6 research outputs found

    Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja, Komitmen Organisasi, dan Budaya Organisasi, sebagai Variabel Moderating pada Perbankan di Pekanbaru

    Full text link
    Manager participation in the preparation of the budget will lead the initiative for them to develop ideas and information, enhance solidarity so as to create commitment among managers that can be managerial performance benchmarks. Influence of budget participation on managerial performance is influenced by leadership style, work motivation, organizational commitment, and organizational culture as moderating variable. The population in this study is the manager or manager-level in the banks main branch office in Pekanbaru. Data used in this study are primary data obtained from the respondents on the questionnaire that deliver. Hypothesis testing is done is Moderated Regression Analysis with SPSS version 20. From these results it can be concluded that the participation budgeting has a significant positive effect on managerial performance. While variable leadership style, work motivation, organizational commitment and high organizational culture will further increase the effect of budget participation on managerial performance.Keywords: Participation budgeting, performance, leadership, work motivation

    Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Indonesia (Analisis Lanjut Riskesdas 2013)

    Full text link
    Malaria is still endemic in most areas of Indonesia. Indonesia incluted the eastern part of the high malaria stratification, while Kalimantan, Sulawesi and Sumatra are being incluted in the medium stratification. Java and Bali are low endemic even though there are some villages of high endemic. Health status in an area is affected by four factors that are related and influenceach other, namely environmental, behavioral, health services and the off spring factors. Individual risk factors that contribute to the occurrence of malaria infection are age, gender, pregnancy, genetic, nutritional status, activities out of the house at night and contextual risk faktors (environment, seasons, social economy). The purpose of this research was to analyze the risk factors associated with the occurrence of malaria in Indonesia based on the data of basic health research (Riskesdas) by 2013. There were 19 individual factors showed significantly with malaria risk. History of insecticide spraying (and use of household insecticides) was not significantly associated with malaria risk. The greatest risk factor for malaria infection was the use of mosquito nets of nineteen individual factors there is one factors that was not a risk factor for the occurrence of malaria infection which is the factor home insect repellent/insecticide spraying. The greatest risk factor was the use of mosquito nets (OR = 2.30; 95% CI: 1.28-4.12) while the smallest was the travel time to the midwive services (OR = 0.32; 95% CI: 0.55-0,19.Keywords : Risk Faktors, Malaria, IndonesiaAbstrakMalaria masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Indonesia bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, sementara Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera masuk dalam stratifikasi sedang. Daerah Jawa dan Bali masuk dalam stratifikasi rendah, namun masih terdapat desa dengan angka kasus malaria yang tinggi. Status kesehatan disuatu daerah dipengaruhi oleh empat faktor yang berhubungan dan saling mempengaruhi yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor risiko individual yang berperan terjadinya infeksi malaria adalah usia, jenis kelamin, genetik, kehamilan, status gizi, aktivitas keluar rumah pada malam hari dan faktor risiko kontekstual (lingkungan Perumahan, keadaan musim, sosial ekonomi). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian malaria di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Dari total sembilan belas faktor individual ada satu faktor yang bukan merupakan faktor risiko terjadinya infeksi malaria yaitu faktor rumah yang disemprot obat nyamuk/insektisida. Faktor yang paling besar risikonya adalah pemakaian kelambu berinsektisida (OR = 2,30 ; CI 95 % : 1,28-4,12) dan yang paling kecil adalah waktu tempuh ke pelayanan bidan (OR = 0,32 ; CI 95% : 0,19-0,55)Kata kunci : Faktor Risiko, Malaria, Indonesi

    Pengobatan Malaria Kombinasi Artemisinin (ACT) Di Provinsi Papua Barat Tahun 2013

    Full text link
    Malaria is still a disease with highest incidence rate in Indonesias. Based on Riskesdas 2013, the prevalence of malaria in West Papua was generally increasing. This study aimed to find the correlation of type of malaria found in blood examination and distribution status of ACT. Samples of data obtained by stratified random sampling from 1490 people who had suffered from malaria in West Papua. Data analysis using univariate descriptive and correlation analysis The result showed that the most common type of malaria was tertiana malaria caused by Plasmodium vivax (51%). Early detection performed within the first 24 hours when the patient is suffering from fever can be used as the basis for a policy that early detection can reduce malaria morbidity. It can be concluded ACT suitable for any type of malaria. The concistency of provision of ACT can be implemented by increasing public awareness of taking prophylactic. In addition the ideal combination antimalarial drugs be able to heal in a short time and if the patients performs the compliance of taking the drug, it will not be antimalarial resistance.Malaria merupakan penyakit dengan angka kesakitan tinggi di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi malaria di Papua Barat meningkat. Tujuan penelitian untuk mencari hubungan antara jenis malaria yang ditemukan dalam pemeriksan darah dengan status pemberian obat antimalaria ACT (Artemisinin-based Combination Therapy). Pengambilan sampel secara stratified random sampling dan diperoleh 1490 penduduk yang seluruhnya dikonfirmasi menderita malaria dari populasi penduduk di Provinsi Papua Barat. Analisis data menggunakan analisis deskriptif univariat dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis malaria yang paling banyak ditemukan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax (51%). Deteksi dini yang dilakukan dalam 24 jam pertama saat penderita mengalami demam dapat dijadikan dasar untuk mengambil kebijakan bahwa deteksi dini mampu mengurangi angka kesakitan malaria. Pemberian obat antimalaria tidak tergantung pada jenis malaria yang diderita. ACT sesuai untuk jenis malaria apa saja. Konsistensi pemberian ACT diperoleh dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi obat profilaksis. Selain itu obat antimalaria kombinasi yang ideal mampu menyembuhkan dalam waktu yang singkat dan jika penderita melaksanakan kepatuhan mengonsumsi obat maka tidak akan terjadi resistensi terhadap antimalaria

    Sebaran Nyamuk Anopheles pada Topografi Wilayah yang Berbeda di Provinsi Jambi

    Full text link
    Penularan penyakit tular vektor seperti malaria dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yangtelah diketahui memiliki asosiasi dengan malaria adalah topograf wilayah yang erat hubungannya denganpola penularan. Berdasarkan tempat atau lokasi terhadap penyakit yang ditularkan oleh vektor makaperlu diperhatikan pembagian zoogeografi dimana jenis-jenis nyamuk di setiap lokasi akan dipengaruhifaktor-faktor lingkungan di setiap daerah yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenisAnopheles serta habitat perkembangbiakannya pada dua wilayah dengan topograf yang berbeda diProvinsi Jambi. Kegiatan yang dilakukan adalah penangkapan nyamuk dewasa dengan metode humanlanding collection dan survei habitat perkembangbiakan Anopheles. Penangkapan nyamuk dilakukanselama 12 jam dimulai dari jam 18.00 WIB hingga jam 06.00 WIB. Larva Anopheles yang berhasilditangkap selanjutnya dibawa ke laboratorium dan dipelihara hingga dewasa dan selanjutnya diidentifiasijenisnya. Hasil penangkapan nyamuk Anopheles di Desa Nipah Panjang Kabupaten Tanjung JabungTimur (dataran rendah) adalah An. separatus, An. sinensis, An. tesselatus dan An. letifer. Anophelesletifer memiliki angka tertinggi untuk nilai kekerapan 3,33, kelimpahan nisbi 40, dominansi 133,33 danMan Bitting Rate (MBR) 0,07. Penangkapan nyamuk Anopheles di Desa Teluk Rendak KabupatenSarolangun (dataran tinggi) meliputi An. Nigerrimus, An. annularis, An. letifer, An. maculatus dan An.barbumbrosus. Anopheles Nigerrimus memiliki angka tertinggi untuk nilai kekerapan 21,67, kelimpahannisbi 60,98, dominansi 1321,14 dan MBR 0,63

    Perbandingan Indeks Larva Vektor Demam Berdarah Dengue PRA Dan Paska-Intervensi Di Kota Prabumulih

    Get PDF
    Prabumulih city is one of dengue endemic area in South Sumatera Province with number of cases in 2011-2012 were 225 and 301 cases respectively. The research aims to determine the influence of jumantik accompanied by health promotion program to the larval mosquitoes indices. This is quasi-experimental study, carried out in three endemic areas of Prabumulih City in 2014. There were two intervention in two location and one location for non-intervention. In the first location, the intervention were larva surveillance by jumantik cadre, giving larvicide selectively, accompanied by health promotion program to community group (intervention I), in second location the intervention only for larvae surveillance by jumantik cadre (intervention II), and the third location giving no intervention. Observation of immature mosquito was carried out in every location before and after intervention was given. The result showed an increase in Free larvae index of 19,8% in the intervention I , 12,5% in the intervention II and 5,3% in the no-intervention location. Indicator of breteau index showed a decrease in all location, 73,1% in the intervention I, 62,8% in the intervention II and 10,8% in the no-intervention location. Container index indicator showed a decrease in two intervention location, 10,2% in the intervention I, 6,6% in the intervention II, while in no-intervention location show an increase for 8%. Health promotion program about how to prevent dengue transmission through potential community groups could become an alternative effort to control vector population integrated with other control methods. Kota Prabumulih merupakan salah satu wilayah endemis DBD di Provinsi Sumatera Selatan dengan jumlah penderita pada tahun 2011-2012 berturut-turut sebanyak 225 dan 301 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks larva vektor DBD sebelum dan sesudah pemberian intervensi di Kota Prabumulih. Intervensi yang diberikan adalah intervensi kader jumantik dengan larvasidasi selektif serta promosi kesehatan melalui kelompok masyarakat (intervensi I), intervensi kader jumantik (intervensi II), dan satu wilayah tanpa intervensi. Sebelum dan sesudah intervensi pada tiap lokasi dilakukan pengamatan vektor DBD pradewasa. Hasil penelitian menunjukkan indeks larva (house index/HI, breteau index/BI, container index/CI) di wilayah intervensi I sebelum dilakukan intervensi masing-masing sebesar 51,7%, 126,5 dan 23,8%, sedangkan setelah intervensi sebesar 31,9%, 53,4 dan 13,6%. Di wilayah intervensi II, sebelum intervensi memiliki nilai HI 53,8%, BI 109,2 dan CI 20,3% dan sesudah intervensi dengan nilai HI 41,3%, BI 46,4 dan CI 13,7%. Di wilayah non intervensi, hasil pemeriksaan awal diperoleh nilai HI 37,3%, BI 61,7 dan CI 15,9%, sedangkan di akhir penelitian diperoleh nilai HI 32,0%, BI 50,9 dan CI 23,9%. Pengendalian vektor DBD melalui promosi kesehatan pada kelompok masyarakat yang disertai larvasidasi selektif memberikan kontribusi penurunan kepadatan jentik lebih besar dibandingkan wilayah lainnya
    corecore