40 research outputs found

    Semantic Analysis Towards English Substantive

    Get PDF
    The analysis describes semantic theories in defining English substantives “Someone/ Person/ People” with its references in Balinese kinship terms. The purpose is to explain several basic concepts of semantic theories in describing the meaning of specific terms through the analysis of their semantic features. Semantic features of Balinese kinship terms are explored by means of semantic evidence. The result of the analysis showed that semantic theories, Natural Semantics Metalanguage and Componential Analysis could simplify the complex meaning of Balinese kinships terms which were related semantically in order to understand their similarities and differences. Key words: Semantic features, English substantive (Someone/ Person/ People), Balinese Kinship term

    DESKRIPSI KARYA FOTOGRAFI DESCENDANT'S SPIRIT

    Get PDF
    ABSTRAK Karya foto dengan judul Descendant’s Spirit merupakan gambaran fenomena social yang dipresentasikan dalam secara metafora terkait dengan fakta bahwa di era sekarang ini, telah terjadi pergeseran-pergeseran norma social yang memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pemertahanan etika dan morak yang seringkali dapat memicu terjadinya gesekan-gesekan antar generasi yang satu dengan yang lainnya, yang tentunya berbeda dalam konsep berpikir dan pandangan terhadap sesuatu hal. Simbol kaki, pasir dan pantai memiliki kiasan yang mampu mewakili berbagai aspek yang memiliki peran sentral dalam fenomena pergeseran norma social yang terjadi saat ini

    DESKRIPSI KARYA FOTOGRAFI THE END OF THE DAY

    Get PDF
    ABSTRAK Karya foto dengan judul The End of The Day merupakan representasi salah satu keindahan yang dimiliki oleh satu-satunya pulau yang ada di kota Denpasar, Bali. Sebagai pusat kota, Denpasar tentunya menjadi tujuan wisata yang juga menjadi salah satu pilihan terbaik yang dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun internasional. Dan salah satu tempat yang menjadi tjuan wisata adalah Pulau Serangan. Pulau Serangan yang terletak di bagian selatan kota Denpasar, dulunya merupakan pulau yang dikelilingi keindahan pantai serangan yang memiliki nilai eksotik yang mampu menyerap minat wisatawan untuk berkunjung. Keindahan alama yang dapat kita lihat tentunya didukung oleh keadaan geografisnya yang berdampingan dengn pantai. Mendengar kata pantai, maka siapapun dapat membayangkan pasir, deburan ombak dan tentunya hangat sinar matahari yang dapat dinikmati sembari menikmati keindahan pantai di pulau Serangan. Namun seiring dengan telah direklamasinya daerah pantai di Serangan, sehingga Serangan kini tidak lagi dikelilingi oleh pantai. Namun walupun demikian keindahan alam yang dimiliki pulau Serangan tidak akan pernah terkikis sampai kapanpun, dan salah satu keindahan yang tetap dapat dinikmati di pulau Serangan ini adalah keindahan matahari terbenam di sore hari yang sangat sayang untuk dilupakan

    IMPLIKASI PENERJEMAHAN SASTRA BALI DALAM SENI PERTUNJUKAN TERHADAP PEMERTAHANAN UNSUR INTRINSIK LAKON CERITA

    Get PDF
    Abstrak Cerita Lubdaka merupakan salah satu bentuk sastra Bali yang tak bisa kita pungkiri memiliki nilai tersendiri bagi siapa saja yang mengetahuinya. Latar belakang cerita yang dikaitan dengan Hari Raya Siwaratri, menjadikannya begitu mudah untuk diingat. Hal inilah yang mungkin mempengaruhi beberapa orang untuk menerjemahkan cerita Lubdaka karya Mpu Tanakung ini menjadi beberapa bentuk terjemahan yang diharapkan lebih mudah dimengerti oleh kalangan apapun, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Munculnya berbagai bentuk penerjemahan cerita Lubdaka, pasti akan memiliki pengaruh yang sangat besar pada unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita itu sendiri. Akan sangat penting bagi siapa saja yang membaca terjemahan-terjemahan itu untuk mendapatkan nilai moral yang terkandung dalam cerita Lubdaka melalui pemahaman yang benar, yang dapat juga diperoleh melalui pemahaman pada unsur-unsur intrinsik cerita seperti tema, amanat, perwatakan/penokohan, plot/alur, latar/setting dan sudut pandang. Melalui penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik pembentuk cerita Lubdaka, menelaah implikasi penerjemahan terhadap pemertahanan unsur intrinsik dan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta untuk mencari tahu makna cerita Lubdaka dari keseluruhan data yang ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lontar Cerita Lubdaka, yang dijabarkan berbeda dari lontar carita lubdaka dalam versi bebaosan, satua dan pertunjukan Wayang tentang Lubdaka. Penjabaran rumusan masalah akan dilakukan berdasarkan metode penelitian kualitatif, yaitu dengan metode formal. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut; unsur-unsur intrinsik yang membentuk setiap versi cerita Lubdaka pada dasarnya memiliki persamaan dan perbedaan. Hal ini dipengaruhi oleh pemahaman dan interpretasi yang berbeda antara penutur yang satu dengan yang lain, terjadilah pergeseran unsur-unsur intrinsik. Makna cerita Lubdaka tidak bisa kita lepaskan dari tema dan amanat cerita tersebut, sehingga, walaupun terdapat perbedaan interpretasi penutur dalam setiap data, makna cerita akan tetap sama karena tema dan amanat antara bentuk terjemahan/interpretasi cerita Lubdaka yang satu dengan yang lainnya tidak berbeda sama sekali. Nilai-nilai simbolis dalam cerita Lubdaka sangat berpengaruh terhadap analisis unsur-unsur intrinsik yang ditemukan pada cerita Lubdaka Kata Kunci: Sastra Bali, Cerita Lubdaka, Unsur Intrinsik, Penerjemahan, Abstract Lubdaka story is one of Balinese literature which contributes specific value to everyone who ever know the whole story of it. The story background which relates to Siwaratri festival, makes it more familiar, especially for Balinese people. This reason may reveal the various forms of translation based on the story of Lubdaka written by Mpu Tanakung, and those forms of translation is expected more understandable to the common readers of the story, from youth up to adult generations. The existence of these various translations has a great impact to the intrinsic aspects found in the story. These translations should share the appropriate values and messages of the story to everyone who read the translation of Lubdaka story which can be taken from the used of intrinsic aspects such as theme, message, characters/figures, plot, setting and writer point of view. Through this research, researcher analyzes intrinsic aspects which found in the Lubdaka story; observes the implication of translation towards to the retention of intrinsic aspects with the caused factors; besides to find out the main values from the whole data related to the translation of Lubdaka story. The data used in this research is Lubdaka lontar, and the translations forms the Lubdaka story in the forms of bebaosan, satua and puppetry performing. The discussion of the problems research is explained through qualitative method, using formal method. The conclusion shows that each of translation forms from Lubdaka story have the similarities and differences intrinsic aspects found in the story. These are affected by the understanding and interpretation of each translator to deal with the story content of Lubdaka lontar, which caused few shifting of intrinsic aspects found in in some forms of translation Lubdaka’s main meaning cannot be separated from the theme and the message of Lubdaka lontar, although there is the difference interpretation between one translator to another, the story meaning has keep the same as the original story of Lubdaka lontar. Simbolic values found in the story have significant influences towards intrinsic aspect in the story of Lubdaka. Key words: Balinese literature, Lubdaka story, Intrinsic aspects, Translatio

    TRANSITIVITY IN THE TRANSLATION OF THE TEXT TALKS BETWEEN LORD SIVA AND SATI FROM ENGLISH INTO INDONESIAN

    Get PDF
    The research is a descriptive translation study focusing on the transitivity analysis which is a stylistic aspect of the text Talks between Lord Siva and Sati that will provide an understanding of the types of process, participant, and circumstance in the English text and its translations into Indonesian. All the transitivity structures of the source language text and its translations in the target language one are analyzed. Besides, the character value contained in the text is described as well. The quality of the translation of the text, especially its readability, will be analyzed by involving informants who are the target language users. Readability is the degree to which a text can be understood easily. The translation is said to have a high degree of readability when the text is easily understood by the target language text readers. Theoretically, the analysis of translation quality is very significant to see how the transitivity of the source language text is translated into the target language text when viewed from the existing theories, such as translation theory proposed by Larson and functional grammar theory proposed by Halliday. Since the text is a religious one, the results of this analysis will provide insight not only in terms of the quality of the translation, but also in terms of the practice of building the character of students or anyone who read it. Keywords: transitivity, stylistics, translation, character buildin

    PERAN STASIUN TELEVISI LOKAL DI BALIDALAM UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA BALI SEBAGAI BAHASA IBU

    Get PDF
    Particularly in Bali, there are 4 local stations television such as TVRI Bali, Bali TV, Kompas TV Dewata, and BMCTV. Overall, those four local television stations provide a wide selection of programs that are dominated by programs of social and cultural life of the Balinese people from different aspects of life in terms of content and visual. But, it seems so difficult for us to see the offered program, which used Balinese language as main language within the program. Based on the fact, this research is focused to analyze profiles of local TV stations in Bali, programs with Balinese language as it main language, social values within the programs using Balinese language as it main language and also to discover factors which influenced the program with Balinese language as main language, and those analyzed by using descriptive qualitative method. The conclusion stated that general information of each local stations television is represented by their profile; program using Balinese language can be categorized into four groups such as: News, Religi, Tradisional Art and Entertainment; Social values found within program using Balinese language are creativity, preservation, education, religi and entertainment; Factor influenced towards program using Balinese language are government policy, ideology, creativity, community and globalization

    Directing Of Documentary Bilingual “Lukisan Barong Gunarsa” In Exspository Style

    Get PDF
    Latha Mahosadhi Museum of ISI Denpasar is a memorial place for displaying art objects. But the function of the museum as a center of art information cannot be realized because the information provided is only verbal information and not specific. So that information media is created in museum, namely bilingual documentary film. One of the interesting a film to be researched is “Lukisan Barong Gunarsa” by Nyoman Lia Susanthi as a director. The aim of this study is to determine the process of creating a documentary film that shows the side of Gunarsa as famous person and secret element that have never been published before. Based on it, documentary bilingual can be applied to other 127 objects collection. The method used qualitative. The data were obtained through observation, interview, and literature study. The result of this study was the director observed in three roles, such as: a leader, an artist and a technical advisor. The pre-production, the director created in the form of production concept, technical concept and story line. The concept of film was expository style with television documentary format using narrator as a single speaker. The director as a leader directed the cameraperson in taking pictures. In editing, director was involved directly in the process of arranging the images. The resulting visual beauty cannot be separated from the director’s firmness that directed the taking of beauty shot. The director as a technical advisor was able to take over the role of cinematography, sound and editing. Museum Lata Mahosadhi ISI Denpasar adalah tempat pemajangan benda seni baik dari Bali maupun luar Bali. Namun fungsi museum sebagai pusat informasi seni belum bisa terwujud karena informasinya hanya berupa verbal dalam Bahasa Indonesia dan tidak spesifik. Untuk itu dilakukan penelitian terkait media informasi efektif untuk museum yaitu bilingual dokumenter menggunakan 2 bahasa (Indonesia-Inggris). Salah satu bilingual dokumenter yang menarik untuk dikaji adalah film berjudul “Lukisan Barong Gunarsa” karya Nyoman Lia Susanthi sebagai sutradara. Alasan memilih konten ini karena terdapat elemen rahasia yang belum dipublikasikan yaitu makna dan deskripsi lukisan. Dalam proses pembuatan film maestro berpulang, sehingga film ini benilai informasi tinggi. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui penyutradaraan film dokumenter yang menunjukkan sisi intim orang terkenal yaitu Gunarsa. Dengan mengetahui penyutradaraan film ini, maka dapat juga diterapkan penciptaan bilingual dokumenter pada 127 benda koleksi museum. Metode yang digunakan untuk mengetahui manajemen produksi film adalah kualitatif. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah sutradara dalam melahirkan film diamati dalam tiga peran yaitu sebagai pemimpin, seniman dan penasehat teknis. Saat pra produksi sutradara berperan besar melahirkan konsep penciptaan berupa konsep karya, teknis serta story line. Konsep karya menggunakan gaya exspository, format dokumenter televisi dengan narator sebagai penutur tunggal. Peran sutradara sebagai pemimpin yaitu mengarahkan kameramen dalam mengambil gambar sesuai tuntutan cerita. Tahapan editing sutradara terlibat dalam proses penyusunan gambar. Keindahan visual yang dihasilkan juga peran sutradara yang turut mengarahkan pengambilan beauty shot. Sutradara sebagai penasehat teknis mampu mengambil alih peran teknis dalam sinematografi, tata suara dan editing

    Media Edukasi Seni Berbasis Dokumenter

    Get PDF
    Art education refers to a process of introducing art through formal and informal education. Any types of approachment might be applied to support this process, and one of them known as education media with variation and innovative value. This type of media can be performed in the form of documentary film. With the strength of audio and visual may share attractiveness toward those who interest in learning art. The topic to be discussed in this article is Gamelan of North Bali, in which main data are taken from Document Centre of ISI Denpasar which analyzed based on qualitive- descriptive method. The data is analyzed based on theories of education media and documentary film. The result shows that there are three stages in producing education media of documentary film based, such as pre-production, production and post-production

    SAMPAH PLASTIK SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENULISAN NASKAH FILM FIKSI CITRALOKA

    Get PDF
    Jumlah sampah yang tiap tahunnya semakin betambah volumenya di Bali menjadi fenomena akan kurangnya kesadaran terhadap kepedulian lingkungan. Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional mengenai komposisi sampah di Provinsi Bali pada periode tahun 2017-2018 menunjukkan bahwa jumlah sampah yang tidak terkelola di kota Denpasar mencapai 42.97 ton/hari. Permasalahan sampah menjadi sumber inspirasi penulisan naskah film fiksi Citraloka dengan mengusung genre drama yang memiliki tujuan utama mengedukasi, dan tentunya bertujuan untuk dapat memperluas sudut pandang baru kepada penonton. Penciptaan naskah film fiksi Citraloka melalui beberapa tahapan yakni tahapan persiapan dan tahapan penggarapan dengan menerapkan teori struktur naratif yang memperhatikan alur dari segala unsur film hingga menjadi satu kesatuan cerita yang berkesinambungan. Unsur pembentuk naskah dalam mewujudkan gambaran isu sampah plastik didukung melalui aksi, ekspresi dan dialog yang terdapat di dalam naskah. Dampak buruk sampah yang dialami secara nyata oleh tokoh utama menjadi konflik utama menuju perubahan pola pikir kreatif tokoh utama. Kata kunci: Sampah Plastik, Penulisan Naskah, Citraloka, Struktur Narati

    PENERAPAN METODE ALIH WAHANA DALAM PENULISAN NASKAH FILM FIKSI “NGARANGIN”

    Get PDF
    Problematika menikah tanpa restu karena perbedaan kasta yang terjadi di Bali sejak dahulu dan masih sering kita jumpai hingga saat ini dan masih sering terjadi. Status sosial kasta maupun strata sosial masih kental bagi masyarakat Bali. Adat istiadat masyarakat Bali yang menjelaskan bahwa pernikahan harus sesuai dengan kasta atau struktur sosial masing – masing. Pengangkatan isu perbedaan kasta memicu dalam pembuatan naskah film “Ngarangin”. Metode yang digunakan yaitu Alih Wahana Bluestone dengan pengalihan dari cerita “Ket ika Kentongan Dipukul Di Bale Banjar” karya Rasta Sindhu. Metode Alih Wahana merupakan metode pengalihan bentuk karya sastra berupa teks ke bentuk karya media audiovisual. Data yang didapatkan melalui observasi dan wawancara melalui salah satu dosen sastra yaitu ibu Dr. Maria Matildis Banda, M.S. Gaya penuturan naratif digunakan untuk menuturkan setiap cerita yang dijabarkan dengan grafik cerita Elisabeth Lutters 2 dengan pembangkitan konflik melalui tokoh utama. Film “Ngarangin” memiliki 21 scene dengan durasi 33 menit. Diangkatnya tema keluarga sebagai tontonan keluarga bersama dengan bimbingan orang tua dan tidak mengubah mindset pribadi. Perbedaan setting lokasi dibuat karena penulis ingin mengangkat budaya Puri Agung Kerambitan dari daerah Tabanan. Persamaan dalam penokohan dan era tahun dibuat sama dengan cerita aslinya yaitu tahun 1960 yang mencerminkan kekentalan budaya Bali dan kerasnya problematika perbedaan kasta pada masa itu tanpa meninggalkan kesan makna cerita yang sesungguhnya. Kata Kunci: Alih Wahana Bluestone, Elisabeth Lutters 2, Ngarangi
    corecore