20 research outputs found
Influence of Cutting Materials and Growth Regulators on the Growth of Trema (Trema orientalis L.) Cuttings
Trema orientalis L. is a potential species to be developed as a biomass-based renewable energy source. The use of quality seedling that can be done through vegetative techniques is one of the issues that determine the success of plantation development. The purpose of this research is to get the best cutting material and an optimal growth regulator for multiplication of shoot cuttings. The shoot cuttings were obtained from 12-month-old seedlings. The design used was a complete randomized design (CRD) factorial pattern with two factors, namely cuttings positions (shoot, middle and bottom parts) and concentration of naphthalene acetic acid (NAA) growth regulator of 0, 50, 100, 150, 200, 250, and 300 ppm. The result showed that T. Orientalis propagation can be carried out well by using seedling shoot section soaked in NAA 300 ppm for 10 minutes. The treatment was able to have the percentage of rooting cutting of 71.67percent, number of roots of 6 pieces, root dry weight of 0.088 g, and shoot dry weight of 0.148 g
PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEMBIBITAN GERUNGGANG (Cratoxylom arborescens (Vahl) Blume)
Pembangunan hutan tanaman gerunggang (Cratoxylom arborescens (Vahl) Blume memerlukan bibit yang bermutu. Bibit berkualitas dapat dihasilkan dengan mengoptimalkan proses fisiologis tanaman seperti fotosintesa dan metabolisme yang dipengaruhi oleh faktor luar seperti sinar matahari, tersedianya air, hara mineral dan kondisi tempat tumbuh. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari teknik pembibitan untuk memperoleh informasi pengaruh media dan naungan terhadap pertumbuhan bibit gerunggang. Media yang digunakan adalah tanah, serbuk sabut kelapa, arang sekam padi dan campuran ketiganya. Naungan yang diberikan terdiri dari tanpa naungan (0%), 25%, 50% dan 75%. Hasil penelitian menunjukkan pembibitan gerunggang asal benih menggunakan media campuran arang sekam padi dan serbuk sabut kelapa (1:2,v/v) dan naungan 25% menghasilkan tinggi bibit 11,10 cm dengan diameter batang 1,51 mm dan 11 helai daun pada umur 3 bulan
PENGARUH PEMANGKASAN DAN PELENGKUNGAN TERHADAP PRODUKSI TUNAS PADA POHON PANGKAS KAYU BAWANG (Azadirachta excelsa)
Stek merupakan teknik perbanyakan alternatif untuk memecahkan permasalahan dalam pembibitan kayu bawang (Melia azedarach) yang disebabkan oleh benihnya yang tergolong rekalsitran. Perbanyakan vegetatif dalam skala besar membutuhkan sumber bahan stek yang dapat disediakan oleh suatu kebun pangkas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengelolaan kebun pangkas. Penelitian pertama bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi tanaman induk (30 cm, 60 cm, 90 cm) pada produktivitas tunas. Penelitian kedua adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan perlakuan pemangkasan dan pelengkungan terhadap pertumbuhan dan jumlah tunas. Perlakuannya adalah: 1) pucuk dipanen (2-3 ruas), cabang dilengkungkan, dan daun dibiarkan tidak dipetik, 2) pucuk dipanen (cabang disisakan sepanjang 10 cm), semua daun dipetik, cabang tidak dilengkungkan; 3) pucuk dipanen (2-3 ruas ), cabang dilengkungkan, dan semua daun dipetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman induk yang dipangkas 30 cm merupakan perlakuan yang terbaik pada pemangkasan pertama. Pemeliharaan selanjutnya yang terbaik adalah setelah pucuk dipanen (2-3 cm), cabang dilengkungkan, dan semua daun pada cabang dipetik
Pengaruh Media Dan Naungan Terhadap Pertumbuhan Pembibitan Gerunggang (Cratoxylom Arborescens (Vahl) Blume)
Pembangunan hutan tanaman gerunggang (Cratoxylom arborescens (Vahl) Blume memerlukan bibit yang bermutu. Bibit berkualitas dapat dihasilkan dengan mengoptimalkan proses fisiologis tanaman seperti fotosintesa dan metabolisme yang dipengaruhi oleh faktor luar seperti sinar matahari, tersedianya air, hara mineral dan kondisi tempat tumbuh. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari teknik pembibitan untuk memperoleh informasi pengaruh media dan naungan terhadap pertumbuhan bibit gerunggang. Media yang digunakan adalah tanah, serbuk sabut kelapa, arang sekam padi dan campuran ketiganya. Naungan yang diberikan terdiri dari tanpa naungan (0%), 25%, 50% dan 75%. Hasil penelitian menunjukkan pembibitan gerunggang asal benih menggunakan media campuran arang sekam padi dan serbuk sabut kelapa (1:2,v/v) dan naungan 25% menghasilkan tinggi bibit 11,10 cm dengan diameter batang 1,51 mm dan 11 helai daun pada umur 3 bulan
Identifikasi Hama Penyebab Gall pada Daun Bibit Nyawai (Ficus Variegata L.)
Salah satu kendala di persemaian Ficus variegataL. (nyawai) adalah hama. Olehkarenaitu, identifikasihama, gejala serangan hama dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit merupakan aspek yang perlu diketahui untuk mengetahui teknik pengendalian yang tepat.Sebanyak 90 bibit digunakan sebagai sampel. Metode penelitian yaitu pengamatan gejala, persentase serangan, jenis hama dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit.Gejala serangan hama pada daun nyawai yaitu berupa terbentuknya gall.Serangga yang menyebabkan gall pada daun nyawai yaitu Pauropsylla sp.(Homoptera : Psyllidae).Hasil pengamatan menunjukkan serangan galldapat menghambat pertumbuhan bibit umur 6 bulan. Tinggi bibit yang sehat sebesar 39, 28 cm, terinfeksi ringan sebesar 32, 95 cm sedangkan terinfeksi berat sebesar 32,65 cm
Penggunaan Media Dan Hormon Tumbuh Dalam Perbanyakan Stek Bambang Lanang (Michelia Champaca L.)
Tanaman bambang lanang (Michelia champaca L.) merupakan jenis alternatif prioritas dalam pembangunan hutan tanaman penghasil kayu. Perbanyakan jenis bambang lanang secara generatif mengalami kendala karena benih mudah rusak. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek merupakan salah satu teknik yang dapat diterapkan secara masal dan tidak tergantung musim buah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media dan hormon tumbuh pada teknik perbanyakan vegetatif stek bambang lanang. Rancangan penelitian menggunakan rancangan faktorial dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama media stek terdiri atas 3 taraf yaitu media pasir, campuran serbuk sabut kelapa + sekam padi (2:1;v/v), campuran serbuk sabut kelapa + sekam padi + arang sekam padi (6:3:1,v/v); dan faktor kedua hormon tumbuh auksin terdiri atas 7 taraf yaitu Indole-3 Butyric Acid (IBA) 0 ppm,IBA 50 ppm, IBA 100 ppm, IBA 200 ppm, IBA 50 ppm + Naphthalene-1 Acetic Acid (NAA) 50 ppm, IBA 100 ppm + NAA 50 ppm, IBA 200 ppm + NAA 50 ppm Setiap perlakuan diulang 3 kali dan setiap ulangan terdiri dari 20 stek. Bahan stek yang digunakan adalah bagian pucuk asal anakan umur dua belas bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk memperbanyak tanaman bambang lanang dari bibit yang berumur muda dapat menggunakan media pasir tanpa diberi hormon tumbuh, pada media campuran serbuk sabut kelapa + sekam padi dengan diberi hormon tumbuh IBA 100 ppm, sedangkan pada media campuran serbuk sabut kelapa + sekam padi + arang sekam padi diberi hormon tumbuh IBA 50 ppm
MODEL PRODUKSI BENIH MALAPARI (Pongamia pinnata Merril.) DI BATUKARAS, CIAMIS, JAWA BARAT
Dalam pengembangan malapari (Pongamia pinnata Merril) sebagai penghasil bahan baku energi minyak nabati diperlukan benih bermutu dengan jumlah yang cukup dan berkelanjutan. Adanya model pendugaan produksi benih dapat membantu proses perencanaan produksi lebih akurat. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan model penduga produksi benih malapari (Pongamia pinnata Merril) di Desa Batukaras, Kabupaten Ciamis. Pohon contoh penghasil benih malapari dipilih secara purposive sebanyak 30 pohon menurut sebaran kelas diameter pohon yang ada di areal penelitian yaitu sebanyak 103 pohon. Setiap pohon contoh dilakukan pengukuran diameter pohon, tinggi total, tinggi bebas cabang dan diameter tajuk. Diameter pohon diukur pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. Data produksi benih diperoleh dengan cara memetik seluruh polong setiap pohon contoh. Hasil penelitian mununjukkan bahwa diameter pohon (x2) dan diameter tajuk (x3) berkorelasi terhadap produksi polong malapari, sedangkan produksi benih hanya berkorelasi dengan diameter tajuk. Model penduga produksi benih malapari di Batukaras adalah Yb = -1050 + 482 x3 butir (r= 48,5% )
PENGGUNAAN MIKORIZA DAN PUPUK NPK DALAM PEMBIBITAN NYAWAI (Ficus variegata Blume)
Kebutuhan bahan baku untuk industri pengolahan kayu dan serat dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan pasokan bahan baku dari hutan alam semakin menurun, akibatnya terjadi kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu dan pulp. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan hutan tanaman yang memadai. Tanaman nyawai (Ficus variegata Blume)  merupakan jenis alternatif prioritas dalam pembangunan hutan tanaman penghasil kayu. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan hutan tanaman nyawai adalah penggunaan bibit bermutu, karena bibit yang berkualitas akan menghasilkan tegakan dengan tingkat produktivitas tinggi. Pengadaan bibit nyawai bermutu dapat melalui teknik perbanyakan generatif maupun vegetatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi pemupukan dan mikoriza yang tepat untuk menghasilkan bibit nyawai yang berkualitas. Buah nyawai dikumpulkan dari Kebun Raya Cibodas (Cianjur). Lokasi Penelitian di persemaian Nagrak. Perkecambahan dilakukan dengan menabur benih pada bak kecambah yang berisi media yang telah disterilkan. Media penyapihan menggunakan tanah sub soil ditambah mikoriza: tanpa mikoriza (C0), Glomus sp. (C1), Acaulospora sp. (C2) dan dosis NPK sebanyak : 0,0 g (P0), 0,5 g/polybag (P1), 1,0 g/poybag (P2). Pengadaan bibit nyawai dapat menggunakan campuran media tanah subsoil + 30 % serbuk sabut kelapa (coco peat) +10 % arang sekam padi (v/v), CMA Glomus sp dan Acaulospora sp mampu berkolonisasi dengan akar bibit nyawai. Pemberian pupuk NPK 0,5 – 1,0 gram per polybag dapat meningkatkan serapan hara P
The Success of Shoot Cuttings of Pooti (Hopea Gregaria Slooten) Applying Rootone-F
Pooti (Hopea gregaria Slooten) is a tree species of the Dipterocarpaceae. It is an endemic tree in Southeast Sulawesi and its existence is endangered. Flowering and fruiting periods of pooti is certainly unknown and do not produce fruits regularry which causes problem in generative propagation. One of the factors that influence the success of shoot cuttings is the presence of growth regulating substance, including the use of Rootone-F. The purpose of this study was to obtain the right dosage of growth regulators for the successful growth of pooti shoot cuttings. Design of the research was completely randomized design consisting of 8 concentrations of Rootone-F, i.e. (a) 0 ppm, (b) 50 ppm, (c) 75 ppm, (d) 100 ppm, (e) 125 ppm (f) 150 ppm, (g) 175 ppm and (h) 200 ppm. The result showed that Rootone-F treatment had not significant effect on all observed variables except for the number of secondary roots. Application of 200 ppm Rootone-F had significantly increased in secondary roots number of pooti shoot cuttings. Pooti plants are easily propagated by shoot cuttings without any treatment of Rootone-F
PENGGUNAAN MIKORIZA DAN PUPUK NPK DALAM PEMBIBITAN JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil
Pembangunan hutan tanaman jabon merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil) memerlukan bibit yang bermutu. Bibit berkualitas dapat dihasilkan dengan mengoptimalkan proses fisiologis tanaman seperti fotosintesa dan metabolisme yang dipengaruhi oleh faktor luar seperti sinar matahari, air, hara mineral dan kondisi tempat tumbuh. Penambahan inokulan mikoriza dan pupuk sebagai penyedia hara dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan daya hidup bibit. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh penggunaan mikoriza dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit jabon merah. Penambahan mikoriza 5 gram dan NPK 0,5 - 1,0 gram/polybag media tanah solum B dapat menghasilkan bibit jabon merah dengan tinggi 28,33 – 30,33 cm dan diameter 5,42 – 6,70 mm pada umur 5 bulan