4 research outputs found
STRATEGI PENGEMBANGAN ATRAKTOR CUMI -CUMI UNTUK PENGAYAAN STOK
Atraktor cumi-cumi memiliki potensi untuk meningkatkan daya dukung sumberdaya karena lokasi penempatannya menjadi habitat baru bagi cumi-cumi, yang mana atraktor cumi-cumi memiliki indek keanekaragaman tinggi. Selain itu, atraktor cumi-cumi berfungsi juga sebagai artificial reef yang menjadi daerah baru bagi tempat ikan, karang lunak dan makroalga sehingga menjadi suatu ekosistem baru di suatu perairan. Tujuan dari penelitian ini yaitu: Mencari faktor internal dan eksternal yang merupakan kekuatan utama dalam strategi pengembangan atraktor cumi-cumi untuk pengayaan stok, dan merumuskan strategi penerapan atraktor cumi-cumi untuk pengayaan stok. Data dianalissi dengan analisis SWOT yaitu suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu faktor internal memiliki 5 kekuatan utama dan 4 kelemahan utama bagi strategi pengembangan atraktor cumi-cumi untuk pengayaan stok, sedangkan faktor eksternal utama memiliki 5 yang menjadi peluang utama dan 3 ancaman utama bagi strategi pengembangan atraktor cumi-cumi untuk pengayaan stok. Berdasarkan analis SWOT diperoleh 5 (lima) strategi dan arah kebijakan pengembangan atraktor cumi-cumi sebagai pengayaan sto
ANALISIS UPAYA PENANGKAPAN IKAN CAKALANG PADA OPERASI PUKAT CINCIN DI PERAIRAN PULAU NIAS YANG DIDARATKAN DI PPN SIBOLGA
Penelitian ini ingin mengetahui tingkat potensi lestari terhadap jumlah (MSY), upaya penangkapan dan tingkat pemanfaatan lestari ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di PPN Sibolga tahun 2017 sampai dengan 2021. Metode yang digunakan model Schaefer atau model Fox. Hasil tangkapan per upaya menunjukan fluktuasi penurunan CPUE tiap bulan nya 0,0282 ton /trip. Hubungan antara CPUE dan effort menghasilkan persamaan linier y= -0,0174 x +9,95, jika tidak ada effort, maka potensi ikan cakalang sebesar 9,95 ton/trip dan setiap penambahan 1 trip akan menyebabkan penurunan CPUE sebesar 0,0174 ton/trip. Hasil analisis MSY model Schafer di dapatkan MSY 1428,11 ton/bulan, upaya penangkapan lestari sebanyak 287 trip/bulan dan tingkat pemanfaatan sebesar 98%. Sedangkan hasil analisis MSY model Fox MSY 1198,66 ton/bulan, upaya penangkapan lestari sebanyak 238 trip/bulan, dan tingkat pemanfaatan sebesar 120%, sehingga kondisi sumber daya ikan cakalang di PPN Sibolga pada saat ini mengalami status Over-Exploite
INTENSITAS KERJA AWAK PADA AKTIVITAS PERAWATAN SISTEM PELUMASAN MESIN INDUK KAPAL PENANGKAP IKAN (STUDI KASUS KM. SUMBER REZEKI)
Penerapan K3 di bidang transportasi laut merupakan indikator utama untuk mengukur keberhasilan dalam transportasi laut. Berdasarkan data yang dihimpun salah satu daerah di Indonesia terjadi 10 kasus kecelakaan kapal yang penyebab terbanyaknya adalah kegagalan mesin karena perawatannya. Tujuan dari artikel ini yaitu menentukan nilai intensitas kerja dalam seluruh aktivitas perawatan sistem pelumas yang terbagi dalam beberapa tahapan. Aktivitas dibagi menjadi beberapa level berdasarkan pengelompokan tujuan yang ingin dicapai. Identifikasi aktivitas menggunakan Hierarchical Task Analysis (HTA). Klasifikasi aktivitas dibagi menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Kemudian menghitung Intensitas Kerja baik Total, Primer dan Sekunder. Hasilnya yaitu kegiatan perawatan sistem pelumasan memiliki 3 tahapan dimana terdiri dari 22 aktivitas yang dibagi menjadi aktivitas sekunder dan primer. Jabatan yang memiliki porsi tanggung jawab terbesar yaitu jabatan perwira mesin khusunya pada masinis 1. Sedangkan untuk intensitas kerja pada kegiatan perawatan pelumasan sistem pelumas mesin induk di KM Sumber Rezeki memiliki Intensitas Kerja Total 52 OA terdiri dari 36 OA Intensitas Kerja Primer dan 16 OA Intensitas Kerja Sekunder. Berdasarkan hasil perhitungan tahan ke 2 memiliki nilai Indeks Intensitas Kerja Primer ( Indeks IKPi) sebesar 0,527. Hal ini menjadikan tahapan ke 2 perlu di perhatikan dalam perencanaan kegiatan agar tidak menjadi potensi kegagaln kerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja
PENERAPAN METODE FMEA DALAM PERAWATAN MESIN PENDINGIN KAPAL PENANGKAP IKAN (STUDI KASUS : KM. SINAR BAYU UTAMA)
Mesin pendingin pada kapal penangkap ikan beroperasi selama 24 jam untuk menjamin mutu hasil tangkapan. Perawatan adalah aktivitas yang tidak dapat dihindari agar kegagalan mesin pendingin tidak mudah terjadi.Penggunaan FMEA dapat digunakan mengidentifikasi peluang terjadinya kegagalan pada mesin pendingin pada kapal penangkap ikan, sehingga dapat menurunkan risiko dan efek yang terjadi pada setiap kegagalan pada mesin pendingin serta dapat memilih strategi dalam pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi perawatan komponen mesin pendingin dengan menggunakan metode FMEA. Mesin pendingin yang digunakan yaitu pada kapal penangkap ikan KM Sinar Bayu. FMEA dari wawancara berdsarkan parameter S, O dan D kemudian dianalisa sehingga didapatkan nilai RPN. Identifikasi komponen yang didapatkan yaitu kompresor, oil separator, kondensor, air drier, katup ekspansi dan evaporator. Berdasarkan nilai RPN nya komponen mesin pendingin yang harus di perhatikan perawatannya yaitu Evaporator dengan nilai RPN 224. Sedangkan strategi pemeliharaan komponen mesin pendingin menggunakan strategi pemeliharaan preventif dan korektif. Komponen yang menggunakan strategi pemeliharaan preventif yaitu Evaporator dan Filter Drier. Sedangkan komponen kompresor, kondensor, katup ekspansi dan oil separator menggunakan strategi pemeliharaan korektif