8 research outputs found

    Nile Tilapia Oreochromis Niloticus Culture Development Strategy in Floating Net Cage of Galela Lake, North Halmahera Regency, North Mollucas Province

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi pengembangan budi daya ikan nila (Oreochromis niloticus) di Danau Galela Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara. Penelitan ini merupakan penelitian deskriptif. Teknik pengembilan data melalui observasi langsung dan wawancara, dan studi literature. Analisis data menggunakan analisis SWOT. Dan dilanjutkan dengan uji OSPM (Quantitative Strategis Planning Matrix). Hasil dari analisis data menghasilkan enam strategi prioritas untuk pengembangan budi daya ikan nila (oreochromis niloticus) yaitu 1. Peningkatan pembinaan SDM 2. Memanfaatkan lembaga penyedia modal untuk pengembangan budi daya 3. Optimalisasi lahan budi daya ikan nila di karamba Jaring apung (KJA) 4. Memperluas akses pemasaran 5. Peningkatan kualitas benih ikan nila dan kualitas produk 6. Kesepakatan antar pembudidaya dalam menjaga keamanan di lokasi karamba jaring apung (KJA)

    In Vitro Culture of Seaweed Kappaphycus Alvarezii Under Different Formulation of Growth Stimulating Substances and Culture Media

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh benih unggul secara berkelanjutan yang mengikuti karakteristik dari tanaman induk, menentukan formulasi terbaik dari substansi pertumbuhan merangsang. Secara umum, kombinasi sitokinin dan auksin digunakan, tetapi penelitian ini juga menambahkankombinasi sitokinin, giberelin, sitokinin dan asam absisat (AA). Parameter yang diukur adalah panjang tunas, jumlah tunas, dan tingkat kelangsungan hidup. Bakteri Vibrio Uji sp juga dilakukan sebagai penyebab kematian eksplan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas terpanjang terdapat pada perlakuan C (S + A 1: 2,5) kultur dalam toples, 1,343 mm, 38% hidup, sementara jumlah tertinggi tunas ditemukan pada perlakuan B (S + A 1: 2) 8.86 . Jumlah tunas paling sedikit terdapat pada perlakuan J (S + AA 1: 2,5) yang dikultur dalam toples, 0,093 mm, 2,64 tunas, 10% hidup, sedangkan eksplan yang dikultur dalam botol memiliki panjang 0.051 mm, 1. 50 tunas , 4% bertahan hidup. Sebagai kesimpulan, pertumbuhan terbaik merangsang zat ditemukan dalam perlakuan C untuk panjang tunas dan tingkat kelangsungan hidup, sementara jumlah tunas terbanyak ditemukan pada perlakuan B. Penggunaan wadah budaya terbaik adalah topless yang diaerasi. Kultur in vitro juga dapat menggunakan formulasi S + G. Kematian eksplan disebabkan oleh Vibrio charchariae . Penggunaan formulasi S + AA memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dari pada pengobatan kontrol

    Predation Intensity in Mangrove Ecosystem in Marine Protected Area, North Sulawesi

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran intensitas predasi pada ekosistem mangrove di lima daerah perlindungan laut (DPL), yaitu Tumbak, Basaan, Blongko, Bahoi dan Tambun. Metode penelitian dilakukan dengan pemasangan umpan Squidpops dalam waktu 1 jam dan menghitung jumlah umpan yang hilang selama umpan terpapar pada saat air pasang. Jenis ikan yang bermigrasi di daerah mangrove diperoleh melalui sensus visual; mega bentos dicatat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan intensitas predasi di ekosistem mangrove pada 5 DPL Sulawesi Utara bervariasi pada tiap lokasi yang memiliki kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lokal, populasi ikan predator, tingkat gangguan saat pengamatan, metode dan tingkat kesukaan pada umpan yang disediakan

    Predation Intensity in Mangrove Ecosystem in Marine Protected Area, North Sulawesi

    Get PDF
    This study aims to get an overview of the intensity of predation on mangrove ecosystem in five marine protected areas (MPA), namely Tumbak, Basaan, Blongko, Bahoi and Tambun. The research method was carried out by installing Squidpops bait within one hour and calculating the number of lost bait during the exposure of baits in high tide. Fish species that migrate in the mangrove area are obtained through visual census; Mega Bentos is recorded.  The result of this study indicates the intensity of predation in the mangrove ecosystem in the five North Sulawesi DPLs are varied in each location, which has the possibility of being influenced by local condition, predatory fish population, the level of disturbance at observation, method and level of preference for the bait provided.Keywords: Predation, Predator, Mangrove, Fish Community, Squidpops ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran intensitas predasi pada ekosistem mangrove di lima daerah perlindungan laut (DPL), yaitu Tumbak, Basaan, Blongko, Bahoi dan Tambun. Metode penelitian dilakukan dengan pemasangan umpan Squidpops dalam waktu 1 jam dan menghitung jumlah umpan yang hilang selama umpan terpapar pada saat air pasang. Jenis ikan yang bermigrasi di daerah mangrove diperoleh melalui sensus visual; mega bentos dicatat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan intensitas predasi di ekosistem mangrove pada 5 DPL Sulawesi Utara bervariasi pada tiap lokasi yang memiliki kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lokal, populasi ikan predator, tingkat gangguan saat pengamatan, metode dan tingkat kesukaan pada umpan yang disediakan.Kata Kunci: Predasi, Predator-Mangsa, Mangrove, Komunitas Ikan, Squidpop

    Environmental Condition to Fish Culture Using Floating Cage in Manalu Cluster, Sangihe Islands Regency

    Full text link
    Title (Bahasa Indonesia): Kondisi lingkungan perairan untuk budi daya ikan dengan sistem karamba jaring apung di Perairan Klaster Manalu, Kabupaten Kepulauan Sangihe Manalu and it surroundings cluster is a zone which is designatedas a development center for agropolitan and minapolitan region and as a marine and coastal aquaculture center which include Manalu Bay, South Tabukan sub-district, South East Tabukan sub-district, and Center Tabukan sub-district. Hangke,Sensahang/Ensahange, Talawe, Kalagheng, Mutung and Bembiha areasareincluded inthis cluster, although noresearch has been conducted to studythis area. Datacollected includewater quality parameters, data about convenience and risk factor. Data about convenience and risk factorwas collected by interview with persons who consider as those who know best about the site and do marine culture for living. Water quality parameters was collected by doing measurementonsalinity, temperature, disolved oxygen, visibility, pH, water depth and current velocity in 4 representative areas.The collected data showthat convenience factor was high and risk factor waslow. Due to lowwater depth and lowvisibility, area 1and 2 was not recomended for futher development for marine culture with floating cage construction. Area 3 and 4 can be recomended for futher development because data result show good value.Klaster Manalu dan sekitarnya merupakan zona yang diperuntukkan untuk pusat pengembangan kawasan agropolitan dan minapolitan, dan pusat budi daya pantai dan laut di mana meliputi Teluk Manalu, Kecamatan Tabukan Selatan, Kecamatan Tabukan Timur, dan Kecamatan Tabukan Tengah. Perairan Hangke, Sensahang/Ensahange, Talawe, Kalagheng, Mutung, dan Bembiha masuk dalam klaster ini, meskipun belum ada penelitian dilakukan untuk mengkaji hal tersebut. Data yang dikumpulkan meliputi parameter kualitas air, faktor Kenyamanan, dan faktor risiko. Data faktor Kenyamanan dan risiko dikumpulkan menggunakan teknik wawancara kepada masyarakat, yang mengetahui tentang keberadaan daerah tersebut. Parameter kualitas air dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran terhadap salinitas, suhu, oksigen terlarut, kecerahan, pH, kedalaman, dan kecepatan arus pada 4 lokasi yang dipilih. Hasil analisis menunjukkan, bahwa faktor Kenyamanan berada pada tingkatan tinggi dan faktor risiko berapa pada tingkatan rendah. Dalam hal kondisi perairan, karena kedalaman dan kecerahan rendah pada Lokasi 1 dan 2, maka lokasi tersebut tidak dianjurkan untuk dilakukan pengembangan budi daya laut menggunakan kurungan jaring apung (KJA). Lokasi 3 dan 4 dapat dianjurkan untuk dilakukan pengembangan karena hasil pengamatan menunjukkan nilai yang “baik”

    Effect of NPK Ferlilizer (Nitrogen, Phosphorus, Potassium) on Seaweed, Kappaphycus Alvarezii, Growth and White Spot Desease Prevention

    Full text link
    Title (Bahasa Indonesia): Pengaruh pupuk NPK [nitrogen, fosfor, kalium] terhadap pertumbuhan dan penanggulangan penyakit ‘white spot' pada rumput laut Kappaphycus alvarezii This study aimed to analyze the effect of NPK fertilizer absorption on the growth of seaweed, Kappaphycus alvarezii, and the white spot disease prevention. This study could become a source of information for seaweed farmers to increase seaweed production through the use of NPK fertilizers. This study was conducted from January until March, 2014 in the waters of Toropot Village, the District of Bokan Islands, Banggai Laut. To know whether the different doses affect the white spot infection, ANOVA with Tukey's test was used. Results showed that all doses had the same potential to recover from white spot disease and heal Faster than the control (no dose). The addition of nutrients N, P, and K at high dose could accelerate the recovery of the algae from white spot desease and increase the growth rate. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyerapan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan penanggulangan penyakit white spot pada rumput laut Kappaphycus alvarezii. Penelitian ini dapat sebagai sumber informasi bagi pembudidaya rumput laut untuk meningkatkan produksi rumput laut melalui penggunaan pupuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2014 di perairan Desa Toropot, Kecamatan Bokan Kepulauan, Kabupaten Banggai Laut. Untuk mengetahui apakah perbedaan dosis memberikan pengaruh terhadap serangan white spot, maka dilakukan pengujian ANOVA dengan uji Tukey. Hasil menunjukkan bahwa bahwa semua dosis memiliki potensi yang sama untuk memulihkan penyakit white spot dan lebih cepat penyembuhannya dari kontrol (tanpa dosis). Penambahan nutrien N, P dan K pada dosis tinggi dapat mempercepat pemulihan alga dari penyakit white spot dan dapat meningkatkan laju pertumbuhannya

    Land Suitability of Seaweed Farming in Minahasa Regency, North Sulawesi Province

    Full text link
    The success of seaweed cultivation is determined from the determination of the location. This is because the production and quality seaweed influenced by ecological factors including the condition of the substrate surface waters, water quality, climate, geographical bottom waters. Arakan villages in the District of South Minahasa regency become one of the centers of seaweed cultivation in the province of North Sulawesi. The specific objective of this study was obtained in the form of a map of suitability mapping seaweed cultivation areas; gathering data and information about the extent of the area, water capacity, area unit, and carrying water. The study was conducted in the waters of the village of Arakan, District Tatapaan, South Minahasa regency, North Sulawesi. When phase 3 study conducted every month from June to December in 2012. The analysis is based on space availability, suitability waters that support the cultivation of seaweed. Suitability space spatially waters using physical and chemical parameters of waters which is a prerequisite eligibility seaweed cultivation. Spatial observations by using a Geographic Information System (GIS) for the weights and scores in determining the suitability of land. Process is done through the preparation of spatial database an

    Management of Scad Fisheries (Decapterus Spp.) in Sulawesi Sea Waters, North Sulawesi Province, Using EAFM

    Full text link
    There are a large variety and quite abundant types of small pelagic fish that have high economic value in the Sulawesi Sea. One of which is the blue scad fish or commonly known as malalugis (Decapterus macarellus). This study aims to analyze and determine the status of scad fisheries management and to develop recommendations in the management of scad fisheries in the waters of Sulawesi Sea, North Sulawesi Province. The evaluation of fishery management status is carried out using multi-criteria analysis (MCA) through the development of composite index of each indicator of Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM). The results showed that, in general, the status of scad fisheries management in North Sulawesi Province, was in ‘good' category, specifically reviewed from the domain of fish resources fall into the category of “medium”, habitat and ecosystem “good”, fishing techniques “good”, economy “not good”, social “medium” and institutional “good”. Management actions take precedence over domains that have “poor” indicator values. Priority management action is implemented in the economic domain, followed by the domain of fish resources, social, institutional and fishing techniques.Indonesian title: Pengelolaan perikanan ikan layang (Decapterus spp.) di perairan Laut Sulawesi, Provinsi Sulawesi Utara, menggunakan EAF
    corecore