, yaitu bakat, keterampilan, dan sarana atau media.[4] 1. Wujud Wujud adalah sesuatu hal yang dapat dilihat dan dapat didengar. Wujud dapat secara nyata dipersepsikan melalui mata dan telinga. Dalam hal ini wujud dapat dilihat dari bentuk dan struktur sebuah karya seni. Garapan Kembang Ratna berbentuk tari kreasi Palegongan, yang ditarikan secara berkelompok oleh 7 (tujuh) orang penari putri. Struktur garapannya terdiri dari 6 (enam) bagian, yaitu pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, pengetog, dan pekaad. Struktur garapan tentu disesuaikan dengan konsep garapannya sehingga antara bagian satu dengan lainnya saling berhubungan (koheren). 2. Bobot Bobot dalam hal ini merupakan isi yang terkandung dalam karya seni. Bobot tidak hanya saja sekedar melihat, namun penikmat juga perlu mendapat sesuatu setelah menonton karya seni tersebut. Bobot terdiri dari tiga aspek, yaitu gagasan, suasana, dan pesan. Dalam karya seni, bobot sangat penting adanya agar karya seni yang dipertunjukkan memiliki nilai dan kualitas yang baik. Karya seni berbobot tentu harus memperhatikan bagaimana penyampaiannya kepada penikmat, sehingga antara karya seni dengan penikmat terdapat adanya jalinan komunikasi. Gagasan dalam hal ini sama halnya dengan ide. Gagasan menyangkut hasil pemikiran dan inspirasi yang didapat oleh penatanya. Gagasan atau ide garapan tari Kembang Ratna adalah membuat sebuah garapan tari kreasi Palegongan yang terinspirasi pada gerakan luwes dalam Legong klasik, dan tidak masih terikat pada pakem Legong yang ada. Penata berkeinginan untuk mengembangkan kemampuan yang penata miliki dengan adanya alternatif baru dalam tari kreasi Palegongan yang digarap. Suasana yang ingin disampaikan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna bervariasi. Hal ini bertujuan agar suasana pada setiap bagiannya tidak terkesan monoton dan penikmat tidak merasakan jenuh jika suasana garapan tari Kembang Ratna dapat berbeda. Suasana ini tentunya disesuaikan dengan ide, konsep, dan kebutuhan garapan. Pada bagian pengawit, suasana yang ditampilkan adalah suasana tenang yang menggambarkan bunga ratna tumbuh dari bibitnya dan hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya. Pada bagian pepeson, suasana yang ingin ditampilkan adalah suasana agung, yang menggambarkan keagungan dari bunga ratna karena digunakan sebagai sarana upacara. Suasana tenang ditampilkan pada bagian pengawak, yang menggambarkan kesederhanaan bunga ratna karena bunga ratna memiliki bentuk yang kecil. Suasana gembira ditampilkan pada bagian pengecet, yang menggambarkan keindahan bunga ratna. Bagian pengetog yang menggambarkan kelayuan dan kerapuhan bunga ratna akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara divisualisasikan dengan gerakan pelan dan hempasan badan yang dominan dilakukan pada level bawah dengan suasana sedih (sayu). Pada bagian terakhir yaitu pekaad, suasana yang ditampilkan adalah suasana gembira, yang menggambarkan bunga ratna tumbuh kembali dari biji bunga ratna yang berserakan menjadi bunga ratna baru. Pesan yang ingin disampaikan kepada penikmat melalui garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah dalam kehidupan ini, makhluk hidup semua sama di hadapan Tuhan karena semua diciptakan dan melalui proses yang sama yaitu lahir, hidup, dan mati. Begitulah seterusnya dan selalu berulang-ulang, demikian pula halnya dengan bunga ratna. Maka dari itu, kita sebagai sesama makhluk hidup jangan melakukan tindakan semena-mena terhadap makhluk hidup lainnya, karena setiap mahluk hidup saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, seperti halnya bunga ratna yang dibutuhkan sebagai sarana upacara. 3. Penampilan Penampilan dalam hal ini adalah cara penyajian, bagaimana karya seni tersebut disajikan kepada penikmatnya. Penampilan dalam karya seni menentukan bagaimana persepsi dan asumsi masing-masing orang dalam menikmati karya seni tersebut Penampilan dipengaruhi oleh tiga unsur yang berperan, yaitu bakat, keterampilan, dan sarana atau media. Bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dibawa sejak lahir. Hal ini diartikan bahwa setiap orang memiliki bakat atau kemampuan (talent) yang berbeda-beda dalam bidang tertentu. Dalam karya seni, bakat sangat mempengaruhi penampilan sebuah karya seni. Dengan adanya bakat seni yang dibawa sejak lahir, segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang mereka, dapat dikerjakan dan dikuasai dengan lebih mudah. Melalui bakat seni ini, mereka akan lebih mudah mengaplikasikan ilmu dan wawasan yang didapat mengenai seni, yang kemudian dapat dituangkan melalui penampilan karya seni mereka dengan berusaha menyuguhkan hasil karyanya dengan baik dan maksimal sesuai kemampuan. Keterampilan (skill) yang dimiliki seseorang dapat dicapai melalui adanya latihan-latihan. Keterampilan dapat diperoleh jika setiap orang selalu berkeinginan untuk mengasah kemampuan dan bakat yang dimiliki. Keterampilan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna sangat diperlukan agar garapan yang disajikan dapat berbeda dan tampil dengan baik sesuai yang diharapkan. Latihan-latihan perlu dilakukan dengan bertahap dan intensif agar keterampilan masing-masing pendukung dapat terasah dan semua pendukung garapan ini dapat menyatukan rasa antara satu dengan lainnya sehingga penampilan yang baik dapat diwujudkan. Sarana atau media merupakan wahana ekstrinsik yang mendukung penampilan sebuah karya seni. Sebagai penunjang berhasilnya pertunjukan garapan tari Kembang Ratna, diperlukan adanya tempat pementasan, tata lampu, properti dan dekorasi panggung yang dapat mendukung sesuai kebutuhan garapan. Tempat pementasan adalah di gedung Natya Mandala, ISI Denpasar. Dekorasi panggung terdiri dari layar hitam dan layar putih, serta tata lampu yang mendukung penyajian garapan yang sebelumnya telah disusun sedemikian rupa. Properti kipas yang menjadi ciri khas tari Legong dan menjadi bagian dari tari, juga mendukung penyajian garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna

    Kembang Ratna

    Get PDF
    Bunga ratna merupakan sekuntum bunga yang sering digunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dalam Agama Hindu. Ratna, sebuah keagungan, kesederhanaan, keindahan yang tersirat di balik maknanya yang mendalam. Bunga ratna melalui proses perputaran hidup sama seperti makhluk hidup lainnya, tumbuh dari bibitnya, hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Namun setelah layu dan rapuhnya bunga ratna tersebut akibat dipetik setelah digunakn sebagai sarana upacara, dapat tumbuh kembali dari biji bunga ratna yang berserakan menjadi bunga ratna baru

    LOKALITAS DALAM SENI GLOBAL TAHUN 2013

    No full text
    Globalisasi yang sedang diwacanakan ternyata melampaui batas-batas kata world. Globalisasi mengisyaratkan mengenai poin-poin lokal seni budaya yang tersebar di manapun dapat disebut aktivitas global. Jim Supangkat memberikan pandangannya mengenai global art bahwa upaya mengidentifikasi global contemporary art yang justru mempertanyakan tanda-tanda keseragaman. Sejarawan terkemuka Hans Belting memulainya dengan melihat global contemporary art sebagai “global art” yang harus dibedakan dari world art. Bagi Hans Belting, pengertian world art mencerminkan pemahaman modernisme yang hegemonik(1). Jadi secara struktur world art masih sebatas klaim bahwa pandangan dunia Barat merupakan pandangan yang mampu diaplikasikan ditiap pelosok kebudayaan dunia, padahal jika dibaca secara teliti hal ini sebatas hegemoni dari moderisme dengan jargon world art. Global art menurut Hans Belting sama sekali bukan tanda-tanda munculnya kenyataan yang diprediksi universalisme. Global Art muncul karena sebab sebab ekonomi. Perkembangannya di art market tidak peduli pada keseragaman pada universalisme. Bisnis membuat global contemporary art memedulikan kekuatan lokal demi kepentingan bisnis(2). Global art mampu merangkul tiap-tiap aspek lokal yang walaupun ada sebuah kepentingan namun keberpihakannya mengankat nilai- nilai lokal didalam percaturan medan sosial seni sudah selayaknya diapresiasi. Tidak ada batas antara Timur dan Barat, semua kebudayaan itu bersifat global. perlu juga diuraian mengenai batas-batas istilah “lokal” serta “global art” dalam kesempatan ini karena sering terjadi pemaknaan yang bias. Istilah “lokal” didalam seminar yang bertajuk “Lokalitas dalam Global Art” berada pada wilayah artefak-artefak kebudayaan lokal yang terdapat di Bali khususnya, ikon-ikon lokal yang mencirikan lokal jeniusnya. Sedangkan Global art berkutat kepada wacana seni yang diangkat dengan kekuatan lokal serta mampu diwacanakan diseluruh penjuru atau pelosok dunia. Note: (1) Lihat “Contemporaneity”: Biennale Indonesia Awards 2010. Pewacanaan Contemporaneity oleh Jim Supangkat. ( 2) Ibid

    LOKALITAS DALAM SENI GLOBAL

    No full text
    Globalisasi yang sedang diwacanakan ternyata melampaui batas-batas kata world. Globalisasi mengisyaratkan mengenai poin-poin lokal seni budaya yang tersebar dimanapun dapat disebut aktivitas global. Jim Supangkat memberikan pandangannya mengenai global art bahwa upaya mengidentifikasi global cobtemporary art yang justru mempertanyakan tanda-tanda keseragaman. Sejarawan terkemuka Hans Belting memulainya dengan melihat global contemporary art sebagai "global art" yang harus dibedakan dari word art. Di Dalam ranah seni pertunjukan, Etnomusikologi itu sebuah eklitisme, tidak sekedar ilmu mencari musik disana sini, menyelidiki, mengkaji, bermain musik, namun Etnomusikologi itu lahir dari perlawanan para lokalitas pencinta musik - musik tradisional terhadap superior komunitas musik barat yang selalu menganggap diri paling hebat dan paling bermutu. Di sini para Etnomusikologi berjuang mengangkat citra lokal. Dari ranah visual art atau seni rupa dan desain dewasa ini terhembus wacana seni rupa mengenai Global Art yang kembali melirik dan menghadirkan ikon atau unsur lokal kemudian divisualkan secara kreatif dengan ide-ide "gila", sehingga disetiap karya-karya akan hadir atmosfer lokal bernuansa baru yang mampu eksis di dalam ranah medan sosial seni rupa dunia
    corecore