1 research outputs found

    Perawi Mudallis dalam Shahih Bukhari: Studi Al-jarh Wa Al-ta'dil pada ‘Umar Bin ‘Ali Bin ‘Atha' Bin Muqaddam

    Full text link
    ‘Umar bin ‘Ali bin ‘Athā` bin Muqaddam merupakan seorang rawi yang dipandang telah melakukan tadlīs yang berat dalam meriwayat hadis-hadisnya oleh ulama Jarh ta'dil. Namun, riwayatnya masih dimasukan oleh Imam Bukhārī yang dikenal sangat selektif memasukan riwayat seorang rawi kedalam kitab ­Shahīh-nya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas seorang rawi yang dipandang daif oleh para ulama, dan menemukan alasan dimasukannya riwayat rawi tersebut dalam kitab ­Shahīh Bukhārī disertai dengan kehujjahan hadis-hadisnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah historis dan deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini difokuskan pada penerapan ilmu Jarh ta'dil, dengan melewati tahapan orientasi, eksplorasi, dan analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa Umar bin ‘Ali dipandang sebagai seorang rawi yang berada pada tingkatan ta'dil ketiga dan Jarh kedua. Adapun ketadlīsannya, beliau dikelompokkan kedalam tingkatan tadlīs keempat, yang ditolak oleh para ulama untuk dijadikan hujjah kecuali jika diriwayatkan dengan sigat sima'. Didalam ­Shahīh Bukhārī ditemukan terdapat lima haris yang beliau riwayatkan dan semuanya bisa diterima diterima dikarenakan; pertama, hadis-hadisnya diriwayatkan dengan menggunakan lafaz sima' yang jelas. Kedua, riwayatnya hanya sebagai tābi' dan bukan menjadi hadis pokok; ketiga, terdapat tabi' yang memperkuat riwayatnya dan keempat hanya merupakan hadis mauqūf.[Mudallis Narrators in Shahih Bukhari: Study of al-Jarh wa al-Ta'dil on 'Umar bin 'Ali bin 'Atha' bin Muqaddam. 'Umar bin 'Ali bin' Athā` bin Muqaddam is a narrator who is considered to have done tadlīs heavy in narrating his hadiths by the scholars of Jarh ta'dil. However, his narration was still included by Imam Bukhārī who was known to be very selective in inserting the narration of a narrator into his Shahīh. This study aims to determine the quality of a narrator who is considered weak by the scholars, and find the reason for the inclusion of the narrator's narration in the book of Shahīh Bukhārī is accompanied by the argumentation of his hadiths. The method used in this study is historical and descriptive analysis with a qualitative approach. This research is focused on the application of the science of Jarh ta'dil, by going through the stages of orientation, exploration, and analysis. The results show that Umar bin 'Ali is seen as a narrator who is at the level of the ta'dil thirdand the Jarh second. As fortadlīshis, he is grouped into thelevel of tadlīs fourth, which is rejected by the scholars to be used as an argument unless it is narrated with sigat sima '. InShahīh Bukhārī found that there were five haris that he narrated and all of them were acceptable because of them; firstly, the hadiths are narrated usingword sima ' the clear; secondly, the narration is only as tābi' and not the main hadith; thirdly, there is a tabi ' which strengthens the narration; and Fourthly, it is only a hadith mauqūf.
    corecore