7 research outputs found
Pengaruh latihan aktivitas fisik terhadap keseimbangan dinamis pada lansia narrative review
Latar Belakang: Aktivitas fisik yang rendah terbukti menjadi penyebab kelemahan otot dan penurunan keseimbangan yang paling umum dan intervensi ini telah di rekomendasikan untuk kasus tersebut Latihan aktivitas fisik dapat meningkatkan keseimbangan dinamis terutama pada lansia, gangguan keseimbangan merupakan salah satu fak tor resiko besar terjadinya jatuh. Jatuh menyebabkan hilangnya kemandirian fungsi dan aktivitas hidup sehari hari pada lansia. Adapun jenis latihan aktivitas fisik yang dapat di lakukan unutuk meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia adalah Balance exercise, Ankle Strategy Exercise, Core Stability, Thai Chi, Pilates Exercise, Nordic walking, dan Otago. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian latihan aktivitas fisik terhadap keseimbangan dinamis pada lansia. Metode: Metode penelitian ini adalah penelitian narrative review. Pencarian artikel dengan format P (population), I (intervensi), C (comparison), O (outcome) dengan kriteria inklusi dan ekslusi, dilanjutkan melalui portal artikel online Google scholar, PubMed, danScienceDirect. Hasil: Hasil review dari 10 artikel tentang aktivitas dalam peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia memperoleh hasil yang efektif bagi peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia. Kesimpulan: Latihan aktivitas fisik efektif dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Saran: Latihan aktivitas fisik dijadikan referensi fisioterapi pada program latihan yang bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia
PENGARUH PEMBERIAN ZIG ZAG UNTUK MENINGKATKAN KELINCAHAN DRIBLING BOLA TERHADAP PEMAIN SEPAK BOLA DI SSB AMS SEYEGAN
Latar Belakang: Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena imbas dari
sepak bola. Masyarakat Indonesia sangat gemar bermain sepak bola tidak hanya
dewasa saja, mulai dari anak-anak hingga orang tua pun sangat menggemari
olahraga yang diciptakan di Inggris. Indonesia membentuk liga yang profesional
dengan 413 kabupaten, 1 kabupaten administrasi, 92 kotadan 5 kota administrasi,
setidaknya ada lebih 500 tim sepak bola baik profesional, semi professional. Zig-
zag adalah untuk menguasai keterampilan lari, menghindar dari berbagai
halangan baik orang maupun benda yang ada disekeliling. Kelincahan juga
merupakan kemampuan untuk bergarak posisi tubuh atau arah gerak tubuh dengan
cepat, ketika sedang bergerak cepat, tanpa kehilangan keseimbangan atau
kesadaran orientasi tubuh.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh zig-zag terhadap peningkatan
kelincahan dribling bola pada pemain sepak bla di SSB AMS Seyegan.
Metodologi: Metode penelitian ini adalah quasy eksperimental dengan rancangan
group pre post one group design. Teknik pengambilan sampling yang digunakan
adalah non-probability atau totak sampling. Jumlah responden yang diambil 36
siswa.
Hasil Penelitian: Berdasarkan analisis menggunakan wilcoxon signed dengan
nilai signifikan (p) = 0,000 < 0.05. hasil tersebut menunjukan bahwa secra
statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian zig-zag untuk
meningkatkan kelincahan dribbling bola terhadap pemain sepak bola.
Simpulan dan Saran: Ada pengaruh pemberian zig-zag untuk meningkatkan
kelincahan dribbling bola pada pemain sepak bola. Diharapkan responden dapat
melakukan latihan untuk meningkatkan kelincahan dribbling bola
Pengaruh pemberian core stability exercise dan slump stretching exercise terhadap peningkatan fungsional pada low back pain myogenic : narrative review
Latar Belakang: Low Back Pain Myogenic dapat mempengaruhi kemampuan fungsional serta mengganggu aktivitas sehingga menyebabkan penurunan dalam kualitas bekerja. Metode latihan yang digunakan beragam diantaranya Core Stability Exercise dan Slump Stretching berguna meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus Low Back Pain Myogenic. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian core stability
exercise dan slump stretching exercise terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada low back pain myogenic. Metode: Metode penelitian ini adalah penelitian narrative review. Pencarian artikel dengan format P (population), I (intervensi), C (comparison), O (outcome) dengan kriteria inklusi dan ekslusi, dilanjutkan melalui portal artikel online Google scholar, PubMed, dan NCBI. Hasil : Hasil review dari 10 artikel core stability exercise dan slump stretching exercise didapatkan 4 artikel menyatakan core stability exercise efektif dalam peningkatan kemampuan fungsional pada low back pain myogenic dan 4 artikel menyatakan slump stretching exercise efektif untuk peningkatan kemampuan fungsional, terdapat 2 artikel core stability exercise menyatakan tidak terjadi peningkatan kemampuan fungsional secara signifikan.Kesimpulan:Core stability exercise dan slump stretching exercise efektif dalam meningkatkan kemampuan fungsional penderita low back pain myogenic. Saran: Core stability exercise dan slump stretching exercise dijadikan referensi fisioterapi pada program latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fungsional pada penderita low back pain myogenic
Pengaruh pemberian extracorporeal shock wave therapy (EWST) terhadap penurunan nyeri pada tennis below : narrative review
Latar Belakang: Terjadinya tennis elbow diawali dari robekan pada bagian otot Exstensor Carpi Radialis Brevis (ECRB) dibagian lengah bawah yang mengalami kelemahan dan menyebabkan tendon pada siku mengalami peradangan. Salah satu pengobatan non-invasif untuk nyeri terkait tennis elbow adalah Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT). ESWT merangsang jaringan dan pertumbuhan sel padajaringan yang mengalami vaskularisasi buruk. Tujuan Penelitian: Tujuan review untuk mengetahui pemberian dosis yang tepat ESWT terhadap penurunan nyeri pada tennis elbow dan untuk mengetahui seberapa efektif ESWT untuk penurunan nyeri pada tennis elbow dengan menggunakan alat ukur VAS Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode narrative review dengan strategi pencarian menggunakan tiga database yaitu Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Pencarian artikel ini menggunakan metode pencarian PICO (Patient/ /Population/Problem, Intervention, Comparasion, Outcome). Hasil Penelitian: Hasil dari review 10 artikel yang telah dianalisa menyatakan bahwa, penggunaan ESWT efektif untuk penurunan nyeri pada tennis elbow. Dalam pemberian dosis ESWT dari setiap artikel yang direview berbeda-beda, akan tetapi, pemberian dosis beberapa artikel menyatakan hasil yang signifikan digunakan frekuensi 10-15 Hz, energi 2000 puls, dengan 1-2 sesi per minggu selama 3-4 minggu. Kesimpulan: Semua pembahasan review artikel ini menyebutkan bahwa penggunaan ESWT efektif untuk penurunan nyeri
Hubungan bentuk kaki terhadap tingkat terjadinya illiotibial band syndrome pada pelajar di komunitas Jogja Playon
Latar belakang: Salah satu cedera yang sering terjadi pada pelari adalah Illiotibial Band Syndrome (ITBS). ITBS sendiri merupakan nyeri yang terjadi pada lutut lateral dan terkadang di sepanjang paha sisi lateral atau sepanjang illiotibial band (ITB). ITBS dapat diakibatkan oleh penggunaan ekstremitas bawah yang berlebihan, terutama saatfleksi dan ekstensi lutut. Salah satu faktor potensial ITBS lainnya adalah bentuk kaki. Saat berlari, kaki akan cenderung ke arah pronasi sebagai keseimbangan tubuh. Namun pronasi yang berlebihan dapat menyebabkan internal rotasi tibia dan tulang paha, sehingga dapat memperpanjang struktur di sekitar lutut, termasuk ITB. Tujuan: Untuk
mengetahui proses terjadinya illiotibial band syndrome yang berkaitan dengan bentuk
kaki pada pelari. Metode: Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan studi
korelasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Sampel penelitian adalah pelari pada komunitas Jogja Playon yang berjumlah 55 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian menggunakan foot print untuk menghitung clarke’s angle dan noble’s compression test. Analisis data menggunakan Spearman Rank Test. Hasil: Terdapat hubungan bentuk kaki terhadaptingkat terjadinya illiotibial band syndrome pada pelari dengan nilai p=0,016 (>0,005) pada kaki kanan dan p=0,002 (<0,005) pada kaki kiri. Nilai koefisien korelasi sebesar
0,324 pada kaki kanan (rendah) dan 0,410 pada kaki kiri (sedang). Kesimpulan: Adahubungan bentuk kaki terhadap tingkat terjadinya illiotibial band syndrome pada pelari dengan koefisien korelasi rendah hingga sedang. Saran: Saran untuk penelitianselanjutnya agar mencari faktor lain yang berhubungan dengan kejadian ITBS pada pelari serta penelitian dengan alat yang lebih modern
Pengaruh nerve gliding exercise dan ultrasound terhadap nyeri pada kasus carpal tunnel syndrome : narrative review
Latar Belakang : Kejadian CTS mengakibatkan pergelangan tangan menjadi
terbatas dan tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga berpengaruh
terhadap pekerjaan sehari-hari. Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk
mengatasi CTS diantaranya adalah Nerve glide exercise dan Ultrasound. Tujuan :
Tujuan narrative review ini adalah untuk menganalisis pengaruh Nerve glide
exercise dan Ultrasound terhadap penurunan nyeri pada pasien Carpal Tunnel
Syndrom (CTS). Metode Penelitian : Penyusunan skripsi ini menggunakan metode
narrative review, yaitu mengumpulkan sebanyak 10 artikel-artikel penelitian, dengan
langkah awal yaitu melakukan identifikasi kata kunci menggunakan rumus atau
format PICO (Population, Intervention, Comparison, Outcome) serta menetapkan
kriteria inklusi dan ekslusi untuk menentukan artikel yang selanjutnya akan dipilih
dan direview. Pencarian artikel-artikel penelitian dilakukan pada tiga database, yaitu
Google Schoolar, PubMed, dan PEDro. Hasil Penelitian : Dari 6 jurnal yang
direview terdapat 4 jurnal yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh terapi Nerve
gliding exercise terhadap penurunan nyeri pada pasien Carpal Tunnel Syndrom
(CTS) dan 5 jurnal yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh terapi Ultrasound
terhadap penurunan nyeri pada pasien Carpal Tunnel Syndrom (CTS). Kesimpulan :
modalitas Nerve glide exercise dan ultrasound terhadap penurunan nyeri pada pasien
Carpal Tunnel Syndrom (CTS). Saran : Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
pengkajian tentang modalitas apa saja yang dapat diterapkan dalam menangani kasus
Carpal Tunnel Syndrom (CTS)
Efektivitas isometric exercise dan closed kinetic chain exercise untuk peningkatan aktivitas fungsional pada osteoarthritis knee : narrative review
Latar Belakang: Osteoarthtitis knee merupakan permasalahan musculoskeletal yang
umum terjadi pada usia lansia karena menyebabkan tingkat kecacatan kronik. Prevalensi
osteoarthritis knee pada tahun 2050 diperkirakan sebesar 20% usia diatas 60 tahun secara
konservatif sebesar 15% akan memiliki gejala OA dan sepertiganya akan mengalami
kecacatan. Penderita OA lutut umumnya mengeluhkan rasa nyeri lutut dan kekakuan sendi
yang akan menyebabkan masalah dalam beraktifitas sehari-hari. Tujuan: untuk
mengetahui efektifitas isometric exercise dan closed kinetic chain exercise untuk
peningkatan aktifitas fungsional pada penderita osteoarthritis knee. Metode: penelitian
ini adalah narrative review, pencarian artikel dengan format P (population), I
(intervention), C (comparison), O (outcome) kemudian proses pencarian dilanjutkan
melalu portal artikel online seperti google scholar, ncbi dan sciencedirect. Hasil
Penelitian: Hasil review dari 16 artikel yang didapatkan menyatakan bahwa Isometric
Exercise dan Closed Kinetic Chain Exercise efektif dalam penurunaan rasa nyeri dan
peningkatan ROM pada sendi lutut serta peningkatan aktifitas fungsional secara signifikan
pada penderita osteoarthritis knee, dengan instrumen pengukuran fungsional yaitu
WOMAC. Kesimpulan: Isometric Exercise dan Closed Kinetic Chain Exercise efektif
dalam meningkatkan aktifitas fungsional penderita osteoarthtis knee. Saran: Peneliti
selanjutnya dapat meneliti mengenai tema ini dengan penelitian lain, seperti
eksperimental