6 research outputs found

    Analisis Keandalan Struktur Padeye Berdasarkan Konfigurasi Rigging pada Lifting Upper Deck Modul Modec dengan Pendekatan Dinamik

    Full text link
    Di dalam Perusahaan yang bergerak dalam bidang fabrikasi, lifting merupakan salah satu tahapan terpenting dalam membangun bangunan lepas pantai sehingga diperlukan perhitungan dan analisis tambahan untuk memperhatikan apakah struktur tersebut aman ataupun tidak. Sekenario lifting berdasarkan konfigurasi rigging dapat dibuat untuk menentukan rigging equipment yang tepat. Pada kasus ini, struktur yang di-lifting adalah struktur upper deck dari modul MODEC yang dikerjakan oleh PT. GPS Batam. Deck ini memiliki panjang sekitar 19,5 m dan lebar 9 m. Berat total struktur dengan equipment sebesar 55 ton. Konfigurasi rigging yang akan digunakan ada tiga, yaitu Model A (tanpa spreader bar), Model B (satu spreader bar), dan Model C (dua spreader bar). Dari ketiga konfigurasi tersebut akan diperoleh dimensi padeye yang berbeda- beda. Model A, Model B, dan Model C memiliki diameter hole padeye masing-masing sebesar 74 mm, 65 mm, dan 52 mm. Tegangan dan UC tertinggi sama- sama terjadi pada Model A sebesar 17625,99 psi dan untuk UC sebesar 0,52. Tetapi hal ini berbanding terbalik apabila ditinjau dari daerah lubang. Tegangan ataupun UC yang lebih tinggi jatuh pada Model C yang menggunakan dua spreader bar sebesar 13936,58 psi dan nilai UC sebesar 0,45. Tegangan yang terjadi di attachments maupun sekitar hole dijadikan variabel dalam mencari keandalan yang terjadi pada tiap padeye dengan metode Mean value first order second moment (MVFOSM). Sehingga didapatkan Probality of Failure (PoF) pada attachments padeye pada Model A, B, dan C masing- masing sebesar 0,126%, 0,064 %, dan 0,0001 %. Sedangkan PoF pada hole padeye sebesar 0,062% untuk Model A, 0,10 % untuk Model B, dan 0,23% untuk Model C

    Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal: Studi Kasus MV. Blossom

    Full text link
    Reparasi kapal merupakan sebuah proyek yang singkat dalam prosesnya sehingga waktu merupakan elemen kritis sebagai parameter penyelesaian. Keterlambatan waktu merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi pada setiap proyek. Suatu proyek cenderung mengalami keterlambatan apabila buruknya manajemen proyek dan juga kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh sumber daya manusia didalamnya. Tugas akhir ini menganalisa faktor penyebab keterlambatan pada proyek reparasi kapal MV. Blossom dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) serta membuat rencana baru penjadwalan proyek agar dapat dijadikan sebagai acuan supaya proyek dapat selesai sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan Critical Path Method (CPM). Dari hasil analisa metode FTA didapatkan tiga peluang basic event penyebab utama keterlambatan proyek sebesar 0.33196 untuk peralatan kerja terbatas, 0.22502 untuk peralatan jarang dirawat, dan 0.12393 untuk jumlah tenaga kerja kurang. Untuk hasil penjadwalan ulang dengan CPM didapatkan bahwa proyek dapat selesai dalam waktu 41 hari yang semula berdurasi 101 hari

    Penilaian Risiko Kuantitatif Tubrukan Kapal dengan Platform: Studi Kasus Tubrukan Kapal dengan Wellhead Platform PHE-12

    Full text link
    Pada tugas akhir ini dilakukan penilaian risiko tubrukan kapal pada platform, dengan mengambil studi kasus terhadap Platform PHE-12 milik PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) yang akan segera diinstalasi di blok Madura Barat , dan hanya berjarak 2,91 km dari arus pelayaran bebas. Penilaian risiko dilakukan dengan menghitung frekuensi kejadian dan konsekuensi kerusakan akibat tubrukan. Perhitungan frekuensi kejadian dilakukan dengan metode kuantitatif Computerized Risk Assessment of Shipping Hazard (CRASH) dengan memproyeksikan tubrukan passing vessel dengan platform PHE-12 melalui skenario head-on dan drifting. Sementara perhitungan konsekuensi dilakukan dengan mencari peluang kegagalan struktur (collapse) dari kekuatan ultimate struktur dan nilai plastisitas yang kemudian diranking pada ketentuan konsekuensi yang ditetapkan pada tabel konsekuensi IPC. Dari kedua perhitungan tersebut, didapat hasil tingkat frekuensi kejadian tubrukan dengan skenario head-on adalah 0,021392 , sementara tubrukan dengan skenario drifting adalah 0,02999. Sementara hasil pemetaan risiko dengan menilik nilai konsekuensi pada matriks menyatakan tubrukan kapal mendapat risiko tinggi. Didapatkan kesimpulan akhir bahwa penilaian risiko tubrukan kapal terhadap platform berada pada risiko tinggi. Langkah preventif yang diberikan adalah penambahan kekuatan struktur dengan fender, dan instalasi Automatic Radar Ploting Aid(ARPA) , Radar Beacon (Racon), Vessel Traffic System (VTS) dan rekomendasi mitigasi grouting pada pile
    corecore