41 research outputs found

    Interactive Multimedia as Autonomous Learning Resource in the South Slope of Kelud Mt. In Blitar Regency

    Get PDF
    Instructing Social Studies (IPS) going on in the school recently is often conducted conventionally, merely focused on page sequence on text book, it does not notice its content cohesiveness. Instructional material of Social Studies (IPS), that should, be explained by medium is merely committed., it makes instructional activity mere rely on teacher explanation. It makes instructional activity less effective, students feel difficulty when they want to comprehend the content. This research method and developing uses Borg and Gall model by taking material from Field Laboratory of FIS, in the south slope of Kelud Mt. in Blitar regency. This research and developing research shows that if multimedia product developed gains good testing result of product based on conspicuousness aspect gains 3.6 score or 89%, efficiency aspect 3.3 or 82%, and effective aspect 3.4 or 85%. While total average of final test of product gains 3.4 or 85%. From mentioned result, instructional multimedia of Social Studies (IPS) can be developed well, effectively, efficiently, and appropriate used as instructional medium of Social Studies in junior high school (IPS SMP). It is not surprising if students response when instructional activity is going on is extremely interested. When a teacher explains instructional material by multimedia, students can be discipline, active to ask, and respond. Keywords: Multimedia, Interactive, Kelu

    KONTRIBUSI SISTEM AMONG TERHADAP INKLUSI SOSIAL: STUDI KASUS DI SD TAMANSISWA YOGYAKARTA

    Get PDF
    THE AMONG SYSTEM'S CONTRIBUTION TO SOCIAL INCLUSION: CASE STUDY AT TAMANSISWA YOGYAKARTA ELEMENTARY SCHOOLTamansiswa’s among system is a unique teaching model. The teaching model belongs to the family of non-directive. In practice, the among system is founded on Tamansiswa's philosophy and belief about the development of students’ knowledge and character, allowing them to be free to explore their surroundings. So far, the among system has helped to establish both theoretical and practical frameworks for social inclusion. However, the among system has received little attention because it is only used in private schools, which the community considers to be less legitimate. This study aims to investigate the why and how among system contributes to social inclusion. In-depth interviews, participatory observation, recording, and anecdotal notes were used to collect data, which was subsequently validated via triangulation. Data were then analyzed following the procedure introduced by Miles. Based on this analysis, the following important findings are highlighted: (a) the among system promotes Gender Equality and Social Inclusion (GESI), (b) the among system prioritizes the fulfillment of children’s rights to receive adequate education and development services over academic knowledge, and (c) the among system employs the humanism-constructivism paradigm (avoiding behaviorism). Practically, this foundation is manifested by the teacher by making friends with students based on the norms of politeness, respecting the child’s natural traits, and supervising the child in exercising his or her freedom (both freedom of thought, speech, and action). The findings of this study have significance for the necessity for the adoption of the among system in social studies course in order to develop social studies learning that is based on genuine experiences in a social environment (contextual). This study's findings also contribute to the development of core concepts for implementing the Fun School Movement, culture-based schools, and schools for children with special needs.Sistem among merupakan suatu model pengajaran yang khas perguruan Tamansiswa. Model pengajaran tersebut termasuk dalam rumpun model pengajaran non direktif. Dalam praktiknya, sistem among didasarkan kepada falsafah dan keyakinan Tamansiswa tentang perkembangan pengetahuan dan budi pekerti pelajar, agar mereka merdeka dalam mengenal dunianya. Selama ini, sistem among menyumbang kerangka teoretik maupun praktik terhadap pembangunan inklusi sosial. Namun sampai saat ini sistem among kurang diteliti karena hanya terselenggara di sekolah swasta yang oleh masyarakat dianggap kurang bonafit. Riset ini berusaha menelaah mengapa dan bagaimana kontribusi sistem among terhadap inklusi sosial secara detail dan mendalam. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dokumentasi, dan catatan anekdot, kemudian divalidasi melalui triangulasi. Data yang sahih dianalisis mengikuti prosedur yang diperkenalkan Miles. Berdasarkan analisis tersebut, riset ini menyoroti temuan penting berikut: (a) sistem among mempromosikan Gender Equality and Social Inclusion (GESI), (b) alih-alih memprioritaskan pengetahuan akademik, sistem among memprioritaskan pemenuhan hak anak untuk mendapat layanan pendidikan yang layak dan pengembangan budi pekerti, dan (c) sistem among menggunakan paradigma humanisme-konstruktivisme (menghindari pola-pola behavioristik). Secara praktis, landasan tersebut dimanifestasikan guru dengan menjalin pertemanan dengan siswa berdasarkan norma kesopanan, menghormati kodrat alamiah anak, dan mengawasi anak dalam menggunakan kebebasannya (baik kebebasan berpikir, berucap, maupun bertindak). Temuan riset ini berimplikasi kepada perlunya adopsi sistem among dalam pembelajaran IPS agar tercipta pembelajaran IPS berbasis pengalaman riil di lingkungan sosial (kontekstual). Temuan riset ini juga berkontribusi kepada penambahan dasar-dasar pelaksanaan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), sekolah berbasis kebudayaan, dan sekolah yang mendidik anak berkebutuhan khusus

    Analisis kemampuan technological, pedagogical, and content knowledge (TPACK) Guru-guru IPS SMP di Malang

    Get PDF
    Kerangka kerja TPACK dibangun berdasarkan deskripsi tentang PCK (Pedagogical Content Knowledge). Ada tiga komponen utama dalam kerangka kerja TPACK yaitu 1) konten, 2) pedagogi, dan 3) teknologi. Sama halnya dengan sebuah model, dalam TPACK terdapat interaksi antara dan di antara komponen-komponen pengetahuan tersebut, yang diwakili sebagai PCK, TCK, TPK, dan TPACK. Interaksi-interaksi antar komponen tersebut akan menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna, efektif, dan efisien. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk menganalisis kompetensi TPACK guru IPS. Penelitian dilakukan pada guru-guru IPS SMP baik negeri maupun swasta yang ada di Kota/Kabupaten Malang. Penelitian menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan data angket, wawancara, dan dokumentasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan TPACK guru IPS SMP di kabupaten/kota Malang berada pada tingkat sederhana. Artinya guru IPS SMP cukup bagus pengetahuan tentang TPACK namun belum mampu menerapkan pengetahuan TPACK tersebut pada pembelajaran.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um022v7i22022p7

    Makna Tradisi Ruwatan Petirtaan Candi Jolotundo Sebagai Sarana Pelestarian Air

    Get PDF
    Culture is a Indonesia’s treasure. One form of culture is tradition. One Example which belongs to tradition and still exist nowahdays is Ruwatantradition in Petirtaan Jolotundo Temple. The purpose of this study is to describe the history, the process, and the meaning of ruwatantradition. This study uses qualitative research within descriptive approach. The study was located at Petirtaan Jolotundo Temple, precisely on the Slope of Penanggungan Mountain. There are two froms of data,primary and secondary data. Observation, interviews, and documentationis used as data collection techniques. Based on the research can be concluded that ruwatantradition has existed since long ago which is known as a barikansumber. The existence of this tradition is a gratitude for the abundant water resources that can be utilized. Since 2007-2008, this tradition began to be packaged and enlivened so that an annual event was organized, including sumaninggah, grand carnival, release of birds and tree planting, and manunggaling tirta. Ruwatantraditionmeans a reminder of the beginning to the end of life aimed at humans and the environment.The meaning of ruwatanis depends on the trust of each individual, trust is divided into sacred and profane. Kebudayaan merupakan kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu bentuk kebudayaan yaitu tradisi. Contoh tradisi yang dilakukan hingga saat ini yaitu tradisi ruwatandi Petirtaan Candi Jolotundo. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan sejarah, proses, dan makna tradisi ruwatan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di Petirtaan Candi Jolotundo tepatnya di Lereng Gunung Penanggungan. Data diperoleh dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tradisi ruwatansudah ada sejak dulu yang dikenal sebagai barikan sumber. Adanya tradisi ini merupakan rasa terima kasih masyarakat terhadap sumber air yang melimpah sehingga dapat dimanfaatkan. Sejak tahun 2007-2008 tradisi ini mulai dikemas dan disemarakkan sehingga terbentuk susunan acara yang diadakan setiap tahun diantaranya: sumaninggah, kirab agung, pelepasan burung dan penanaman pohon, dan manunggaling tirta. Tradisi ruwatanbermakna pengingat akan awal hingga akhir kehidupan yang ditujukan untuk manusia dan lingkungan. Pemaknaan ruwatanair suci tersebut tergantung kepercayaan masing-masing individu, kepercayaan terbagi atas sakral dan profan

    Pelatihan Dan Pendampingan Penulisan Artikel Jurnal Bagi Guru-Guru Ips Kabupaten Malang

    Get PDF
    Sebagai guru profesional tentunya harus memiliki berbagai kemampuan, salah satunya adalah kemampuan menulis karya ilmiah. Dengan menulis karya ilmiah selain guru dapat naik pangkat, jabatan dan golongan sehingga mengalami peningkatan karier, guru juga mendapatkan penghargaan dan pengakuan. Namun sayangnya kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak guru-guru yang belum menulis karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal maupun menjadi pemakalah pendamping di acara seminar nasional atau regional. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah in-service training program yaitu pelatihan dan pendampingan kepada guru-guru IPS MTs Kabupaten Malang. Adapun langkah-langkah kegiatan yang ditempuh adalah koordinasi, penyemaian informasi, pendampingan, dan evaluasi. Hasil pengabdian menunjukkan jika sebagian besar guru-guru IPS Kabupaten Malang belum paham dan menguasai teknik penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan penulisan karya ilmiah. Selain itu peserta juga menjelaskan jika kesulitan mendasar yang banyak dialami dalam menyusun artikel yaitu merasa sulit ketika mengawali membuat penelitian, karena pada dasarnya penelitian ini akan dijadaikan bahan dalan menyusun artikel. Kesulitan ini berawal dari tidak adanya ide yang akan dituangkan dalam penelitian. Ide tidak muncul karena budaya membaca dan menulis belum menjadi kebiasaan.

    WORKSHOP PENGEMBANGAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) BAGI GURU-GURU MGMP IPS KABUPATEN MALANG PELATIHAN PENYUSUNAN

    Get PDF
    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru pada aspek pengembangan evaluasi hasil belajar masih bersifat konvesional. Maka dari itu, pengabdian di masyarakat yang dilakukan berasaskan pada tujuan meningkatkan kemampuan guru dalam membuat soal yang dapat mendorong siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Program yang dijalankan yaitu Pelatihan Penyusunan Soal High Order Thinking Skill (HOTS) bagi GuruGuru MGMP IPS Kabupaten Malang. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah dengan mengungkap permasalahan yang muncul dikalangan para guru, kemudian dilakukan diskusi pengusul bersama mitra untuk merumuskan akar masalah prioritas yang disepakati, serta menentukan solusi yang tepat. Namun sebelum dilakukan diskusi atau pelatihan, terlebih dahulu pengusul melakukan koordinasi dengan guru-guru MGMP IPS Kabupaten Malang, koordinasi berkaitan dengan kegiatan sosialiasi. Keseluruhan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dikatakan berhasil, meskipun belum semua peserta pendampingan menguasai cara menyusun soal HOTS

    DIGITAL DIVIDE PEREMPUAN INDONESIA

    Get PDF
    Abstrak: Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi selama ini telah membawa perubahan bagi masyarakat. Hal itu membawa konsekuensi berupa masalah digital divide bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selama ini peran perempuan dalam perkembangan teknologi informasi masih belum banyak jika dibandingkan dengan laki-laki. Ada beberapa faktor yang menyebabkan digital divide kaum perempuan yaitu tingkat ketrampilan dan pendidi-kan, masalah bahasa, keterbatasan waktu, adanya stereotipe seksi yang disematkan pada per-empuan sehingga mudah dilecehkan, dan norma budaya serta sosial yang berkembang. Meng-ingat pentingnya masalah ini, sudah saatnya untuk melakukan tindakan guna memastikan bahwa perempuan di Indonesia dapat mengaktifkan dirinya di era informasi. Adapun upaya untuk mem-persempit digital divide pada perempuan diantaranya literasi informasi, menghilangkan diskrimi-nasi gender, membangun kebijakan dan budaya gender yang transformative, dan meningkatkan skill dan kompetensi dengan Bimtek TIK.Kata kunci: teknologi komunikasi dan informasi, digital divide, perempuan IndonesiaAbstract: Information dan communication technology has bought changes in our society. Along with its development, many concequences occur in developing countries as well as Indonesia. Women role in the development of information and communication technology is lesser than men. There are many factor causing the digital divide of Indonesian women i.e. skill and education level, language problem, lack of time, sexist stereotype, social and cultural norms. Considering to this issue, it is important to take action to ensure women in Indonesia to be more active and involve in the development of information and communication technology. There are many ways to decrease the digital divide of Indonesian women i.e. information literacy, eliminating gender discrimination, transformative and gender responsive policy, increasing women skill and com-petency trough education and training.Key words: Information dan communication technology, digital devide, Indonesian women.Abstrak: Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi selama ini telah membawa perubahan bagi masyarakat. Hal itu membawa konsekuensi berupa masalah digital divide bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selama ini peran perempuan dalam perkembangan teknologi informasi masih belum banyak jika dibandingkan dengan laki-laki. Ada beberapa faktor yang menyebabkan digital divide kaum perempuan yaitu tingkat ketrampilan dan pendidi-kan, masalah bahasa, keterbatasan waktu, adanya stereotipe seksi yang disematkan pada per-empuan sehingga mudah dilecehkan, dan norma budaya serta sosial yang berkembang. Meng-ingat pentingnya masalah ini, sudah saatnya untuk melakukan tindakan guna memastikan bahwa perempuan di Indonesia dapat mengaktifkan dirinya di era informasi. Adapun upaya untuk mem-persempit digital divide pada perempuan diantaranya literasi informasi, menghilangkan diskrimi-nasi gender, membangun kebijakan dan budaya gender yang transformative, dan meningkatkan skill dan kompetensi dengan Bimtek TIK.Kata kunci: teknologi komunikasi dan informasi, digital divide, perempuan IndonesiaAbstract: Information dan communication technology has bought changes in our society. Along with its development, many concequences occur in developing countries as well as Indonesia. Women role in the development of information and communication technology is lesser than men. There are many factor causing the digital divide of Indonesian women i.e. skill and education level, language problem, lack of time, sexist stereotype, social and cultural norms. Considering to this issue, it is important to take action to ensure women in Indonesia to be more active and involve in the development of information and communication technology. There are many ways to decrease the digital divide of Indonesian women i.e. information literacy, eliminating gender discrimination, transformative and gender responsive policy, increasing women skill and com-petency trough education and training.Key words: Information dan communication technology, digital devide, Indonesian women.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um020v10i12016p08

    INSERVICE GURU MGMP IPS SMP KABUPATEN BLITAR DALAM PEMBELAJARAN PETA NKRI

    Get PDF
    Guru-guru IPS SMP kesulitan untuk mempelajari secara mandiri konsep Sejarah, Geografi, Sosiologi, Ekonomi yang ada pada buku-buku SMP, SMU, dan PT. Selain itu adanya miskonsepsi materi sosiologi dalam buku-buku yang dipergunakan guru sebagai buku pegangan dalam proses belajar mengajar. Miskonsepsi pada buku akan menimbulkan dampak negatif bagi para pengguna (guru dan siswa). Sehingga guru harus selektif dalam memilih buku yang digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM). Kemampuan guru untuk menyeleksi buku berkaitan langsung dengan kompetensi guru dalam penguasaan materi pelajaran. Hal ini tidaklah mudah karena seorang guru harus menguasai seluruh materi yang diajarkan. Pada kegiatan pengabdian masyarakat kali ini, guru akan diajak melakukan diskusi untuk pendalaman konsep materi terutama Geografi, menemukan miskonsepsi atau kesalahan konsep materi bentuk muka bumi pada buku IPS SMP yang digunakan dalam pembelajaran, mengintegrasi materi geografi dengan materi IPS lainnya supaya lebih terpadu. Selanjutntya akan dilakukan tutorial untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan konsep yang ditemukan. Melalui pengabdian ini telah meningkatkan motivasi dan pemahaman guru-guru matapelajaran IPS yang tergabung dalam MGMP IPS di Kabupaten Blitar terutama tentang materi Geografi (peta NKRI

    PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS ANDROID PADA MATERI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA

    Get PDF
    Saat ini sudah saatnya pendidik harus keluar dari zona nyaman mereka dan melakukan transformasi kultural. Pendidik perlu melakukan rekonstruksi mindset dan melakukan tindakan nyata guna mengimprovisasi pembelajaran. Salah satu bahan kajian dalam pembelajaran IPS yang perlu untuk diimprovisasi yaitu muatan sejarah. Pembelajaran yang memuat content sejarah saat ini menghadapi banyak persoalan atau permasalahan. Permasalahan tersebut mencakup; 1) lemahnya penggunaan teori, 2) kurangnya imajinasi, 3) acuan buku teks yang state oriented, serta 4) kecenderungan untuk tidak memperhatikan fenomena globalisasi. Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan model 4-D (four D models). Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa validasi materi yang telah dikembangkan memperoleh nilai persentase sebesar 88,75%. Sedangkan validasi media memperoleh nilai persentase sebesar 91,66%. Dari keseluruhan hasil dapat disimpulkan bahwa multimedia yang dikembangkan telah valid dan layak untuk diujicobakan. Guna mengemas pembelajaran IPS yang memuat content sejarah dengan menarik dan mampu memproyeksikan peristiwa masa lampau ke hadapan peserta didik dibutuhkan improvisasi dan inovasi di dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk merealisasi hal tersebut dan sekaligus menjawab tantangan Revolusi Indisutri 4.0 di bidang pembelajaran yaitu dengan memanfaatkan penggunaan multimedia interaktif. The educators must be getting out of their comfort zone and carry out cultural transformation. Educators need to do a mindset reconstruction and take concrete actions to improve learning. One of the study material in social studies learning that needs to be improvised, namely historical content. Learning that contains historical content now faces many problems or problems. These problems include; 1) weak use of theory, 2) lack of imagination, 3) reference to state oriented textbooks, and 4) tendency to not pay attention to the phenomenon of globalization. This research method uses a research design for developing a 4-D model (four D models). The results show that the material validation developed has a percentage value of 88.75%. Media validation obtained a percentage value of 91.66%. Auhors concludes that the multimedia developed has been valid and feasible to be tested. In order to package social studies learning that contains historical content with interest and is able to project past events in front of students it requires improvisation and innovation in the learning process. To realize that, we have to use an interactive multimedia. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um020v13i12019p3
    corecore