15 research outputs found

    Identifikasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B dalam Kerupuk Berwarna Merah yang Beredar di Masyarakat

    Full text link
    Kerupuk  merupakan  makanan  ringan  yang  dibuat  dari  adonan  tepung tapioka dicampur bahan perasa.Kerupuk tidak lepas dari masalah keamanan makanan jajanan. Adanya produsen yang menggunakan Rhodamin B pada produknya. Rhodamin B merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan uji analisa kuantitatif terhadap Rhodamin B yang terdapat pada kerupuk merah  dengan  menggunakan  Spektrofotometri  Uv-Visibel.Penelitian  yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Populasi penelitian ini adalah seluruh kerupuk berwarna merah yang beredar di pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan. Dengan mengambil 5 sampel dari masing-masing pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan. Dari penelitian ini didapatkan 7 sampel kerupuk teridentifikasi mengandung Rhodamin  B  dan  3  sampel  kerupuk  lainnya  tidak  mengandung  Rhodamin  B. Dengan  sampel  kerupuk  dari  pasar  modern  tidak  terdapat  kadar  Rhodamin  B, hanya dua (2) sampel yaitu A3 dan A4 yang memiliki kadar Rhodamin B yang sangat sedikit yaitu 0,01. Dan sampel kerupuk dari pasar tradisional terdapat kadar Rhodamin B yang cukup beragam mulai dari 1,14 PPM (B1), 1,39 (B2), 1,63 PPM (B3), 2,06 PPM (B5), dan 2,53 PPM (B2).Rata-rata kandungan Rhodamin B pada sampel  kerupuk  dari  pasar  tradisional  adalah  1,75  PPM.  Sedangkan  rata -rata kandungan sampel kerupuk dari pasar modern adalah 0,004 PPM. Berdasarkan uji statistika dengan Mann-Whitney Test, didapati nilai P adalah 0,008 yang artinya terdapat perbedaan rata-rata kadar Rhodamin B antar sampel kerupuk dari pasar tradisional dan modern yang secara statistik bermakna. Perlu dilakukannya penelitian untuk menemukan inovasi dalam identifikasi Rhodamin B pada sampel kerupuk yang lebih praktis, cepat, dan murah sehingga lebih aplikatif bagi masyarakat

    Size Distribution of Cerithium Rostratum Shell Used by Crustacea Birgus in Coastal Waters of Sungai Nipah in Pesisir Selatan Province West Sumatra

    Full text link
    This study aims to determine the abundance, size distribution of Cerithium rostractum shells used Birgus in coastal waters of the Sungai Nipah in West Sumatra. This study was conducted in June 2015. Birgus was obtained from three different stations. The results showed that at the first station had the highest average of abundance is 13333.33 ind / Ha and the lowest average of abudance at station III that was 2266,667 ind/ Ha. There were 5 Birgus species namely B. rugosus, B. perlatus, B. perlatus, and species B. brevimanus with pereent abudance of 4.32% -61.11%. Shell size used by Birgus were grouped info 4 groups, namely the size of group 1 (10mm). Birgus shell size that is used most dominant came from size of 51-80mm and 81-100mm, in all station. The overall distribution pattern in the study site was 1.02 -1.71, meaning the tipe of distribution was spread clustered. Result of the F test on abudance showed a significant difference. The value of environmental parameters measured were in the range of : temperatures 29-30.5 0C, pH 7, salinity 30-32 ‰, and transparency of 100%. The parameter values is still were all still supporting to Birgus life

    Penggunaan Media Pembelajaran Kotak dan Kartu Misterius (Kokami) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Hidrokarbon dan Minyak Bumi di Kelas X.8 Sman 9 Pekanbaru

    Full text link
    This research is aimed to find out the improvement of the students\u27 learning activity and completeness by using mysterious card and box learning media in hydrocarbons and crude oil topic at X.8 grade of SMAN 9 Pekanbaru in academic year 2015/2016. This research is class action research with two cycles research design. The sample of this research was X.8 grade students. They were given a corrective action in learning process by using mysterious card and box learning media. The data were collected by giving test and observation method. The researcher analyzed the data descriptively by using percentage technique. Based on the result of the data analysis, it can be concluded that the use of mysterious card and box learning media can improve students\u27 learning activity and completeness in Hydrocarbons and crude oil topic at X.8 grade of SMAN 9 Pekanbaru. It can be seen by the improvement of students\u27 learning activity from 72.35% at the first cycle to 88.81% at the second cycle, and learning completeness from 89.47% at the first cycle to 100% at the second cycle

    Uji Efektivitas Ekstrak Buah Kurma (Phoenix Dactylifera) dan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) sebagai Nefroprotektor terhadap Tikus yang di Induksi Paracetamol

    Full text link
    Penggunaan paracetamol dalam jangka panjang dapat membentuk senyawa NAPQI (N-asetil-p-benzokuinon) yang berasal dari hasil metabolisme parasetamol yang tidak dapat berikatan dengan reseptor sehingga dapat menyebabkan radikal bebas dan bersifat toksik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan ekstrak buah kurma (Phoenix dactylifera) sebagai nefroprotektor. Untuk menguji efektivitas digunakan tikus yang di induksi paracetamol. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan ekstrak buah kurma (Phoenix dactylifera) memiliki efektivitas sebagai nefroprotektor dengan buah mahkota dewa lebih efektif dibandingkan dengan buah kurma

    Uji Efektivitas Ekstrak Buah Kurma (Phoenix Dactylifera) dan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) dari Pemeriksaan SGOT dan SGPT terhadap Tikus yang di Induksi Paracetamol

    Full text link
    Banyak obat yang telah dilaporkan dapat menyebabkan hepatotoksisitas, salah satunya adalah parasetamol.  Hepatotoksisitas dapat dicegah dengan pemberian agen hepatoprotektif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa dan ekstrak buah kurma memiliki efektivitas sebagai hepatoprotektor. Hepatotoksisitas parasetamol pada manusia dapat terjadi setelah penggunaan dosis tunggal 10-15 gram. Mekanisme hepatotoksik parasetamol berkaitan dengan penurunan kadar glutanin hati akibat metabolit parasetamol yaitu N-Acetyl-p-Benzoquinoneimine (NAPQI) yang merupakan metabolit reaktif dari parasetamol yang bersifat toksik pada hati

    Implementasi Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS Umum Royal Prima Tahun 2018

    Full text link
    Implementasi  program  pencegahan  dan  pengendalian  infeksi  di  RSU Royal Prima sudah berjalan baik. Dukungan manajemen terhadap program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSU Royal Prima juga sudah cukup maksimal. Direktur RSU Royal Prima sudah memahami dan melaksanakan  kegiatan manajerial PPI  yaitu  perencanaan,  pengawasan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dengan baik. Standar Pelayanan Medik (SPM) bahwa tim PPI yang terlatih dilihat sudah sesuai dengan yang ditetapkan sebanyak 75% tim PPI   sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan baik dari luar rumah sakit (PERSI dan HIPPI) ataupun dari dalam rumah sakit (In House Training). Struktur  organisasi  komite  PPIRS  Royal  Prima  sudah  sesuai  dengan susunan  yang  di  tetapkan  Depkes  RI,  2008.  Direktur  sebagai  posisi tertinggi dalam struktur organisasi serta sudah ada susunan komite dan tim PPIRS.     Posisi    komite    PPIRS    juga    sudah    melibatkan    seluruh unit/komite/departemen terkait di rumah sakit. Uraian tugas komite dan tim PPI sudah sesuai antara penentu kebijakan dan pelaksana kebijakan. Terbukti dengan terlaksananya tugas komite PPI dan tim PPI dalam melaksanakan evaluasi berkala pada kebijakan dan pelaksanaan kebijakan PPI. Uraian tugas pengawasan oleh IPCN sudah berjalan baik sedangakan tugas pengawasan oleh IPCLN belum optimal akibat banyaknya tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan serta tidak adanya insentif atau tunjangan secara khusus yang diberikan kepada IPCLN. Fasilitas yang disediakan di rumah sakit sudah cukup memadai. Informan menyatakan bahwa penyediaan fasilitas bahan dan peralatan sebagai pelaksanaan program PPI di RSU Royal Prima selalu terpenuhi. Laporan kepada direktur untuk menyediakan barang yang dibutuhkan selalu dipenuhi dan disetujui sehingga gudang penyediaan barang akan menyediakan barang yang dibutuhkan. Penyediaan fasilitas penunjang untuk kerja komite dan tim PPI sudah baik dikarenakan terdapatnya ruangan  khusus komite   PPIRS Royal  Prima.  Manajemen  rumah  sakit telah memberikan perhatian terhadap kelengkapan penyediaan fasilitas sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakitKomitmen individu sudah tampak dari adanya keinginan dan keperdulian seluruh informan untuk terlibat dan peduli dalam implementasi PPI di rumah  sakit  dengan  adanya  arahan  dari  direktur  rumah  sakit

    Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Penyimpanan Obat di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2018

    Full text link
    Obat merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling nyata dan paling dirasakan oleh pasien yang berkunjung ke fasilitas kesehatan. Di pelayanan kesehatan rujukan belanja obat dapat menyerap biaya sekitar  60-70%  dari total pengeluaran. Sedangkan di pelayanan kesehatan dasar pengeluaran untuk penyediaan obat antara 30 – 40 %.  Sesuai Jaminan Mutu (Quality Assurance) dalam pengelolaan dan pelayanan obat di Puskesmas sarana penyimpanan obat harus memadai baik kapasitas maupun kualitas, sehingga memungkinkan pengelolaan obat dan perbekelanan kesehatan baik. Tujuan Penyimpanan Obat di Puskesmas agar setiap obat yang diadakan dapat digunakan dengan baik, harus dihindari agar obat yang rusak / kadaluarsa karena proses penyimpanan atau tidak terpakai seminimal mungkin  atau tidak ada sama sekali. Begitu juga obat yang diperlukan harus tersedia setiap saat dibutuhkan, sehingga setiap kebutuhan obat pasien terpenuhi dengan cepat.  Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional, besarnya sampel dalam penelitian sebanyak 20 orang petugas pengelola obat Puskesmas di Kota Jambi . Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa penyimpanan obat di Puskesmas yang berada pada kategori baik sebanyak 12 puskesmas (60,0%) dan pada kategori kurang baik sebanyak 8 puskesmas (40,0%), selanjutnya dilakukan uji chi – squere terbukti bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan, pelatihan, komitmen pimpinan Puskesmas, dan sarana dengan penyimpanan obat di Puskesmas.  Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk mengadakan evaluasi terhadap penyimpanan obat di Puskesmas, yang meliputi ketersediaan sarana penyimpanan, peningkatan pelatihan penyimpanan obat kepada petugas pengelola obat
    corecore