76 research outputs found

    HIDROLISA TEPUNG SAGU MENJADI MALTODEKTRIN MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk membuat maltodekstrin dari sagu dan mengkaji pengaruh waktu hidrolisa terhadap maltodekstrin serta mengamati perubahan fisika dan kimia dari maltodekstrin yang dihasilkan. Sagu adalah butiran atau tepung atau pati yang diperoleh dari batang sagu atau rumbia, yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan produk hidrolisa parsial pati sagu dengan menggunakan asam klorida. Proses pembuatan maltodekstrin dilakukan melalui tahap pembentukan dekstrin. Produk yang dihasilkan dianalisa kadar Dekstrosa Ekuivalent (DE), yield dan kadar air. Dari hasil penelitian dan setelah analisa yang dilakukan diketahui kondisi terbaik diperoleh pada suhu 80oC, HCl 9% dan waktu hidrolisa 130 menit yaitu dengan perolehan nilai DE 5,24%, yield 90,84%, dan kadar air 4,8%,. Semakin lama proses hidrolisa, maka nilai DE yang dihasilkan semakin banyak karena pati akan semakin lama terkonversi, perolehan yield yang tinggi dikarenakan semakin lama proses hidrolisa karena pati yang terbentuk semakin banyak sehingga dekstrin yang dihasilkan semakin tinggi

    HIDROLISA TEPUNG SAGU MENJADI MALTODEKTRIN MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk membuat maltodekstrin dari sagu dan mengkaji pengaruh waktu hidrolisa terhadap maltodekstrin serta mengamati perubahan fisika dan kimia dari maltodekstrin yang dihasilkan. Sagu adalah butiran atau tepung atau pati yang diperoleh dari batang sagu atau rumbia, yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan produk hidrolisa parsial pati sagu dengan menggunakan asam klorida. Proses pembuatan maltodekstrin dilakukan melalui tahap pembentukan dekstrin. Produk yang dihasilkan dianalisa kadar Dekstrosa Ekuivalent (DE), yield dan kadar air. Dari hasil penelitian dan setelah analisa yang dilakukan diketahui kondisi terbaik diperoleh pada suhu 80oC, HCl 9% dan waktu hidrolisa 130 menit yaitu dengan perolehan nilai DE 5,24%, yield 90,84%, dan kadar air 4,8%,. Semakin lama proses hidrolisa, maka nilai DE yang dihasilkan semakin banyak karena pati akan semakin lama terkonversi, perolehan yield yang tinggi dikarenakan semakin lama proses hidrolisa karena pati yang terbentuk semakin banyak sehingga dekstrin yang dihasilkan semakin tinggi

    PEMANFAATAN KERTAS HVS BEKAS SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENURUNKAN KADAR TIMBAL (Pb) DALAM LIMBAH ARTIFISIAL

    Get PDF
    Salah satu pencemar yang berbahaya dalam limbah buangan industri yaitu logam berat timbal (Pb). Adsorpsi sering digunakan karena prosesnya yang sederhana dan efektif untuk mengurangi kadar logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas kertas HVS sebagai adsorben, menganalisis pengaruh waktu kontak dan massa adsorben terhadap kapasitas adsorpsi dan %removal serta mekanisme penyerapan melalui pendekatan isotermis adsorpsi Langmuir dan isotermis adsorpsi Freundlich.  Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu pembuatan adsorben, pembuatan limbah artifisial, dan proses adsorpsi dengan variasi massa adsorben dan waktu kontak. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa % removal maksimum yaitu 95,41% pada massa adsorben 1 gr dan kapasitas adsorpsi maksimum yaitu 18.123,4 mg/g pada massa adsorben 0,05 gr, konsetrasi limbah 20 ppm dengan waktu kontak 120 menit. Mekanisme adsorpsi yang terjadi mendekati persamaan isotherm Freundlich dengan nilai R2 = 0,8746, diduga proses penyerapan terjadi secara multilayer. Semakin lama waktu kontak dan semakin banyak massa adsorben dalam konsentrasi limbah yang sama maka semakin rendah kapasitas adsorpsi dan semakin tinggi %removal Pb yang diperoleh

    Pembuatan Asam Asetat dari Air Cucian Kopi Robusta dan Arabika dengan Proses Fermentasi

    Get PDF
    Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa organik yang mengandung gugus asam karboksilat, yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Kandungan glukosa dalam air cucian kopi (arabika dan robusta) memungkinkan untuk difermentasi menjadi asam asetat. Dalam proses fermentasiini glukosa akan diubah menjadi alkohol menggunakan ragi roti (Saccharomycescerevisiae) kemudian alkohol akan diubah menjadi asam asetat menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik asam asetat berbasis limbah hasil cucian kopi arabika dan robusta. Fermentasi alkohol berlangsung selama 48 jam (anaerob) kemudian dilanjutkan dengan fermentasi asam asetat. Metode penelitian dilakukan dengan memvariasikan waktu fermentasi yaitu 7, 10 dan 14 hari serta jumlah bakteri yaitu 10, 20, 40 dan 60 ml. Analisa yang dilakukan meliputi kadar asam asetat dilakukan secara volumetrik dengan larutan NaOH 0,1 N, yield asam asetat, densitas serta viskositas. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kadar asam asetat tertinggi pada waktu fermentasi 10 hari dengan jumlah bakteri sebanyak 60 ml yaitu 65,25 g/l untuk kopi arabika dan 62,05 g/l untuk kopi robusta. Yield asam asetat nilai tertinggi pada waktu fermentasi 10 hari dengan jumlah bakteri sebanyak 60 ml yaitu 85,82% untuk kopi arabika dan 78,34 % untuk kopi robusta. Densitas asam asetat nilai tertinggi pada waktu fermentasi 10hari, penambahan jumlah bakteri 60 ml yaitu 1,087 g/ml untuk kopi arabika dan 1,087 untuk kopi robusta. Sementara untuk viskositas diperoleh nilai terbaik padawaktu fermentasi 10 hari dengan penambahan jumlah bakteri 40 ml pada masing-masing jenis air cucian kopi arabika dan robusta yaitu 1,224 Cp Kata Kunci:asam asetat, fermentasi, limbah cair, kopi arabika, kopi robust

    Pembuatan Sabun Mandi Padat dengan Penambahan CHarcoal dariTempurung Kemiri

    Get PDF
    Cangkang kemiri merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif (charcoal). Pemanfaatan limbah cangkang kemiri ini dimaksudkan untuk menanggulangi penumpukan limbah cangkang kemiri dan  diharapkan dapat menghasilkan produk yang aman dan ramah lingkungan. Adapun tujuan penelitian ini adalah Menemukan komposisi terbaik dari sabun mandi padat yang telah ditambahkan Charcoal, Menguji kualitas sabun mandi padat yang dibuat dengan variasi penambahan massa Charcoal dan pengaruh perbandingan minyak zaitun pomace dan minyak kelapa (VCO) dan Mengkaji pengaruh penambahan massa Charcoal dan pengaruh perbandingan minyak zaitun pomace dan minyak kelapa (VCO) terhadap nilai pH, kadar air, kadar alkali bebas dan uji organoleptik. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan proses yaitu meliputi tahap persiapan bahan baku  tahap pengayakkan arang aktif, tahap pembuatan sabun dan tahap Maturing. Adapun variasi massa charcoal yang digunakan yaitu 2,5 gr, 5 gr 7,5 gr, 10 gr dan 12,5 gr. Dengan variasi perbandingan minyak zaitun pomace dan minyak kelapa (VCO) 100:100, 125:75, 150:50 ml. Hasil penelitian menunjukkan minyak zaitun pomace  memiliki kadar air lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa. Semakin besar perbandingan minyak zaitun yang digunakan daripada minyak kelapa maka kadar air yang dihasilkan semakin tinggi. Kadar alkali bebas tertinggi yaitu 0,081 yang berada pada massa charcoal 12,5 gram dengan perbandingan minyak yang digunakan sebesar 150:50. Adapun standar kualitas sabun telah diatur dalam SNI 3532-2016 yaitu dengan kadar air maksimal kurang dari 14%, kadar alkali bebas maksimal kurang dari 0,1%. Pada setiap sampel telah memenuhi SNI 3532-2016. Pada uji organoleptik, panelis lebih menyukai run 2, 8 dan 10 dengan massa Charcoal 5gr, 7,5gr dan 12,5gr

    KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM HIDROSULFIT (NaHSO3) DAN TEMPERATUR DALAM PEMBUATAN SURFAKTAN METIL ESTER SULFONAT (MES) DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE SULFONASI

    Get PDF
    Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik (suka dengan air) dan gugus lipofilik (suka akan lemak) sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Surfaktan yang umum dipakai adalah surfaktan yang disintesis dari petroleum seperti petroleum sulfonat. Kelemahan penggunaan surfaktan ini adalah tidak tahan terhadap kadar salinitas yang tinggi, cenderung mencemari lingkungan karena sifatnya yang sulit didegradasi. Penelitian dilakukan dengan cara menambahkan NaHSO3 kedalam metil ester dari crude palm oil. Setelah dilakukan campuran dengan rasio mol 1:1,5 dengan kosentrasi NaHSO3 20%, 25%, 30%, dan 35% dan temperatur 70 oC, 80 oC, 90 oC, 100 oC kemudian disulfonasi  selama 4 jam, kemudian dilakukan pemurnian dengan menggunakan metanol 35% persen suhu 50 oC selama 1,5 jam dan dinetralkan dengan NaOH 20% pada suhu 55 oC selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel terbaik pada konsentrasi NaHSO3 35% dan temperatur 90 oC diperoleh nila pH 5,42 dan % yield sebesar 89,80%

    PENGARUH KONDISI EKSTRAKSI GLUKOMANAN DARI UMBI PORANG (Amosrphopallus muelleri blume)

    Get PDF
    Porang yang termasuk dalam family Araceae merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi ekonomi tinggi dan prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Porang memiliki kandungan glukomanan yang bernilai guna tinggi dan dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan bernilai jual tinggi.ada 3 metode yang biasanya diterapkan dalam pembuatan tepung glukomanan yaitu, metode ekstraksi, proses pemisahan secara fisik, dan enzimatis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji perbandingan tepung porang dan mengkaji pengaruh waktu ekstraksi proses tepung porang menjadi tepung glukomanan dan menganalisa kandungan kadar air, abu dan pH pada tepung glukomanan. Adapun prosedur kerja pada penelitian ini adalah umbi porang segar dikupas kemudian dicuci sampai bersih, kemudian daging umbi dipotong secara acak, potongan umbi direndam menggunakan NaCl selama 20 menit untuk menghilangkan kandungan asam oksalat, setelah itu umbi dibilas hingga getah tidak lagi menempel pada daging umbi. Daging umbi yang sudah bersih kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 8 jam 2 (dua) hari, selanjutnya dikeringkan lagi didalam oven dengan suhu 800C selama 24 jam. Umbi yang sudah kering dihaluskna kemudian diayak menggunakan mesh ukuran 80. Dari penelitian ini diperoleh kadar air dari sampel tepung porang 6,2% - 14,3%, kadar abu  0,2% - 1%, kadar glukomanan 6,90% - 72,38%, kadar pH 7 dan hasil analisa gugus fungsi (FTIR) menunjukkan gugus yang terkandung pada tepung glukomanan yaitu O-H, C-H, dan C-O. tinggi rendahnya kadar glukomamam dapat dipengaruhi oleh bagian umbinya, perlakuan pendahuluan menjelang pengeringan. Untuk memperoleh kadar glukomanan, diperlukan untuk mengetahui glukosa standar yang diperoleh dari kurva standar tersebut. Diperoleh jumlah glukosa dalam ekstrak  dan hidrolisat tepung glukomanan yang selanjutnya dengan menggunakan rumus kadar glukomanan

    PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP KUALITAS PEKTIN DARI LIMBAH KULIT PEPAYA

    Get PDF
    Pektin adalah senyawa polisakarida kompleks yang terdapat dalam dinding sel tumbuhan dan dapat ditemukan dalam berbagai jenis tanaman pangan. Pektin banyak digunakan dalam industri makanan, farmasi dan kosmetik sebagai bahan perekat, pengental dan penstabil agar tidak terbentuk endapan. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan pektin adalah buah pepaya, pektin terkandung dalam seluruh bagian tanaman pepaya, oleh karena itu peneliti memanfaatkan limbah kulit pepaya yang sudah tidak dimanfaatkan lagi sebagai bahan baku pembuatan pektin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap pektin yang dihasilkan. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya tetapi dengan menggunakan variasi konsentrasi pelarut asam sitrat. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pelarut asam klorida dengan variasi suhu dan waktu ekstraksi.  Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini yaitu suhu 70◦C, 80◦C dan 90◦C dengan waktu 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit dan 120 menit. Sedangkan variabel terikat yang digunakan yaitu rendemen, uji kadar air, berat ekivalen, kadar metoksil dan pembuatan permen jeli. Hasil penelitian didapatkan rendemen pektin tertinggi 14,17%, kadar air terendah 4,48%, berat ekivalen terendah 510,20 mg dan kadar metoksil tertinggi 6,63% pada suhu 90oC dengan waktu 120 menit. Pektin yang dihasilkan pada penelitian ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia berdasarkan nilai kadar air dan kadar metoksil
    corecore