3 research outputs found

    HEGEMONI KEKUASAAN DALAM WACANA KONSEPTUALISASI OBJEK TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

    Get PDF
    Tata naskah dinas adalah satu bentuk wacana produk hukum yang mengatur penulisan naskah kedinasan di lingkungan pemerintah di antaranya pemerintah daerah. Dalam penyuntingannya, adakalanya bahasa wacana itu sulit diperbaiki jika diarahkan kepada gramatika yang ideal. Alasan yang ditemukan untuk itu cukup absurd, yakni akan adanya penolakan atau tidak ditanggapinya konsep surat yang diajukan. Tampaknya, ada ideologi tertentu yang berpengaruh di sana. Dalam kajian teori kritis, pengaruh seperti itu tampak merupakan bagian dari topik hegemoni. Untuk itu, penelitian ini ditujukan untuk menggali realitas hegemoni itu melalui ancangan analisis wacana (kritis). Data penelitian ini diambil dari Permendagri No. 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah. Data dibatasi pada bagian Ketentuan Umum yang memuat sejumlah konseptualisasi objek nota dinas. Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada teori kritis sejumlah ahli di antaranya, Michel Foucault, Norman Fairclough, dan Habermas. Alasan utamanya adalah bahwa teori kritik yang mereka ajukan mempunyai kesamaan dalam melihat bahasa sebagai wacana. Mereka sepakat bahwa bahasa adalah salah satu penanda praktik sosial yang memuat identitas, relasi sosial, dan sistem pengetahuan, serta keyakinan. Selain itu bahasa diakui memiliki fungsi ideasional dan interpersonal. Secara ideasional bahasa digunakan untuk membuat sistem pengetahuan. Sementara itu, secara interpersonal, konstruksi bahasa dibuat untuk menciptakan subjek-subjek dan identitas tertentu dalam menjalankan relasi satu sama lain. Foucault secara khusus menyatakan bahwa di dalam wacana terdapat relasi antara kuasa dan pengetahuan. Gagasan-gagasan itu pula yang cenderung tersembunyi dalam konseptualisasi objek naskah dinas. Data penelitian ini dianalisis dengan teknik rekonstruksi dan dekonstruksi terhadap konsep pada tataran struktur teks (mikroteks) untuk melihat pilahan unsur dalam bentuk subjek dan indentitas yang termaktub dalam konsep. Kewacanaan unsur itu dideskripsikan berdasarkan relasi antara fungsi dan identitasnya. Kemudian, posisi antarfungsi diuji dengan teknik pembandingan dan pembalikan unsur untuk melihat keberterimaannya secara semantik dan secara pragmatik (mesoteks dan makroteks). Dari analisis terlihat adanya 3 maujud konstruksi: 2 konstruksi yang relatif sistematis dan 1 yang relatif tidak sistematis. Dua konstruksi yang dimaksud mempunyai pola objek + verba kopula + konsep definisi (klausa tematik x dan y) masing-masing dapat diberik karakteristik direksional dan nondireksional. Sementara itu, konstruksi yang relative kurang jelas itu adalah bentuk tidak konsisten terhadap ciri konseptualnya. Kecenderungan yang terlihat ialah jika konsepnya bersifat direksional, strukturnya akan lebih mengedepankan klausa teks Sumber (pola SI) daripada klausa teks Isi (pola IS); sedangkan jika konsepnya bersifat nondireksional, strukturnya lebih mengedepankan klausa teks Isi (pola IS) daripada klausa teks Sumber (pola SI), tetapi tidak terlalu ketat. Pada struktur dan ciri SI itulah tersimpan pengetahuan yang absurd sekaligus menyebabkan ketidakkuasaan kelompok sosial tertentu untuk mengikuti bentuk tuturan (yang dianggap) ideal. Hal itu pula yang menjadi titik tolak pengaturan yang baku dan sistematis perihal pemosisian hegemoni dan kekuasaan dalam konsep objek naskah dinas

    ASOSIASI WACANA “ALUN-ALUN SERIBU PATUNG” DENGAN SITUASI POLITIK KEBANGSAAN DI INDONESIA PADA MASA DAN PASCAREFORMASI

    Get PDF
    From a linguistic point of view, short stories are classified into the type of discourse. Therefore, the tracing of everything on the authors’ intentions can be done through linguistic approaches, among them through discourse and pragmatic analysis approaches. Furthermore, since short stories also classified as works of art (literature), so a semiotic approach can be relevant to support the approaches of discourse and pragmatics analysis. The data in this study comes from the text of a short story titled “Alun-Alun Seribu Patung” by Danarto.  The data was obtained by using observation method through recording technique as a basic technique and note-taking technique as an advanced technique.   Through text deconstruction, at least there are 16 derivative text constructions selected as the data which reflect the association of  the short story with the political reality at the reformation and post-reformation periods (1998—2006). The description of data becomes the clues that actually the author pragmatically did a number of actions, namely reflecting, associating, predicting, evaluating, and criticizing something related to the political and natural events during the reformation and post-reformation periods

    Refleksivitas implikatur percakapan dalam tayang bincang politik di televisi Indonesia pada masa sepuluh bulan menjelang kampanye resmi pemilu 2009

    No full text
    Tesis ini berfokus pada analisis aspek makna refleksif secara pragmatik dalamimplikator percakapan. Sumber data dan sekaligus penanda ranah bahasa untuk penelitiannya adalah percakapan dalam tayang bincang politik di televisi Indonesia. Dengan memanfaatkan ancangan penelitian kualitatif, ditemukan sejumlah perangkat (reflektor) beserta bentuk performatif pengiring yang menjadi petunjuk utama keberadaan refleksivitas implikator dalam percakapan itu. Dengan memanfaatkan teknik interpretasi, teridentifikasi bahwa penutur mengomunikasikan maksud dan tujuan politiknya dengan strategi melanggar dan juga mematuhi sejumlah maksim Prinsip Kerja sama. Sebagai bentuk tindak, reflektor pada dasarnya mengimplikasikan sejumlah fungsi dan nilai. Dari temuan-temuan itu, terlihat adanya suatu konstruksi makna yang refleksif. Secara kontekstual,pengubahan bagian-bagian tertentu pada konstruksi itu akan memperlihatkan ketidakhorenean konstruksi tersebut. Pendukungan konteks dan kekoheranan konstruksi itulah yang menandakan bahwa penutur membuat ujarannya benar-benar untuk tujuan reflesivitas komunikasi politiknya. Hasil penelitian ini dapat menjadi data kebahasaan sinkronis, dalam keperluan pembandingan untuk penelitian topik terkait berikutnya
    corecore