16 research outputs found

    Pemanfaatan Beberapa Kaldu Hewan sebagai Bahan Formula Cair Pseudomonas Fluorescens P60 untuk Mengendalikan Sclerotium Rolfsii pada Tanaman Mentimun

    Full text link
    A research aiming at knowing the potency of several animal broths as organic liquid formula of Pseudomonas fluorescens P60, soaking period of Sclerotium rolfsii sclerotia, and its application method on cucumber stem-end rot was done. Completely randomized design and randomized block design both arranged by factorial were used for in vitro and in planta tests, respectively. The first factor was six kinds of animal broth, i.e., golden snail, local chicken,broiler chicken, catfish, cow bone, and rat. The second one for in vitro test was the soaking period in the Pseudomonas fluorescens P60 formula, i.e., 0, 1, 10, and 100 hours and for in planta one was application methods, i.e., seed soaking or crop spraying. Result of the research showed that the best animal broth as liquid formula for Pseudomonas fluorescens P60 was golden snail broth indicated by suppression of sclerotial germination up to 97.4% after soaking for 100 hours. The best application method to suppress the disease was spraying method showed by suppressed of sclerotial germination, longer incubation period, and suppressed disease incidence and sclerotial late population of 55.79, 147.35, 66.67, and 59.68%, repectively. Spraying the formula could also increase crop height difference, fresh and dry weight of crop, fresh and dry weight of root, and root length to 146.83, 86.62, 112.5, 87.88, 140, and 159.68%, respectively.Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui potensi beberapa kaldu hewan sebagai formula cair organik Pseudomonas fluorescens P60, lama perendaman sklerotium Sclerotium rolfsii, dan cara aplikasinya terhadap penyakit busuk pangkal batang mentimun dilakukan. Rancangan acak lengkap faktorial dan rancangan acak kelompok faktorial digunakan dalam penelitian in vitro dan in planta. Faktor pertama yang diuji adalah enam jenis kaldu yang terdiri atas kaldu keong mas, ayam kampung, ayam potong, ikan lele, tulang sapi, dan tikus. Faktor kedua pada penelitian in vitro adalah lama perendaman dalam formula kaldu Pseudomonas fluorescens P60 selama 0, 1, 10, dan 100 jam dan pada in planta adalah cara aplikasi terdiri atas rendam benih atau siram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaldu hewan terbaik sebagai bahan formula cair Pseudomonas fluorescens P60 adalah kaldu keong mas, yang ditunjukkan dengan penekanan perkecambahan sklerotium sebesar 97,4% pada perendaman 100 jam. Aplikasi formula cair terbaik untuk penekanan penyakit busuk pangkal batang adalah siram, yang ditunjukkan oleh penekanan perkecambahan sklerotium, memperlama masa inkubasi, serta penekanan kejadian penyakit dan populasi akhir sklerotium masing-masing adalah 55,79, 147,35, 66,67, dan 59,68%. Pemberian formula cair juga mampu meningkatkan selisih tinggi tanaman, bobot basah dan kering tanaman, bobot basah dan kering akar, dan panjang akar berturut-turut sebesar 146,83, 86,62, 112,5, 87,88, 140, dan 159,68%

    Keefektifan Bacillus SP. Dan Pseudomonas Fluorescens Mengendalikan Fusarium Oxysporum F.sp. Lycopersici Dan Meloidogyne SP. Penyebab Penyakit Layu Pada Tomat Secara in Vitro

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas fluorescens dari perakaran tanaman tomat yang secara in vitro memiliki kemampuan kitinolitik, mampu menekan Fusarium oxysporum pada tanaman tomat secara invitro, dan memiliki kemampuan untuk menekan penetasan telur nematoda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bacillus sp. dan Pseudomonas fluorescens yang berasal dari perakaran tanaman tomat bersifat kitinolitik, (2) kedua bakteri tersebut dapat menekan pertumbuhan F. oxysporum secara invitro sebesar 3,22-66,67%, dan (3) kedua bakteri tersebut secara in vitro dapat menghambat penetasa telur Meloidogyne sebesar 17,15-64,85%

    Inventarisasi Dan Identifikasi Patogen Tular-tanah Pada Pertanaman Kentang Di Kabupaten Purbalingga

    Full text link
    Atogen tular-tanah di lahan kentang merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi, dan kualitas hasil tanaman. Inventarisasi dan identifikasi patogen tular-tanah di lahan kentang dengan metode purposive sampling telah dilakukan di Kabupaten Purbalingga, yang meliputi Dusun Gunung Malang di Desa Serang dan Dusun Bambangan dan Kutabawa di Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja dari bulan November 2008 sampai Januari 2009. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis dan virulensi patogen tular-tanah di lahan kentang di lokasi tersebut. Isolasi dan uji virulensi dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Peubah yang diamati yaitu karakter morfologi mikrobe patogen, kepadatan di dalam tanah, dan reaksi hipersensitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh spesies patogen ditemukan di lahan kentang, yaitu Fusarium oxysporum, F. solani, Ralstonia solanacearum, Curvularia sp., Phytophthora infestans, Helminthosporium purpureum, dan Pseudomonas kelompok berpendar. Populasi mikrobe di lahan kentang yang paling dominan ialah R. solanacearum, yaitu 71,6%, disusul oleh F. oxysporum sebesar 16,87%. Sebaran mikrobe di masing-masing lahan kentang berbeda. Semua lahan kentang di Kabupaten Purbalingga sudah terkontaminasi patogen tular-tanah penting sehingga perlu disehatkan kembali secara hayati.Soilborne plant pathogens in potato land are one of important factors influencing plant growth, production and yield quality. Inventarization and identification of soilborne diseases using purposive sampling method were conducted at potato land in Purbalingga Regency consisted of Guning Malang location at Serang Village and Bambangan and Kutabawa locations at Kutabawa Village, Karangreja District from November 2008 to January 2009. The study aimed to determine type and virulence of soilborne pathogens at the locations. Isolation and virulence test were carried out at the Laboratory of Microbiology, Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University, Purwokerto. Variable observed in the research was morphological characteristics of pathogenic microbes, their density in soils, and response of hypersensitive test. Result of the research showed that seven pathogenic species were found at the land, i.e., Fusarium oxysporum, F. solani, Ralstonia solanacearum, Curvularia sp., Phytophthora infestans, Helminthosporium purpureum, and fluorescent Pseudomonad. The dominant microbe population in potato land was R. solanacearum with 71.6% followed by F. oxysporum with 16.87%. The microbes were spread differently in every potato land. All potato lands in Purbalingga Regency have been contaminated by the important potato pathogens so that soil bioremediation is needed

    Pemanfaatan Bacillus SP. Dan Pseudomonas Fluorescens Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Tomat Akibat Sinergi R. Solanacaerum Dan Meloidogyne SP.

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri Bacillus sp. dan P. fluorescens dalam mengendalikan penyakit layu akibat sinergi M. incoqnita dan R.solanacearum pada tanaman tomat di rumah kaca. Pseudomonas fluorescens P8 merupakan bakteri antagonis yang terbaik untuk mengendalikan penyakit layu tomat dengan menekan masa inkubasi 95,39%, intensitas penyakit 69,95%, dan tingkat kerusakan akar karena nematode, serta untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan bobot segar tanaman 52,80 %, bobot akar tanaman 47,48%, dan jumlah buah 58,86%

    Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Tular-tanah pada Pertanaman Kentang di Kabupaten Purbalingga

    Get PDF
    atogen tular-tanah di lahan kentang merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi, dan kualitas hasil tanaman. Inventarisasi dan identifikasi patogen tular-tanah di lahan kentang dengan metode purposive sampling telah dilakukan di Kabupaten Purbalingga, yang meliputi Dusun Gunung Malang di Desa Serang dan Dusun Bambangan dan Kutabawa di Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja dari bulan November 2008 sampai Januari 2009. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis dan virulensi patogen tular-tanah di lahan kentang di lokasi tersebut. Isolasi dan uji virulensi dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Peubah yang diamati yaitu karakter morfologi mikrobe patogen, kepadatan di dalam tanah, dan reaksi hipersensitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh spesies patogen ditemukan di lahan kentang, yaitu Fusarium oxysporum, F. solani, Ralstonia solanacearum, Curvularia sp., Phytophthora infestans, Helminthosporium purpureum, dan Pseudomonas kelompok berpendar. Populasi mikrobe di lahan kentang yang paling dominan ialah R. solanacearum, yaitu 71,6%, disusul oleh F. oxysporum sebesar 16,87%. Sebaran mikrobe di masing-masing lahan kentang berbeda. Semua lahan kentang di Kabupaten Purbalingga sudah terkontaminasi patogen tular-tanah penting sehingga perlu disehatkan kembali secara hayati.Soilborne plant pathogens in potato land are one of important factors influencing plant growth, production and yield quality. Inventarization and identification of soilborne diseases using purposive sampling method  were conducted at potato land in Purbalingga Regency consisted of Guning Malang location at Serang Village and Bambangan and Kutabawa locations at Kutabawa Village, Karangreja District from November 2008 to January 2009.  The study aimed to determine type and virulence of soilborne pathogens at the locations.  Isolation and virulence test were carried out at the Laboratory of Microbiology, Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University, Purwokerto. Variable observed in the research was morphological characteristics of pathogenic microbes, their density in soils, and response of hypersensitive test. Result of the research showed that seven pathogenic species were found at the land, i.e., Fusarium oxysporum, F. solani, Ralstonia solanacearum, Curvularia sp., Phytophthora infestans, Helminthosporium purpureum, and fluorescent Pseudomonad. The dominant microbe population in potato land was R. solanacearum with 71.6% followed by F. oxysporum with 16.87%. The microbes were spread differently in every potato land. All potato lands in Purbalingga Regency have been contaminated by the important potato pathogens so that soil bioremediation is needed

    Uji Lapangan Formula Cair Pseudomonas Fluorescens P60 terhadap Layu Fusarium pada Tanaman Tomat

    Full text link
    A research aimed at knowing 1) the effect of Pseudomonas fluorescens P60 in liquid formula on Fusarium wilt of tomato, 2) the effect of P. fluorescens P60 in the formula on tomato growth and yield, and 3) P. fluorescens P60 mechanisms on tomata was carried out at tomato field of Selomoyo Village, Kaliangkrik Subdistrict, Magelang Regency at altitude of 826 m above sea level. Randomized block design was used with seven treatments and four replicates. The treatments were control, with P. fluorescens P60 soaked for 15 min and without fungicide, pathogen without P. fluorescens P60 with fungicide (PBG1), pathogen with P. fluorescens P60 without fungicide, pathogen with pouring P. fluorescens P60 1, 3, and 5 times. Result indicated that application of formulated P. fluorescens P60 for 5 times decreased the disease intensity as high as 26.77%, and late population of the pathogen but increased P. fluorescens P60 as high as 4.54×1010 cfu ml-1. P. fluorescens P60 affected growth and yield of tomato. P. Fluorescens P60 induced tomato resistance by increasing qualitatively its phenolic compound content (saponin, tannin, glycoside). Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh Pseudomonas fluorescens P60 dalam formula cair terhadap penyakit layu fusarium pada tanaman tomat, 2) pengaruh P. fluorescens P60 dalam formula cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat, dan 3) mekanisme P. fluorescens P60 pada tanaman tomat dilakukan di lahan Desa Selomoyo, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang dengan ketinggian 826 m di atas permukaan laut. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 7 perlakuan dan jumlah ulangan 4 kali, dan setiap unit terdiri atas 8 tanaman. Perlakuan tersebut meliputi kontrol; dengan P. fluorescens P60 rendam 15 menit dan tanpa fungisida; dengan patogen; tanpa P. fluorescens P60; dengan fungisida (PBG1); patogen, tanpa P. fluorescens P60, tanpa fungisida; patogen, dengan penyiraman P. fluorescens P60 1 kali; patogen, dengan penyiraman P. fluorescens P60 3 kali; dan patogen, dengan penyiraman P. fluorescens P60 5 kali. Pemberian P. fluorescens P60 selama 5 kali memberikan pengaruh sangat nyata dalam menekan penyakit layu fusarium yang disebabkan Fusarium oxysporum. Hal ini ditunjukkan pada penurunan intensitas penyakit sebesar 26,77%, rendahnya kepadatan akhir F. oxysporum serta tingginya nilai kepadatan P. fluorescens P60 sebesar 4,54×1010 unit pembentuk spora/ml. Pengaruh pemberian P. fluorescens P60 belum menunjukkan pengaruh nyata pada komponen pertumbuhan dan hasil. P. fluorescens P60 mampu mengimbas ketahanan tanaman tomat dengan meningkatkan kandungan senyawa fenol (saponin, tanin, glikosida)

    Diagnosis Lima Penyakit Utama Karena Jamur Pada 100 Kultivar Bibit Pisang

    Full text link
    The research which aimed to identify main pathogenic fungi of 100 banana seedling cultivars and their disease intensity was carried out at the Laboratory of Plant Disease, Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University with samples and field data taking at Indonesian Insitute of Science Bogor. This descriptive research was started by taking samples and field data followed by identification of pathogenic fungi at the laboratory. Variables observed were disease symptoms, colony and pathogenic morphology, kinds of the pathogen, disease intensity, and physical data. Result of the research showed that there were five main pathogenic fungi of the banana seedlings, i.e., Fusarium oxysporum Schlecht. f.sp. cubense, causing Fusarium wilt; Mychosphaerella musicola Mulder, causing Mycosphaerella leaf spot or Sigatoka; Cordana musae (Zimm.) Hohn., causing Cordana leaf spot; Curvularia lunata, causing leaf spot; and Cladosporium musae Mason, causing speckle. From 100 banana seedling cultivars observed, Fusarium oxysporum f.sp. cubense was the most frequently found with the intensity of 1.4-72%, followed by Curvularia lunata, Mychosphaerella musicola, Cladosporium Musae, and Cordana musae with the intensity of 1-32, 2-18, 2-24, and 3-23%, respectively
    corecore