3 research outputs found
RUMAH LANSIA KHUSUS PASTOR PRAJA KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG DI GEDANGANAK, UNGARAN KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH
Keuskupan Agung Semarang terbagi dalam 4 kevikepan dan memiliki 98 paroki, oleh
karena itu Keuskupan Agung Semarang memiliki banyak pastor yang tersebar di berbagai kota.
Pertumbuhan jumlah pastor meningkat setiap tahunnya. Jumlah pastor praja di Keuskupan
Agung Semarang telah mencapai 222 pastor pada tahun 2019. Dengan bertambahnya jumlah
pastor, bertambah juga jumlah pastor lansia. Pastor lansia masih dapat melakukan pelayanan
walaupun terbatas oleh kondisi fisiknya. Kegiatan pastor lansia sehari-hari diisi dengan berdoa,
membaca buku, bahkan menulis buku. Jumlah rumah lansia yang sudah ada mayoritas
ditujukan bagi suster sehingga sebagian besar pastor lansia di Keuskupan Agung Semarang
sementara ini tinggal di Wisma Domus Pacis (8 orang) dan sisanya tinggal di gereja-gereja
maupun rumah lansia untuk umum. Belum ada rumah lansia yang secara khusus ditujukan
untuk pastor praja Keuskupan Agung Semarang.
Oleh karena itu, dibutuhkan rumah lansia untuk memfasilitasi kebutuhan akan hunian
bagi pastor praja Keuskupan Agung Semarang sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pada masa tuanya baik secara fisik maupun psikis. Dengan penataan ruang dalam dan ruang luar pada sudut pandang arsitektural, diharapkan dapat menjadi tempat tinggal yang layak bagi
pastor lansia sehingga tidak perlu tinggal di gereja. Kenyamanan dan keamanan pastor lansia
menjadi hal yang harus diperhatikan dalam perancangan rumah lansia. Dalam meningkatkan kualitas hidup secara fisik maupun mental, pendekatan arsitektural yang diterapkan adalah pendekatan healing environmen
PERANCANGAN RUMAH TINGGAL YANG MERESPON KONDISI PANDEMIK; PASSIVE DESIGN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYARING PATOGEN
Adaptasi terhadap pandemik telah berlangsung selama berabad-abad. Masyarakat
modern mempelajari kasus yang terjadi sebelumnya guna menghadapi kondisi pandemik
berikutnya. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk menghadapi kondisi yang ada, baik secara individu maupun sistemik.
Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana jika dalam kondisi terburuk, teknologi yang
membantu dan memudahkan kita beradaptasi tidak dapat digunakan. Rancangan ini mencoba
untuk mencari solusi dengan memanfaatkan potensi alam yang ada serta adaptasi kita sebagai
manusia dengan bijak. Metode Cyclical Design Process digunakan dalam proses
perancangan, diawali dengan analisis programatik dan analisis tapak, sintesis yang meliputi
konsep, zonasi dan implementasi desain serta evaluasi terhadap rancangan dengan
menggunakan software ENVI-met untuk pembuktian rancangan. Hasilnya sebuah rancangan
rumah tinggal multi massa dengan orientasi massa yang berbeda, dihubungkan dengan taman
di tengah massa bangunan guna memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami dalam
ruang, sekaligus memecah aktivitas guna meminimalkan penyebaran virus diantara penghuni.
Penggunaan vegetasi dalam perancangan selain untuk memaksimalkan sistem desain pasif,
penyaring patogen serta memenuhi kebutuhan pangan mandiri bagi penghuni
PERANCANGAN RUMAH TINGGAL YANG MERESPON KONDISI PANDEMIK; PASSIVE DESIGN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYARING PATOGEN
Abstract: Adaptation to the pandemic has been going on from past eras. An increasingly modern society learns a lot from the previous case in dealing with the next pandemic. Technological advances and new discoveries in various fields make it easy for humans to deal with existing conditions, both individually and systematically. But does it ever come to our thoughts if we are in the worst condition when we cannot rely on technology anymore, when all systems are shut down, when we are in such catastrophe, is there anything we can do? This design tries to find a solution by utilizing the existing natural potential and our adaptation as a human, wisely. Cyclical Design Process used in the design process, starting with analysis; both programmatic and site analysis, synthesis which consist of conceptual, zoning and the design implementation, and evaluation using the ENVI-met software to evaluate and also to prove the design. The result is a house with multi mass, which has different orientation, connected by the courtyard to maximize the daylight and natural ventilation inside the house, and also separating the activity of the inhabitant, to minimize the spread of the virus among the inhabitants. Vegetation chosen in this design for supporting the passive design system, as a pathogen trap and ensuring food sufficiency for inhabitants.Abstrak: Adaptasi terhadap pandemik telah berlangsung selama berabad-abad. Masyarakat modern mempelajari kasus yang terjadi sebelumnya guna menghadapi kondisi pandemik berikutnya. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menghadapi kondisi yang ada, baik secara individu maupun sistemik. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana jika dalam kondisi terburuk, teknologi yang membantu dan memudahkan kita beradaptasi tidak dapat digunakan. Rancangan ini mencoba untuk mencari solusi dengan memanfaatkan potensi alam yang ada serta adaptasi kita sebagai manusia dengan bijak. Metode Cyclical Design Process digunakan dalam proses perancangan, diawali dengan analisis programatik dan analisis tapak, sintesis yang meliputi konsep, zonasi dan implementasi desain serta evaluasi terhadap rancangan dengan menggunakan software ENVI-met untuk pembuktian rancangan. Hasilnya sebuah rancangan rumah tinggal multi massa dengan orientasi massa yang berbeda, dihubungkan dengan taman di tengah massa bangunan guna memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami dalam ruang, sekaligus memecah aktivitas guna meminimalkan penyebaran virus diantara penghuni. Penggunaan vegetasi dalam perancangan selain untuk memaksimalkan sistem desain pasif, penyaring patogen serta memenuhi kebutuhan pangan mandiri bagi penghuni