1 research outputs found

    Klausa Pemerlengkapan Bahasa Sasak: Ke Arah Penyusunan Bahasa Sasak Standar

    Get PDF
    Artikel ini bertujuan untuk memaparkan hasil kajian tentang sistem klausa pemerlengkapan bahasa Sasak. Hasilnya diharapkan dapat dikembangkan ke arah penyusunan bahan ajar muatan lokal bahasa Sasak. Teori yang dipakai untuk mengkaji klausa pemerlengkapan ini adalah teori Linguistik Struktural yang dikemukakan para ahli seperti Harimurti Kridalaksana, 1982; Hans Lapoliwa, Crystal, 1991 dan lainnya. Data dikumpulkan dengan metode simak. Metode tersebut dilaksanakan dengan teknik SLC, SLBC dengan bantuan informan yang merupakan penutur asli bahasa Sasak. Selain itu, data diperoleh dari buku dan data introspeksi. Data dianalisis dengan metode padan dengan teknik “bagi unsur langsung”. Hasilnya adalah sebagai berikut: verba transitif klausa pemerlengkapan dalam bahasa Sasak berbentuk verba berafiks: 1) (N-D / Ø -D), 2) (N-D-ang, Ø-D-an), 3) (N-D-in, pe-D) 4), (N-D-in, pe-D, Ø-D), 5) (be-D-an); dan, verba (kata kerja) aus. Verba aktif dengan penanda afiks tersebut akan berubah menjadi verba pasif dengan afiks 1) te-D, 2) te-D-ang, 3) te-D-an, 4) te-D-in. Verba intransitif adalah verba yang tidak membolehkan kehadiran objek. Konstituen yang hadir sesudah verba ini merupakan pelengkap. Konstituen pelengkap ini tidak dapat menduduki fungsi subjek dan tidak dapat pula diubah menjadi konstruksi pasif. Verba intransitif dalam bahasa Sasak dimarkahi dengan afiks: 1) (N-D, Ø-D); 2) (be-D). Bentuk klausa pemerlengkapan dalam bahasa Sasak menggunakan konjungsi: kata agen, adeq-n, ade-n, kanjeq, mun, lamun, dan lainnya.
    corecore