3 research outputs found
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBASIS TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE (MI)
Penelitian ini di latar belakangi oleh masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP secara keseluruhan maupun ditinjau berdasarkan kategori kemampuan awal matematik (KAM) siswa. Metode penelitian ini adalah quasi experiment dengan nonequivalent control group design. Sampel pada penelitian ini sebanyak 34 orang siswa kelas eksperimen dan 36 orang siswa kelas kontrol pada kelas VII di salah satu SMPN negeri di Lembang. Kelas ekperimen menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education berbasis teori Multiple Intelligence dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Instrument yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengunakan independent t-test atau Mann-Whitney terhadap data pretes dan skor gain ternormalisasi kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis terhadap dua grup sample. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education berbasis teori Multiple Intelligence lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, baik ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa maupun berdasarkan kategori KAM tinggi dan KAM sedang; (2) peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education berbasis teori Multiple Intelligence lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, baik ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa maupun berdasarkan kategori KAM tinggi dan KAM sedang. Sedangkan, untuk kategori KAM rendah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education berbasis teori Multiple Intelligence tidak lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
;---Background of this study is mathematical problem solving ability and communication ability of students are still low. The purpose of this study is to analyzes the enchancement of mathematical problem solving and communication ability of Junior High School students based on overall student and the category of student mathematical commencement. Method of this research is quasi experimental with non-equivalent control group design. As much as 34 students of experimental group and 36 students of control group in grade VII in one of junior high school in Lembang become sample of this study. Experimental group used realistic mathematics education approach base on multiple intelligences theory and control group used conventional learning. The research instruments are problem solving and communication ability test. Quantitative data analyzed using independent t-test or Mann-Whitney toward the data of pretest and normalized gain score of problem solving and communication abilities of two groups samples. The results of the research shows that: (1) the increase of problem solving ability from students who acquired realistic mathematics education approach base on multiple intelligences theory learning is higher than students who acquired conventional learning, either the overall nor based on the category of student mathematical commencement ability (high, medium); (2) the increase of communication ability from students who acquired realistic mathematics education approach based on multiple intelligences theory learning is higher than students who acquired conventional learning, either the overall nor based on the category of student mathematical commencement ability (high, medium). But, for category of student mathematical commencement ability low the increase of problem solving and communication ability from students who acquired realistic mathematics education approach based on multiple intelligences theory learning isn’t higher than that of students who acquired conventional learning
Pendidikan Matematika Realistik Sebagai Pendekatan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP
Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu aspek yang penting dikembangkan agar peserta didik dapat berhasil dalam pembelajaran matematika. Â Â Akan tetapi fakta dilapangan tidak sesuai dengan yang di harapkan, peserta didik mengalami kesulitan menyelesaikan permasalahan pemecahan masalah matematis sehingga menyebabkan hasil belajar peserta didik masih rendah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis ialah dengan menerapkan pendekatan pendidikan matematika realistik (PMR). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbandingan kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang menerapkan pembelajaran pendekatan PMR dengan peserta didik yang menerapkan pembelajaran konvensional. Metode kuasi eksperimen dengan rancangan randomized control group only design yang digunakan pada penelitian ini. Populasi penelitian yaitu peserta didik kelas VII SMP yang dipilih menjadi dua kelas sampel penelitian melalui cara simple random sampling. Test kemampuan pemecahan masalah dengan bentuk essay menjadi instrument pada penelitian ini , dimana tes diberikan di akhir pertemuan untuk kedua kelas sampel penelitian. Hasil analisis uji hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang belajar dengan pendekatan PMR lebih baik dari siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional
Profesionalisme Guru dalam Membuat Soal Higher Order Thinking Skills
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya kemampuan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa  Sekolah Menengah Pertama (SMP). Profesionalisme guru sangat erat kaitannya dengan  HOTS siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profesionalisme guru dalam membuat soal HOTS sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Tujuh belas guru dari 11 SMP se-Kecamatan Padang Utara, Sumatera Barat dijadikan sebagai subjek penelitian. Awalnya guru diminta membuat soal HOTS sebelum diberikan pelatihan. Selanjutnya, para pakar memberikan pelatihan dalam perancangan soal HOTS. Soal HOTS yang disusun oleh guru dianalisis sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 41% guru yang mampu membuat soal HOTS sebelum diberikan pelatihan. Soal HOTS yang dibuat oleh guru masih belum benar, karena kata kerja operasional pada soal masih berada pada level C1–C2. Semua guru dapat membuat soal HOTS setelah diberikan pelatihan. Dari semua guru, 30 % guru mampu memahami sebagian materi pelatihan dan mampu membuat soal HOTS namun masih belum benar dan 70 % guru mampu memahami materi pelatihan dan mampu membuat soal HOTS dengan benar.Kata Kunci: Higher Order Thinking Skills, Guru, Sekolah Menengah Pertama