1 research outputs found
PANDANGAN MASYARAKAT CIREBON TERHADAP TRADISI MANDI SUMUR PITU DI DESA ASTANA GUNUNG JATI
Muslikha Tuty Amaliyah : Pandangan Masyarakat Cirebon Terhadap Tradisi
Mandi Sumur Pitu Di Desa Astana Gunung Jati
Tradisi mandi Sumur Pitu di Desa Astana Gunung Jati sudah melekat di
masyarakat, sehingga menarik untuk dikaji. Kebiasaan mandi Sumur Pitu ini menjadi
kebiasaan masyarakat, baik masyarakat pribumi maupun dari luar daerah. Kajian
mengenai tradisi mandi Sumur Pitu ini akan dikaitkan dengan respon masyarakat.
Mengenai pandangan masyarakat bahwa Sumur Pitu dapat mendatangkan kebaikan dan
mempunyai banyak manfaat setelah melakukan mandi tersebut. Secara tidak langsung
kepercayaan tersebut menjadi berpengaruh terhadap masyarakat setelah mandi Sumur
Pitu. Banyak masyarakat yang menyalahgunakan Sumur Pitu sebagai tempat memintaminta.
Sumur Pitu merupakan peninggalan Wali yang digunakan sebagai tempat bersuci.
Wali dan Sumur Pitu hanya sebagai perantara, yang mengabulkan segala sesuatu adalah
Allah.
Dalam penelitian ini dirumuskan masalah yang terkait dengan latar belakang di
atas yakni: pertama, Apa makna Sumur Pitu di Desa Astana Gunung Jati?; kedua,
Bagaimana Sejarah Tradisi Mandi Sumur Pitu di Desa Astana Gunung Jati?; ketiga,
Bagaimana pandangan masyarakat terhadap sumur pitu?
Adapun penelitian ini bertujuan untuk: pertama, memahami makna Sumur Pitu di
desa Astana Gunung Jati, kedua, memahami Tradisi Sumur Pitu di Desa Astana Gunung
Jati, dan terakhir, ketiga, Mengetahui pandangan masyarakat terhadap sumut pitu.
Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian kualitatif yaitu:
observasi dan wawancara (In-dept interview). Dari penelitian ini dihasilkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, Sumur Pitu mengandung makna bahwa manusia harus melakukan
kebaikan dan menjaga sifat dasar. Sifat dasar itu terkandung dalam ketujuh sumur yang
ada di Desa Astana Gunung Jati tersebut. Pertama; Sumur Kanoman (tawaddu), kedua;
Sumur Kasepuhan (dewasa), ketiga; Sumur Jati (ingat akan sejatinya manusia sebagai
hamba Allah yang melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya), keempat;
Sumur Kemuliaan (taqwa), kelima; Sumur Tegangpati (pasrah kepada Allah), keenam;
Sumur Kejayaan (berpegang teguh dalam syariat Islam), dan ketujuh; Sumur Jalatunda
(melaksanakan syariat Islam bukan lagi menjadi beban, tetapi sebagai panggilan).
Kedua, tradisi mandi Sumur Pitu dilaksanakan setiap malam Jumat Kliwon. Para
pengunjung yang mandi Sumur Pitu datang dari berbagai daerah, dengan tujuan yang
berbeda-beda. Dahulu sumur tersebut digunakan oleh para wali untuk bersuci dan
berwudlu. Sedangkan sekarang sumur tersebut dipergunakan oleh masyarakat untuk
tujuan mendapatkan kebaikan, dan sebagian masyarakat meyakini bahwa sumur tersebut
mengandung berkah dan karomah.
Ketiga, pandangan masyarakat Desa Astana Gunung Jati terhadap Sumur Pitu
yaitu Sumur Pitu merupakan peninggalan para wali yang harus dijaga dan dipelihara.
Sumur tersebut hanya sebagai perantara, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, karena
semua ketentuan bergantung kepada kehendak Allah SWT