18 research outputs found

    Manajemen Resiko Proyek Pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (Sutt) 150 Kv Lopana-teling

    Full text link
    Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pasokan listrik di berbagai pusat beban seperti kota, kawasan industri, permukiman dan lainnya, diperlukan sarana yang mampu menyalurkan tenaga listrik. Salah satu bentuk sarana yang digunakan adalah Saluran Udara Tegangan Tinggi. Proyek pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Lopana – Teling merupakan proyek pembangunan saluran transmisi dengan tegangan 150 kiloVolt yang menghubungkan antara Gardu Induk Tegangan Tinggi Lopana ke Gardu Induk. Penelitian ini akan mengidentifikasi, menganalisis dan menentukan respon resiko yang ditimbulkan akibat adanya proyek pembangunan SUTT 150 kV Lopana–Teling. Analisis kejadian dan konsekuensi dibagi menjadi 7 aspek penting, yaitu aspek teknis pengurusan proyek, aspek kecelakaan kerja tak terduga, aspek lingkungan, aspek penyesuaian dalam proyek, aspek permasalahan tenaga kerja, aspek kecelakaan kerja yang diperkirakan, aspek penggunaan material. Klasifikasi resiko berdasarkan ranking, yaitu : high risk terdiri dari aspek teknis pengurusan proyek; significant risk terdiri atas aspek kecelakaan tak terduga, aspek lingkungan, aspek penyesuaian dalam proyek; dan low risk terdiri dari aspek permasalahan tenaga kerja, aspek kecelakaan kerja yang diperkirakan, aspek penggunaan material. Respon penanganan resiko terhadap 7 aspek yang dominan adalah melakukan koordinasi awal dengan pihak pemerintah setempat dan PT. PLN Persero selaku pemrakarsa proyek, diadakan pendidikan dan pelatihan K3, serta melakukan koordinasi dengan para tenaga ahli dan tenaga terampil, dan diadakan pendidikan dan pelatihan untuk para pekerja dari luar daerah, pekerja penduduk setempat yang dilalui jaringan T/L 150 kV Lopana-Teling, mengikut sertakan para tenaga ahli dan tenaga terampil di dalam lokasi proyek, meningkatkan peralatan dan kelengkapan K3, mengikuti pendidikan dan pelatihan mengenai K3, serta mengikut sertakan warga sekitar proyek dalam proses pembangunan, dan melakukan berbagai pendekatan-pendekatan sosial kepada pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama yang berada di lingkungan proyek, serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai keamanan SUTT tersebut

    Analisis Faktor-faktor Penyebab Change Order Dan Pengaruhnya Yang Dominan Terhadap Kinerja Biaya Pelaksanaan Proyek Konstruksi Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara

    Full text link
    Change order adalah usulan Perubahan secara tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk mengubah beberapa kondisi dari dokumen kontrak awal.seperti menambah atau menguragi pekerjaan. Change Order memiliki dampak yang kompleks terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek konstruksi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Dalam pelaksanaannya proyek-proyek konstruksi ini diharapakan memiliki kinerja biaya proyek yang maksimal, dimana proyek dapat selesai tepat waktu, atau ini sangat mempengaruhi penyerapan dana dan realisasi fisik di lapangan , Faktor-faktor penyebab change order dibagi dalam 3 ( tiga ) kelompok : Konstruksi, Adminstrasi dan Sumber daya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan Faktor-faktor penyebab change order yang mempengaruhi kinerja biaya pelaksanaan proyek konstruksi, seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut dan menentukan faktor penyebab change order yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek konstruksi Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Kuantatif. Data yang dibutuhkan adalah proyek konstruksi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara yang mengalami change order dalam pelaksanaannya.Data yang diperoleh kemudian di analisa dengan korelasi Person, metode Regresi Linier berganda dan uji Hipotesa ( Uji T dab Uji F ) serta uji adjusted R square. Dari metode regresi linier berganda diperoleh hasil Y = - 2,276 + 0.962X₄ + 0.064X₅ + 0.377X₆ + 0.023X₇ + 0.103X₁₂ + 0.214 X₁₄ + 0.395X₁₉ + 0.227X20. Koefesien yang didapat pada masing-masing model regresi tersebut mempunyai nilai koefisien yang positif. Hal ini menunjukan adanya pengaruh positif faktor-faktor penyebab change order terhadap kinerja biaya. Besarnya pengaruh variable-variabel bebas tersebut terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek adalah 0.907. Artinya 90,7 % faktor variabel bebas mempengaruhi kinerja biaya pelaksanaan proyek sedangkan sisanya sebesar 9,3% berhubungan dengan faktor-faktor lain. Dari hasil analisis pengolahan data juga didapat faktor yang paling nominal yang berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek, yaitu variabel Perubahan desain. Dimana variabel ini memiliki korelasi parsial 0.7885 (78,85 %), thitung= 7,625, probabilitas terkecil 0.000 dan koefesien regresi terbesar 0.964

    Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Biaya Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Manado Town Square 3)

    Full text link
    Dalam pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi kecelakaan pada waktu kerja. Hal ini berakibat fatal bagi tenaga kerja, dan membuat kerugian besar bagi Perusahaan jasa konstruksi, karena terlambatnya penyelesaian pekerjaan dan bertambahnya biaya pengeluaran.Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan kondisi yang mendukung Kenyamanan serta efisiensi kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan penyelesaian pekerjaan. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh antara penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan biaya pelaksanaan proyek konstruksi. Pada pelaksanaan penelitian, dilakukan wawancara, observasi dan kuesioner yang dibagikan kepada 80 orang tenaga kerja yang bekerja pada proyek pembangunan Manado Town Square 3 untuk mendapatkan data pengujian. Data yang didapatkan adalah data tentang status tenaga kerja, masa kerja, dan pendidikan. Serta variabel yang diukur adalah variabel X (manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) dan variabel Y (biaya pelaksanaan proyek konstruksi). Dalam analisis digunakan beberapa metode, yaitu Analisis Korelasi, Analisis Regresi, Uji F dan Uji t. Berdasarkan variabel bebas X, dan variabel terikat Y, maka dari analisis Korelasi didapatkan Koefisien Korelasi r sebesar 0,716 dan Koefisien Penentu (R. Square) sebesar 51,26%. Hasil dari Analisis Regresi Linear sederhana didapatkan persamaan regresi sebagai berikut : Y' = 12,48307 + 0,17X. thitung = 63,624 > ttabel = 1,66462. Serta Fhitung = 82,058 > Ftabel = 3,96. Dengan demikian hipotesis H1 diterima, artinya ada pengaruh signifikan antara penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan biaya pelaksanaan proyek konstruksi

    Pengendalian Biaya Dan Waktu Dengan Metode Analisis Nilai Dan Hasil Dengan Microsoft Project 2010 (Studi Kasus : Gedung Mantos Tahap III)

    Get PDF
    Pengendalian dalam proyek merupakan fungsi paling pokok dama pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Pengendalian sebagai alat untuk membantu mengendalikan proyek, membantu pelaksanaan dan penyelesaian dalam suatu proyek konstruksi. Pelaksanaan suatu proyek umumnya sering terjadi penyimpanan – penyimpangan dimana biaya yang dikeluarkan dan jadwal yang direncanakan melampaui batas yang direncanakan. Pengendalian proyek bertujuan untuk mengendaliakn biaya dan waktu agar sesuai dengan biaya dan jadwal yang direncanakan. Metode nilai hasil merupakan pengembangan teknik pengendalian grafik S sampai mampu menganalisis varians biaya secara stimulant sehingga dapat melihat kemajuan proyek dari jadwal dengan anggaran yang telah dialokasikan. Metode nilai hasil ini mencakup rencana anggaran dan biaya (RAB), daftar harga satuan upah dan bahan, analisa harga satuan serta laporan kemajuan proyek di olah untuk mendapatkan BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule), ACWP (Actual Cost of Work Performance) dan BCWP (Budgeted Cost of Work Performance) Dari hasil penerapan metode konsep nilai hasil diketahui sampai hasil tinjauan pada minggu ke 6 di dapatkan BCWS = Rp. 46,932,747,947.29; ACWP = Rp. 45,928,815,000.00; BCWP = Rp. 47,633,716,500.77; sedangkan varian biaya (CV) pada bulan satu sampai tiga adalah negative (-) dan pada bulan ke empat sampai akhir pelaksanaan proyek adalah positif (+) begitu pun varian jadwal. Dan dapat diketahui prakiraan biaya akhir proyek EAC (Estimate At Complection) adalah Rp. 70,829,440,000.00, dengan anggaran rencana sebesar Rp. 72,391,666,414.54. Estimate Complection Date (ECD) proyek mengalami sedikit kemajuan terhadap jadwal yang direncanakan yaitu 2 har

    Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pemilihan Lokasi Perumahan Di Kota Manado

    Full text link
    Perumahan dan permukiman merupakan permasalahan yang akan selalu berkembang sejalan dengan pertambahan penduduk. Intensitas pembangunan dikota yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan lahan untuk pembangunan Perumahan, fasilitas umum, prasarana maupun kebutuhan lainnya akan semakin meningkat. Sementara itu kebutuhan akan hunian bagi penduduk kota harus dipenuhi mengakibatkan lokasi hunian bergeser kearah pinggiran kota. Demikian juga dengan keberadaan kota Manado yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Utara yang selain sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi pusat kegiatan perekonomian, pendidikan, perdagangan dan sektor informal lainnya. Dengan kondisi demikian maka banyak pendatang dari daerah sekitar maupun dari luar daerah yang datang ke kota Manado dengan tujuan untuk bekerja, berdagang, sekolah dan lain-lain. Banyak faktor yang menjadi pertimbangan dari pembeli rumah/konsumen dalam memilih lokasi Perumahan yang diinginkan. Dari setiap penghuni tentu memiliki alasan yang berbeda -beda sesuai dengan keinginannya. Penelitian ini difokuskan untuk menyusun dan membuat peringkat setiap dasar dan alasan pemilihan lokasi dari konsumen untuk dilihat mana yang sangat mempengaruhi keputusan pembelian sebuah tempat tinggal/rumah yang berada di kota Manado

    PENERAPAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN (Studi Kasus: Gedung GMIM Syaloom di Karombasan)

    Get PDF
    Pelaksanaan proyek merupakan urutan dan peristiwa yang dirancang dengan baik dengan suatu permulaan dan suatu akhir yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Proyek berbeda dengan apa yang dilakukan sehari-hari karena tujuan proyek adalah tertentu, bukan peristiwa yang rutin. Proyek Pembangunan Gedung GMIM Syaloom memiliki beberapa item pekerjaan yang bisa dipercepat, contohnya item penggalian tanah yang semula 18 hari bisa dipercepat menjadi 15 hari, atau lebih cepat 3 hari dari rencana awal. Percepatan dilakukan pada pekerjaan yang berada pada lintasan kritis dengan cost slope rendah, sehingga bisa menghemat 45 hari dari durasi awal yang direncanakan dengan biaya yang meningkat sebesar Rp.31,412,500. Pada perencanaan proyek pembangunan kembali Gedung GMIM Syaloom ditemukan pengendalian waktu yang belum maksimal, sehingga wawasan akan aktifitas pekerjaan proyek perlu diperluas, terutama pada proyek yang berskala besar, dengan memahami kemajuan teknologi konstruksi yang dewasa ini telah berkembang dengan pesat. Kata Kunci : Lintasan Kritis, Cost Slope, Pengendalian Waktu, Proye

    Optimasi Penanggulangan Bencana Banjir Di Kota Manado Dengan Metode Ahp (Analytical Hierarchy Process)

    Full text link
    Masalah banjir cenderung meningkat dari tahun ketahun terutama disebabkan oleh adanya Perubahan watak banjir serta pesatnya pembangunan berbagai kegiatan manusia di dataran banjir.Bencana banjir yang terjadi akan memberikan dampak negatif dan buruk bagi suatu daerah dimana masyarakat mengalami kerugian yang besar secara materi. Penelitian ini bertujuan menentukan bobot prioritas dari setiap faktor resiko dalam upaya untuk meminimalkan resiko terjadinya bencana banjir di Kota Manado dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).Penelitian ini dilakukan di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara yang dilaksanakan dari bulan Maret 2012 sampai Juli 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif, dengan menggunakan metode analisa data kualitatif.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko kebiasaan masyarakat memiliki bobot terbesar yaitu 52%, faktor resiko kedua yang perlu diseriusi adalah daerah resapan dengan bobot 17 %, faktor resiko ketiga yang perlu menjadi perhatian adalah pengelolaan DAS dengan bobot 17 % yang sama pentingnya dengan faktor resiko daerah resapan, faktor resiko keempat yaitu aliran permukaan dengan bobot 13 %, dan faktor resiko kelima yaitu pendangkalan sungai dengan bobot 4
    corecore