2 research outputs found

    DESAIN BUBU BOLA UNTUK PENANGKAPAN SPINY LOBSTER (Panulirus sp.) SECARA BERKELANJUTAN

    Get PDF
    Operasi penangkapan lobster di Indonesia masih dilakukan dengan cara penangkapan yang cenderung tidak ramah lingkungan. Penggunaan jaring insang dasar dan krendet yang mendominasi pada upaya penangkapan lobster dinilai masih kurang selektif dan berpotensi mengakibatkan ghost fishing. Hal ini karena dasar perairan yang didominasi dengan substrat berpasir, berkarang dan berbatu membuat jaring sering tersangkut dan saat diangkat akan ada bagian badan jaring yang tertinggal. Jaring yang tertinggal ini masih tetap memiliki kemampuan untuk menangkap lobster, hanya saja sudah tidak dalam kendali manusia. Perancangan perangkap lobster yang dinilai lebih selektif dan ramah lingkungan dilakukan dengan metode observasi dan wawancara dengan mempelajari perkembangan alat penangkap lobster di dunia, permasalahan pada alat penangkap lobster yang ada saat ini serta mempelajari tingkah laku lobster. Bentuk bubu menyerupai bola berbahan HDPE, dengan dinding dari dasar bubu sampai 8 cm ke atas adalah dinding bertekstur polos. Selebihnya sampai pada mulut bubu dibuat lubang-lubang agar lobster dapat memanjat bubu. Tujuan dari desain ini agar lobster yang mampu memanjat bubu hanya lobster kategori layak tangkap. Ketinggian 8 cm ini dibuat berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan secara manual pada beberapa ekor lobster layak tangkap yaitu > 7 cm, sehingga dianggap mampu menggapai lubang pada dinding bubu ini. Pengujian tahap awal pada desain ini dilakukan untuk memastikan bubu dapat sampai di dasar laut dengan posisi pintu menghadap ke atas serta desain pintu bubu mampu menghalangi lobster yang telah masuk untuk keluar dari bubu. Namun demikian desain ini masih harus dilakukan uji penangkapan di daerah penangkapan lobster dalam satu siklus penangkapan lobster

    PENGELOLAAN LOBSTER (Panulirus spp) NELAYAN SKALA KECIL DI PANGANDARAN JAWA BARAT

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan lobster (Panulirus spp) nelayan skala kecil di Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Cikidang, Pantai Madasari, Desa Ciparanti dan Pantai Legok Jawa Kec. Cimerak Kabupaten Pangandaran pada tanggal 4 Januari 2021 – 4 Februari 2021. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat survei. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat penangkap ikan yang digunakan untuk menangkap lobster adalah gillnet dasar atau nelayan setempat menyebutnya dengan jaring lobster. Lobster yang tertangkap di perairan pangandaran dan diperjualbelikan di Pelelangan ikan terdiri dari beberapa jenis, yaitu lobster mutiara (Panulirus ornatus), lobster pasir (Panulirus homarus), lobster batik (Panulirus cygnus), lobster bambu (Panulirus versicolor) dan lobster batu (Panulirus penicillatus). Kegiatan pelelangan ikan di Pangandaran pada umumnya dilaksanakan setiap hari kecuali hari Jum’at. Musim puncak penangkapan lobster terjadi pada awal bulan September hingga akhir Desember. Musim paceklik diawali dari mulai akhir bulan januari hingga awal Agustus. Permasalahan yang umum terjadi pada nelayan skala kecil di pangandaran adalah minimnya modal usaha, membuat nelayan bergantung kepada bakul untuk memperoleh modal untuk operasi penangkapan ikan
    corecore